Santri, Cyber War dan Soft Literacy
Baru-baru ini baru selesai dilaksankan muktamar pemikiran santri nasional ke II di Jakarta. Kegiatan ini dipusatkan di pondok pesantren As Siddiqiah pusat. Peserta yang hadir dari seluruh Indonesia yang di undang memalui call paper. Terdapat beberapa sub tema yang dipaparkan, Santri, Cyber War dan Soft Literacy merupakan salah satunya serta yang saya ikuti.
Diskusi dimulai dengan sebuah pertanyaan Bagaimana perkembangan kejahatan dunia maya dan kontribusi pesantren dalam meng-counter Cyber War tersebut?
Apakah kampanye dan pembudayaan digital soft literacy (literasi santun) pesantren dapat dijadikan solusi untuk mengurai gejala radikalisme agama dan kejahatan siber dalam ruang virtual yang kian menguat?
Garis besar Pembahasan
Salah satu ciri dari era revolusi industri 4.0 adalah internet untuk semua. Masyarakat santri dalam konteks tersebut mau tidak mau harus hidup di dalamnya. Masyarakat Indonesia sendiri termasuk dalam komunitas pengguna internet terbesar di dunia, utamanya akses terhadap media sosial. Realitas tersebut tampaknya sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial di alam nyata. Krisis diri, manipulasi sosial, hate speech, hoaks, dan matinya otoritas adalah beberapa potret dari kejahatan-kejahatan yang terjadi di alam maya. Situasi ini tampaknya tidak disia-siakan oleh kelompok ekstremis dalam menebarkan benih-benih paham radikal-ekstremis.
Sebagai upaya pencegahan dan penaggulangan praktik kejahatan serta counter terhadap bersemainya paham ekstremis di alam maya, masyarakat pesantren pada dasarnya telah melakukan beragam cara dan upaya, termasuk literasi santun. Namun, hal tersebut masih bersifat sporadis. Artinya, diperlukan upaya dan langkah-langkah strategis, terstruktur, sistematis, dan masif dari masyarakat pesantren sebagai bentuk tanggungjawab sosial yg selama ini sudah menjadi misi pesantren dalam membangun bangsa Indonesia dan masyarakat dunia. Dalam menjalankan misi mulia ini, masyarakat pesantren tdk dapat bekerja sendirian. Ia harus bekerjasama dg seluruh stakeholders yg sehati dalam misi melawan cyber war.
Topik dan isu yg diangkat secara umum sangat menarik. Beberapa paper belum mampu melihat subjek kajiannya secara objektif. Belum ada paper yg menggambarkan tentang program pesantren dalam bentuk pembinaan yg terstruktur terhadap santri terkait kesadaran bermedia sosial atau penggunaan dunia maya secara umum.