Budaya "Tung Dara Baro" di Aceh

in #culturevulture6 years ago (edited)

Selamat sore steemians..✋✋✋

Kali ini saya akan menceritakan sedikit tentang budaya "tung dara baro" di daerah saya. Pesta perkawinan memang sudah lumrah terjadi saat sepasang manusia melangkah kejenjang hidup baru.

Di Aceh, khususnya di Aceh utara, setau saya hal yang utama dalam acara pesta perkawinan adalah pelaminan. Tempat yang mewah seperti istana raja ini sengaja disewakan untuk tempat duduk pengantin di hari pesta.

image

Awalnya adat di Aceh, pelaminan ini selalu disiapkan di dalam rumah, namun akhir-akhir ini pelaminan ini sengaja ditempatkan di luar rumah yang menghadap ke tamu undangan, sehingga setiap prosesi adat yang terjadi di atas pelaminan bisa disaksikan langsung oleh semua pengunjung atau tamu undangan.

image

Ini adalah dara baro (pengantin perempuan) yang baru sampai di rumah pengantin laki-laki (linto baro). Wanita yang sudah siap dengan pakaian adat ini dipapah dan dipayungi layaknya ratu dihantar ke singgah sana pelaminan untuk disandingkan dengan sang raja.

image
image

Bersamaan dengan dihantarnya pengantin perempuan, turut dibawa oleh-oleh dari keluarga besar pengantin perempuan untuk keluarga besar pengantin laki-laki. Oleh-oleh ini dibawa semampunya, tidak ada patokan yang bersifat paksaan, karena oleh-oleh ini hanya simbol kemuliaan atas terikatnya hubungan keluarga dengan sebab adanya perkawinan.

image

Untuk para tamu undangan disiapkan sajian makanan, makanan disiapkan di atas meja yang sudah diatur semua menu yang ada. Setiap pengunjung tiggal siapkan piring kemudian diisi sendiri tergantung kadar selera masing-masing pengunjung. Tempat seperti ini dikenal dengan adat Perancis, penamaan adat ini dengan Perancis, saya masih kurang memahaminya. Namun yang perlu dicatat bahwa adat seperti ini muncul di Aceh sekitar tahun 90-an. Awalnya di Aceh setiap pesta, makanan dihidangkan untuk tamu dengan menggunakan talam.

Ada satu hal yang menarik untuk diperhatikan disetiap acara pesta di Aceh, yaitu ada nya pengeras suara yang lumanyan keras suaranya. Baru-baru ini pengeras suara dipergunakan untuk melantunkan selawat, zikir atau dalail khairat. Saya tidak mempermasalahkan itu, namun yang menjadi cacatan saya bahwa dengan kerasnya suara itu di hari pesta membuat jalinan silaturrahmi keluarga hilang sama sekali. Mengapa tidak, saat suat itu ada, semua orang tidak bisa berbicara karena kalah dengan suar mikrofon yang pada akhirnya semua saudara datang, makan dan salam tempel untuk pulang, tidak ada komunikasi yang baik. Apa langi saat ada yang sesat arah jalan, kita telpon pihak keluarga yang berada di tempat pesta, pasti tidak terdengar karena volume pengeras suara yang sangat besar.

Semua gambar di atas saya abadikan hari ini saat menghadiri pesta salah satu warga di salah satu Gampong di Kecamatan Kuta Makmur Aceh Utara. Sekian..

Terima kasih atas kunjungan nya. Salam steemians @ismuel

Sort:  

That's good of you....Cheers @ismuel (38)in culturevulture •

Sebuah budaya yang patut dilestarikan.

terima kasih..

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 64724.35
ETH 3436.21
USDT 1.00
SBD 2.55