Kisah di Pantai Tawar

Dan aku pun berhak punya masa depan ....

Tamsui adalah sebuah wilayah pesisir pantai di New Taipei City, Taiwan Utara. Kenapa dinamakan Tamsui? Karena air di pantai ini tawar. Setawar kisahku di dalamnya ....

Sebelum menuliskan kisahku dengan tema MANTAN TERINDAH, saya ucapkan terima kasih kepada @khanza.aulia @naufal @yuyuart @hamidi103 yang sudah menyelenggarakan kontes ini.

Kembali pada Pantai Tamsui yang tawar, setawar kisahku 7 tahun yang lalu. Sebut ia Wildan. Ia adalah pria yang pernah menduduki tahta kerajaan hatiku. Dulu berharap, jika Wildan adalah jodohku. Ya, setiap anak Adam yang sedang dilanda cinta pasti selalu berharap cinta yang sedang ia hadapi adalah cinta terakhirnya, pelabuhan hatinya. Namun, bukankah 1 detik yang akan datang pun kita tak pernah tahu? Pun dengan jodoh, yang sedang kita yakini sendiri.
Aku dan Wildan awalnya bahagia, menghabiskan liburan akhir pekan di tepi Pantai Tamsui, seakan-akan ombak kecil di pantai ini ikut mengeja kata demi kata cerita cintaku dan dia. Dan berharap kisahku seperti air di Pantai Tamsui, yang langgeng selamanya. Namun harapan adalah harapan, janji tinggalah janji. Setelah satu tahun kisah manis itu, rupanya tawarnya Pantai Tamsui pun ikut andil dalam kisahku. Kisahku menjadi tawar ....

Bali, Tamsui, Taiwan

"Apakah kamu Jassy? Pacarnya Wildan?" Suara di dalam ponselku itu terdengar dingin dan tawar.

"Iya, ini siapa?" Kataku penuh tanda tanya.

"Saya Mira, tunangan Wildan. Saya sekarang di Hong Kong."

Tawar? Bukan lagi tawar yang kurasa. Tapi pahit yang seakan sedang berlomba dengan tawarnya air Pantai Tamsui. Ya, kisahku mulai tak menarik lagi. Pertengkaran demi pertengkaran terjadi, kebohongan demi kebohongan pun semakin aku telan setiap hari. Tibalah pada masa di mana Wildan pun pamit. Pamit untuk pergi dari hidupku dan memilih Mira, wanita yang tempo hari mengaku tunangannya. Yang ternyata dia hanyalah masa lalunya. Antara terima dengan keadaan dan tidak? Antara ikhlas dan tidak, antara dendam dan kebencian kucurahkan dalam tangisku di tepi Pantai Tamsui, biarkan asin rasa air mataku membaur bersama tawarnya air pantai.

"Maafkan aku."

Hanya sepatah kata itu yang keluar dari mulut manisnya. Entahlah, aku sudah muak dengan maaf darinya. Dalam hati pun aku terus berdoa, berdoa yang jelek-jelek untuknya. Aku berharap Wildan dan Mira tidak berjodoh. Jahat memang, tapi kadang hidup butuh keseimbangan. Karena jujur, dalam hatiku, cintaku padanya tetap bertahta di atas segalanya. Dia yang terindah.
Bulan pun berlalu, tahun berganti. Satu tahun 6 bulan sudah berlalu. Aku dan Wildan tidak pernah paham kabar, sejak peristiwa itu dia memblokir semua akun sosial mediaku. Mungkin malu? Atau merasa bersalah?
Hingga pada hari itu dia add lagi akun FB ku, kaget mungkin iya. Antara ada sisa-sisa kenangan dan sisa kebencian. Aku pun mengkonfirmasi, ternyata dia cuma minta maaf, dan minta doa restu untuk menikah. Ya, dia menikah. Dan syukurlah, wanita itu bukan Mira. Tapi Wildan menikah dengan tetangga rumahnya, teman SD nya. Aku pun mencoba tenang dan dewasa, memaafkan apa yang telah terlewati. Mengikhlaskan apa yang memang tidak tercipta untukku. Sampai kini dia mempunya anak lelaki yang sangat lucu, dan silaturahmi kami berjalan lancar di FB.

Tamsui, Taiwan

Ternyata benar. Jika kita berusaha berdamai dengan masa lalu? Semua menjadi indah. Ketika kita ikhlas dengan apa yang telah Dia tentukan? Hidup pun sangatlah bahagia. Seperti aku yang ikhlas melihat Wildan bahagia dengan keluarga kecilnya, dan berusaha berdamai dengan masa lalu. Karena masa lalu tidak untuk dilupakan, dan mantan? Tidak untuk dibenci. Mantan dan masa lalu adalah kepingan hidup yang kita ambil hikmahnya, apapun bentuk masa lalu itu. Dan apa pun bentuk kesakitan itu. Maafkan masa lalu, dan berdamailah. Ia punya masa depan, pun dengan kita juga punya masa depan. Dan Wildan? Adalah mantan terindah yang pertama kali mengajariku arti ikhlas.

Taiwan, 25 Juli 2018
@jassy