Comedyopenmic-Indonesia: Anak Tunggal Juga Bisa Merantau

Masih bercerita tentang aku, si anak tunggal. Kali ini aku ingin bercerita tentang anak tunggal yang juga bisa merantau.

Sumber 

Assalamualaikum...

Ya, kembali lagi ya sama si anak tunggal ini. Eit, tenang. Aku nggak semanja seperti yang kalian pikir. Gini-gini aku juga bisa merantau, 5 tahun. Lama juga kan. Mamaku saja datang lihat anaknya ini cuma 3 kali. Pas ngantar, pertengahan, sama pas wisuda. Selebihnya ya aku yang memang sering pulang kampung aja. Libur dikit pulang, weekend pulang, tetangga ulang tahun pulang, anak pak lurah syukuran motor baru aku pun pulang, ah banyak lah momen yang aku sempat-sempatin pulang kampung. Lah, namanya juga kangen.

Sebagai anak tunggal, hidup ngekost itu berat banget ya. Awal-awal aku ngekost itu aku suka galau, suka murung, suka nangis di pojokan. Aduh, lupain yang barusan.

Tapi lambat laun, aku bisa lah terbiasa jadi anak kost. Bisa nyuci piring sendiri, masak nasi sendiri, nyuci baju sendiri. Tapi mungkin efek dari sifat manjanya, kami itu kadang-kadang suka malas ya karena biasanya apa-apa diberesin. Jadi, aku tu pernah pas libur semester pulang kampung, aku kelupaan nyuci tempat masak nasi dengan masih ada nasi sisa.

Tiga bulan kemudian aku balik ke kost-an, nasi-nasi sisa itu sudah jadi kayak zombie dalam bentuk ulat dengan baunya itu kayak ketiak pemain bola tarkam yang kalau lalat hinggap, lalatnya keracunan. Tapi tetaplah aku coba cuci dengan pengamanan ekstra kayak polisi penjinak bom.

Bagi anak tunggal yang ngekost itu pasti kalau mau tanya-tanya ke mama. Mama itu udah seperti google nya anak tunggal sih. Bahkan untuk pertanyaan sepele seperti bagaimana agar ayam penyet yang dibeli malam hari bisa dimakan untuk sahur nanti. Terus, si mama jawab agar sambalnya dijauhin dari si ayam, dan kalau sahur mau makan sambalnya dicium dulu, kalau bau jangan dimakan. Eh serius loh, aku nanya kayak gitu.

Terus, bagi anak kost, makan mie instant itu adalah idola, khususnya akhir bulan. Di kost aku nggak ada kompor, cuma ada dispenser, jadi mie instant yang harusnya direbus dan airnya dibuang untuk kesehatan, sama aku, malah cuma aku rendam sama air panas dispenser. Ya air panas dispenser tahu lah semana panasnya, sama jok motor matic yang habis diduduki ibu-ibu pun masih kalah panasnya. Ya udah, cuma aku rendam itu aja, 3 menit aku rendam, nggak ada layu-layunya itu mie, namanya juga lapar, ya tetap aku makan.

Kadang-kadang, kalau lagi ada uang sedikit, aku tu belinya mie instant yang dalam mangkoknya itu, apa namanya ya, rockmi ya kalau nggak salah. Rockmi ini harganya kan agak mahal, lima ribu. Sedangkan mie instant biasa paling cuma 2500, bahkan ada yang seribu. Kan lebih hemat.

Ya udah balik lagi ke rockmi, aku siram mie itu pakai air panas dispenser juga, lumayan layu sih karena kan memang diciptain untuk diseduh, bukan kayak yang tadi. Aku beli yang goreng, jadi airnya itu dibuang. Ditiriskan dengan tutupnya yang memang berlubang-lubang. Pagi itu, sebelum ke kampus, aku sarapan itu. Lumayan lapar juga. Setelah menunggu 3 menit, aku dengan antusias ambil mie itu lalu kutiriskan, aku goyang-goyangin supaya airnya habis, lalu apa yang terjadi selanjutnya?

Tiba-tiba tutupnya terbuka dan mienya tumpah semua. Ini serius ya, sebenarnya malu juga aku ceritain, tapi ini nyata, aku ambil mie yang tumpah tadi, aku lihat yang masih bersih, aku taruk di mangkoknya lagi, lalu aku makan. Sedih? Iya aku aja sedih ceritainnya. Namanya juga anak kost.

HAHAHAHAHA

Baiklah, demikian saja. Aku Arief. Terima kasih. Assalamualaikum.

Berhubung satu orang boleh maksimal kirim dua postingan, maka ini adalah postingan kedua saya untuk kontes #comedyopenmicindonesia yang diselenggarakan oleh saudara @rastaufik10. Terima kasih sekali lagi atas penyelenggaraan kontes menulis ini. Semoga saya bisa terus berkembang dan belajar hingga tulisan saya semakin baik lagi.

Langsa, 20 Maret 2018

AD