Tafseer for Baby in Aceh- Tafsir Untuk Bayi di Aceh

“Adat bak Po Teumeuruhom, Hukom bak Syiah Kuala, Qanun bak Putroe Phang, Reusam bak Laksamana”^{[Pepatah Aceh]}

The process and life cycle of a human being is preceded from birth as a baby, walking, maturing, marrying, getting old and finally dies. Each stage of the process always begins with a tradition whose purpose is to express gratitude and to gain blessings. One of the traditions in a thick Acehnese society that everyone must have undergone or done is the traditions and customs of "Troen Bak Tanoeh" or "Peutron Aneuk U Tanoh", others call it "Peutron Aneuk Mit" or "Adat Peutron Aneuk". Generally, people in Indonesia call and recognize this tradition with the name of Downing the Land of Children

인간의 과정과 생애주기는 아기로서 출생, 걷기, 성숙, 결혼, 늙고 마침내 죽기 전에 선행됩니다. 과정의 각 단계는 항상 감사의 뜻을 나타내고 축복을 얻는 목적으로 시작됩니다. 모든 사람들이해야 할 두꺼운 아세안 사회의 전통 중 하나는 "Troen Bak Tanoeh"또는 "Peutron Aneuk U Tanoh"의 전통과 관습이며 다른 사람들은 "Peutron Aneuk Mit"또는 "Adat Peutron Aneuk"이라고 부릅니다. 일반적으로 인도네시아 사람들은이 전통을 어린이들의 땅을 다우다라는 이름으로 부르고 인식합니다.

^{Proses dan Siklus hidup dari seorang insan adalah diawali dari sejak lahir sebagai bayi, berjalan, dewasa, menikah, menjadi tua dan akhirnya meninggal. Setiap tahapan proses tersebut selalu diawali dengan sebuah tradisi yang tujuannya adalah untuk mengungkapkan rasa syukur dan supaya mendapatkan berkah. Salah satu tradisi dalam masyarakat Aceh yang kental yang setiap orang pasti pernah menjalani ataupun melakukannya adalah tradisi dan adat “Troen Bak Tanoeh “atau” Peutron Aneuk U Tanoh”, ada juga yang menyebutnya “Peutron Aneuk Mit “atau “Adat Peutron Aneuk”. Umumnya masyarakat di Indonesia menyebut serta mengenal tradisi ini dengan nama Upacara Turun Tanah Anak.}

---

---

In Aceh society, the implementation of this event and tradition is different in the time of its implementation. There are those who perform this event on the 7th day after the baby is born (my experience of the seventh day of doing "Aqiqah" to the dayah or study place in my area), there is also a ceremony to land 44 days since the baby was born do not be surprised also if there are those who carry out this event after the child is one year old. In spite of these differences, the "Peutron Aneuk Mit" and "Peucicap" events are a form of gratitude for the parents of the baby and this is also a "Aqiqah" event and a name for the baby by an invited teungku imum or ustadz

아체 (Aceh) 사회에서,이 행사와 전통의 구현은 구현 당시에 다르다. 아기가 태어난 지 7 일째되는 날에이 사건을 수행하는 사람들이 있습니다. (나의 지역에서의 dayah 나 공부 장소에 "Aqiqah"를하는 일곱 번째 날의 경험), 아기가 태어날 때부터 44 일 동안 육지로가는 의식도 있습니다. 그 아이가 1 살이 후이 행사를 수행하는 사람들이 있습니다. "Peutron Aneuk Mit"과 "Peucicap"이벤트는 아기의 부모를위한 감사의 한 형태이며이 또한 "Aqiqah"이벤트이며 초대 된teungku imum 또는 ustadz에 의한 아기의 이름이기도합니다

^{Dalam masyarakat Aceh pelaksanaan acara dan tradisi ini terdapat perbedaan dalam waktu pelaksanaannya. Ada yang melaksanakan acara ini pada hari ke tujuh setelah bayi dilahirkan ( pengalaman saya hari ke tujuh melakukan “Aqiqah” ke dayah atau tempat pengajian di daerah saya), ada juga yang melakukan upacara turun tanah hari ke 44 sejak bayi tersebut lahir jangan heran juga kalau ada yang melaksanakan acara ini setelah anak tersebut berumur satu tahun. Terlepas dari perbedaan tersebut yang pasti acara “Peutron Aneuk Mit” dan “Peucicap” adalah bentuk rasa syukur orang tua bayi dan dicara ini juga dilakukan acara “Aqiqah” serta pemberian nama untuk bayi oleh teungku imum atau ustadz yang diundang.}

---

---

Preparation and Implementation - Persiapan dan Pelaksanaan

So the process usually acknowledged is Aqiqah, Peucicap, Giving a name and ending with the land down there also after the Marhaban land down. Aqiqah is slaughtering goats on the seventh day of birth of a child Aqiqah is done as a form of gratitude to Allah SWT. Preparations usually done for the event down land is preparing the event equipment such as shawl, a coconut, Honey, Water Zamzam, Bu Lukat, fruits, and Parang

그래서 보통 인정 된 과정은 Aqiqah, Peucicap입니다. Marhaban이 땅에 떨어졌을 때 이름을 부여하고 그곳에있는 땅으로 끝납니다. Aqiqah는 알라 SWT에 감사의 형태로 이루어집니다 아이 Aqiqah의 탄생의 칠일에 염소를 도살하고 있습니다. 행사를 위해 대개 준비를 마친 뒤 목도리, 코코넛, 꿀, 물 잠잠, 부 루카 트, 과일, 파랑 등의 행사 장비를 준비합니다.

^{Jadi proses yang dilakui biasanya adalah Aqiqah, Peucicap, Pemberian nama dan diakhiri dengan turun tanah ada juga setelah turun tanah dilakukan Marhaban. Aqiqah adalah menyembelih kambing pada hari ketujuh kelahiran seorang anak Aqiqah dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Persiapan yang biasanya dilakukan untuk acara turun tanah adalah menyiapkan peralatan acara seperti kain selendang, sebutir kelapa, Madu, Air Zamzam, Bu Lukat, buah-buahan, dan Parang}

---

For people who are well off in the event of getting off the ground in the semeriah may be like a wedding party event. Preparations for the festivity are usually by slaughtering a cow, a goat or a sheep. One of the hallmarks of this ground-breaking event is to invite tengku dayah to perform "Marhaban" by reciting verses of the Qur'an and verse, all relatives and relatives will be invited either near or distant relatives. Of all the invited guests who come, the most important is to invite Teungku Imum or Imam Mesjid to lead the event. Previously also been made preparations for the event of slaughter and slaughter of cows, goats or sheep.

결혼식 파티와 같은 획기적인 이벤트에 잘 빠진 사람들에게. 축제를 준비하는 것은 보통 암소, 염소 또는 양을 도살하는 것입니다. 이 상륙 행사의 특징 중 하나는 데이란 텡쿠가 코란과 구절을 낭송하여 "Marhaban"을 공연하도록 초대하는 것이고, 모든 친척과 친척들은 친척이나 먼 친척들에게 초대 될 것입니다. 초대 된 초대 손님 중에서 가장 중요한 것은 Teungku Imum 또는 Imam Mesjid를 초대하여 행사를 이끌도록하는 것입니다. 이전에는 암소, 염소 또는 양의 도살 및 도살 사건에 대비하기도했습니다..

^{Bagi masyarakat yang berkecukupan dalam acara turun tanah di buat semeriah mungkin seperti acara pesta perkawinan. Persiapan untuk acara kenduri biasanya dengan menyembelih sapi, kambing atau domba . Salah satu ciri khas dalam acara turun tanah ini yaitu mengundang tengku dayah untuk melakukan “Marhaban” dengan melantunkan ayat – ayat Al-Qur’an dan syair, semua kerabat dan saudara akan diundang baik yang dekat ataupun saudara jauh. Dari semua tamu undangan yang datang, yang terpenting adalah mengundang Teungku Imum atau Imam Mesjid guna memimpin acara. Sebelumnya juga telah dilakukan persiapan untuk acara kenduri dan penyembelihan sapi, kambing atau domba.}

---

The ground-breaking ceremony begins with the Peucicap event by applying a drop of honey or zam-zam water, the meaning contained in this ritual is the hope that the baby will eventually grow up to be a pious child, devoted to both parents and useful to others. Hence at the time of this smearing is always accompanied by beautiful prayers and poems by tengkum imum. The implicit meaning of this coconut split is so that the child is not easily afraid by the sound of lightning.

획기적인 행사는 Peucicap 이벤트에서 꿀이나 잼 잼 물 한 방울을 사용하여 시작됩니다.이 의식에 포함 된 의미는 아기가 결국 부모가되고 다른 사람들에게 유용 할 수있는 경건한 어린이로 성장할 것이라는 희망입니다. 그러므로이 때 번쩍이는 것은 tengkum imum이 항상 아름다운기도와시를 동반합니다. 이 코코넛 분할의 함축적 의미는 아이가 번개 소리에 쉽게 두려워하지 않도록하기 위해서입니다.

^{Upacara turun tanah diawali dengan acara Peucicap yaitu dengan mengoleskan setetes madu atau air zam-zam, makna yang terkandung dari ritual ini adalah pengharapan agar nantinya si bayi akan tumbuh menjadi anak yang saleh, berbakti kepada kedua orang tua dan berguna bagi orang lain. Makanya pada saat dilakukan pengolesan ini selalu diiring dengan doa-doa dan syair yang indah oleh tengkum imum. Makna yang tersirat dari dibelah kelapa ini adalah supaya si anak tidak mudah takut dengan suara petir.}

---

The many values contained in the tradition of descending land are the values closely related to the world and the hereafter that until now still in the guard by the people of Aceh. Because for the people of Aceh customs should always be run and must be obeyed as one of Aceh's proverb quotes "Mate Aneuk Meupat Jrat, Gadoh Adat Pat Tamita"

내림차순 땅의 전통에 포함 된 많은 가치는 세계와 밀접한 관련이 있으며 그 이후까지 지금까지도 아체 사람들이 여전히 경계하고있는 가치입니다. 왜냐하면 아체 사람들에게는 항상 세관을 운영해야하고 아체의 속담 중 하나 인 "아 네크 메 얏 얏트 (Anateuk Meupat Jrat)", 가도 아다 팻 타미 타 (Gadoh Adat Pat Tamita)

^{Banyak sekali nilai yang terkandung dalam tradisi turun tanah yaitu nilai-nilai yang erat kaitannya dengan dunia dan akhirat yang sampai saat ini masih di jaga oleh masyarakat Aceh. Karena bagi masyarakat Aceh adat istiadat harus senantiasa dijalankan dan harus dipatuhi seperti salah satu petikan pepatah Aceh “ Mate Aneuk Meupat Jrat, Gadoh Adat Pat Tamita”}

Terimakasih sudah melihat postingan saya, komentar dari kalian sangat saya harapkan, untuk terus mengikuti setiap konten baru yang saya posting, kalian dapat follow me @muammar

Salam Komunitas Steemit Indonesia