Alat Bajak Tanah Sawah

Handtraktor ini digunakan untuk membajak tanah sawah, setiap musim turun sawah masyarakat meminta kepada yang punya handtraktor untuk membajak tanah mereka.
Disetian daerah di Aceh memiliki adat dan cara yang berbeda.

1. Seunuddon dan Panton labu misalnya, disana pada musim tanam, traktor untuk menggarap tanah sawah dikelola oleh agen dan agen tersebut yang bertanggung jawab untuk menggarap tanah sawah petani sesuai dengan areal mereka dan untuk menggarapnya, agen menggarap mesing-masing petani digarap satu petak sawah untuk tempat menyamai benih dan setelah semuanya selesai barulah digarap semua petak sawah sesuai dengan areal mereka. Setelah itu maka sang agen menunggu permintaan dari yang punya sawah untuk menggarap sekali lagi bagi yang ingin menggarap kedua kali.
2. Lhoksukon memiliki sistem sedikit berbeda dengan Seunudfon dan Panton labu, di Lhoksukon agen yang menggarap wilayah arealnya itu menggarap habis arealnya tanpa menggarap tempat semai benih terlebih dahulu, soal biaya tak jauh beda dengan lokasi lainnya
   
   Dalam mada menggarap lahan, petani harus mengeluarkan tidak kecil damun sesuai dengan luas dawah yang mereka punya, ongkos garap dihitung permeter dengan harga lebih kurang Rp 90,-, namun h as l yang meringankan petani adalah biaya yang harus ditanggung untuk tahap pertama hanya Rp. 200.000,- / hektar sawah, ada juga yang membayar luas atau setengah ongkos garap.
   
   Ada juga petani yang membeli alat garapnya sendiri dan bukan untuk men cari uang. Petani yang sanggup mengadakan alatnya sendiri dianggap petani suksrs dan kaya, walau kadang hasil yang mereka dapat belum sesuai dengan modal, namun petani yang seperti itu hasil panennya sudah mebdekati maksimum.