Sebuah Catatan untuk Kado HUT ke-18 Lhokseumawe

in #essay6 years ago (edited)

image

Saya akan memulai tulisan ini dengan ucapan: "Selamat ulang tahun kota Lhokseumawe yang ke 18". Kota tempat ayah saya lahir ini, telah tumbuh dengan segala sejarah dan dinamika yang berwarna. Acap kali, sebagaimana lazimnya Hari Ulang Tahun (HUT), selalu saja ada harapan dalam segala semoga yang diharap dan didoakan. Sembari tetap mengevaluasi diri.

Secara geografis, Lhokseumawe berada -maaf- di selangkangan Kabupaten Aceh Utara. Kota berjuluk petro dollar ini tepat berada di tengah, sedangkan kiri dan kanan, dihimpit Kab. Aceh Utara. Tanggal 21 Juni 2001 pembentukan Lhokseumawe sebagai kota madya ditandatangani oleh presiden RI, Abdurrahman Wahid, dan baru diresmikan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) pada tanggal 17 Oktober 2001. Nahkoda pertama kota inipun dipercayakan kepada Drs. H. Rachmatsyah MM.

Saya menghabiskan masa sekolah dari Taman Kanak-kanak (TK) Safiatuddin dan MIN Kutablang, sempat pula mengenyam pendidikan SMP sekitar 1 setengah tahun, sebelum kemudian hijrah ke Kabupaten Bireuen dan bersekolah di MTsN Model Gandapura.

Saya hijrah dan menetap bersama nenek, sedangkan keudua ortu, adik dan kakak tetap di Lhokseumawe. Maka wajar, Bireuen dan Lhokseumawe selalu mendapatkan tempat di hati saya, biasanya, setiap kali liburan tiba, saya mudik kedua daerah ini dengan oembagin, misal 10 hari libur; 5 hari untuk Bireuen, dan 5 hari di Lhokseumawe.

image
Mesjid Islamic Center di foto dari arah waduk, salah satu ikon kota Lhokseumawe.

Kalau saya tak salah (boleh diluruskan), Lhokseumawe merupakan pelopor awal pemekaran kota di Aceh, sebelum kemudian diikuti oleh kab-kota lainnya. Tercatat dalam ingatan saya, dari Aceh hanya Bireuen dan Pidie Jaya yang mendapatkan penghargaan sebagai daerah pemekaran sukses di tingkat nasional.

Lhokseumawe (LSM) hari ini jauh berbeda dengan Lhokseumawe di masa lampau. Di ulang tahunnya yang ke 18, banyak sekali pekerjaan rumah (pr) yang musti segera diselesaikan. Di antara banyak pr itu, kasus defisit anggaran daerah (APBD) perlu digarisbawahi untuk cepat-cepat diselesaikan.

KKN juga terbilang tinggi, ditambah lagi peredaran narkoba dan tingkat pengguna menyentuh angka yang menyesakkan dada. Bahkan, saat saya ke polres, seorang polisi pernah menunjukkan peta daerah dan kampung apa saja yang berlebel merah. Mirisnya lagi, banyak elit LSM menjadi pecandu narkoba, tidak semua memang. Hal ini terbukti, 2-3 bulan terakhir ada kepala dinas maupun pejabat tinggi yang tertangkap mengkonsumsi narkoba, terutama jenis sabu-sabu.

Itulah sederetan pr yang perlu diselesaikan sesegera mungkin. Karena akan bagaimanapun LSM di masa hadapan, tidak terlepas bagaimana ia hari ini. Setiap generasi punya masa, dan LSM kelak akan dihidupi oleh generasi berikutnya. Tentu tidak elok, jika saja warisan pendahulu banyak cacat dan ampasnya.

image
Penampakan PT Arun dalam foto di malam hari.

Saya bisa toleran bila ada yang mengatakan bahwa LSM dulu, mampu berbuat banyak karena masih ada PT Arun. Selama Arun ada, Aceh Utara dan LSM turut kecipratan pemasukan. Ekonomi bertumbuh baik dari sisi PAD, perputaran uang yang banyak, CSR, serta masuk-keluarnya orang-orang; kondisi ini turut memantik kompetisi, juga tumbuhnya geliat pertukaran ide dan gagasan. Suka atau tidak, masuknya orang lain ke suatu daerah merupakan faktor penting yang dapat menstimulus perekonomian.

Kendatipun begitu, yang perlu diingat adalah, faktor di atas tidak serta merta absolut dan menjadi faktor tunggal. Namun,
tata kelola yang baik dan orang-orang yang kompeten baik pemerintah, swasta dan masyarakat menjadi segitiga emas yang membuat kapal LSM mampu berlayar di tengah ancaman dan konflik.

Dampaknya, Lhokseumawe di masa itu sama bahkan melebihi Banda Aceh yang notabene ibu kota provinsi. Segala modernitas berjalan awal di LSM, menjadi pusat trensetter dan kiblat fashion. Tentu tak terhitung sisi gelap dan negatif yang jika diurai tak cukup ruang di Steemit ini.

image
Disain ucapan selamat HUT Lhokseumawe dari GNFI.

Lalu LSM hari ini yang kentara dapat dibaca dari beberapa hal; kemegahan Mesjid Islamic Center yang ikonik, pertumbuhan caffe-caffe dengan konsep kekinian yang mengundang banyak hipster, hingga sisi kuliner yang gamblang dengan wajah somay. Bahkan saya, sering nyeletuk kepada teman-teman; "LSM hari ini, dari Petro Dollar menjadi Republik Somay".

Saya tidak paham, kenapa kuliner somay begitu digemari masyarakat LSM. Pertumbuhan tempat berjualan somay terbilang woww. Jika dahulu hanya berpusat di kawanan Darussalam LSM, kini beranjak ke Lapangan Hiraq. Saudara boleh membuktikan sendiri, silahkan datang sore hingga malam ke Lap Hiraq, akan terpampang pemandangan jejeran gerobak somay dari ujung ke ujung.

Belum lagi di kawasan Cunda (sebelum bundaran), beberapa gerobak somay berjejer di pinggir jalan dan puncak antri terparah untuk membeli Somay, tepat saat azan sedang berkumandang. Tidak cukup dua spot itu saja, ke kampung-kampungpun, diaspora pedagang somay massif.

image
Gampong (Desa) Pusong dengan penduduk rata-rata nelayan.

Apapun itu, LSM tetaplah LSM. Saya berharap kota ini dapat segera siuman dari segala cobaan yang mendera. Para nahkoda (elit) diisi oleh orang-orang yang tidak hanya mengandalkan koneksi dan jaringan semata, tapi juga karena kecakapan maupun kapasitas. Pun, generasimya harus lebih keren, tumbuhnya daya kritis bukan mengejar gaul dan hits semata. Karena kelak, saat era berganti, LSM ada di tangan mereka. Sebagi penutup, andaipun LSM tidak lagi menjadi petro dollar, setidak-tidaknya jangan sampai menjadi Pedro Kere, hanya karena salah dan silap urus.

Sort:  

Selamat ulang taon Isaaannn 😁😁😁 *nuduh isan ultah 😂

Haha, Ichsan Agustus kak. Wkwm

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.15
JST 0.027
BTC 60244.17
ETH 2333.72
USDT 1.00
SBD 2.47