Ransel Afdhal
Pagi-pagi sekali Afdhal bangun dan langsung mandi. Sebuah poster tentang pameran karya dan pertunjukan seni anak tertempel rapi di dinding kamarnya. Afdhal telah merencanakan pejalanannya hari ini dari seminggu yang lalu. Afdhal memang sangat suka bepergian, mencari hal baru dan menemukan cerita unik dalam sebuah perjalanan. Dia biasanya travel menggunakan transkutaraja, bus kota di daerah dia tinggal. Afdhal adalah seorang anak laki-laki yang duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Ia memiliki hobi unik yaitu berpetualang sendirian. Afdhal memang senang menyendiri sejak kecil, namun hal ini tidak membuatnya merasa kesepian.
Selesai mandi, Afdhal sibuk mempersiapkan kebutuhan petualangannya hari ini. Ransel gajah yang merupakan satu-satunya tas yang Afdhal punya telah terisi semua benda-benda penting bagi Afdhal. Buku harian, alat tulis, dan sebuah map berisi gambar-gambar hasil karya Afdhal di waktu senggang.
“Gajah, kita akan berjalan jauh hari ini, jangan ngeluh ya”, kata Afdhal sambil mengelus ranselnya seakan berbicara pada sahabatnya.
“Mak, Afdhal sudah siap, Afdhal mau pergi ke museum tsunami hari ini ya”, kata Afdhal sambil menyeruput teh buatan Mamak diatas meja.
“Iya, kamu hati-hati ya nak, ini botol minummu, hari ini mungkin Mamak gak bisa kasih kamu jajan, nanti pulang sebelum makan siang saja ya”, kata Mamak yang sudah terbiasa membiarkan Afdhal berjalan sendirian.
Senyum sumringah menandakan Afdhal tak merasa bermasalah dengan tanpa jajan untuk berjalan-jalan. Toh, yang ia perlukan hanya petualangan dan hal baru. Beruntung Afdhal hanya perlu berjalan kaki 12 menit dari rumahnya untuk mencapai terminal bus. Bus yang ditumpanginya akan mengantar Afdhal tepat di depan museum tsunami.
“Untung saja bus kota ini masih gratis, jadi aku akan bisa terus jalan-jalan tanpa harus diantar Ayah”, Afdhal membatin.
Sesampainya di museum tsunami Afdhal dengan penuh rasa penasaran mengelilingi lokasi pameran dan meneliti satu-persatu karya yang ada disana. Afdhal memperhatikan dengan detail karya-karya miniatur sehingga membuatnya tak sengaja mengomentari hasil karya tersebut.
“Wah, ini bagus sekali, karya terbaik, sempurna”, kata Afdhal dengan polosnya.
Afdhal terus berkeliling dengan mulut yang komat kamit memberikan penilaian atas setiap karya yang dilihatnya. Selain pameran karya juga ada pertunjukan seni, Afdhal duduk sendiri dan menonton semua pertunjukan dengan kagum. Tak lupa ia mengeluarkan buku harian yang ia buat sendiri dan menuliskan tentang ceritanya hari ini.
Hari ini aku ke meseum tsunami
Disini ada banyak sekali karya-karya teman-teman dari banyak kampung
Ada tarian juga
Tadi juga aku membaca buku tentang UFO
Disini sangat seru
Setelah menuliskan beberapa bagian tersebut Afdhal disapa oleh seorang panitia yang ternyata telah memperhatikannya sejak tadi. Kakak ini penasaran karena Afdhal tampak datang sendirian tanpa di temani orangtuanya. Berbeda dengan beberapa pengunjung anak lainnya yang ditemani orangtua bahkan sangat diawasi untuk tidak terlalu dekat dengan barang-barang pameran.
“Hai dik, boleh kakak duduk disini?,” sapa kakak dengan mencari posisi di samping Afdhal.
“Tentu saja”, kata Afdhal bersahabat. “Kak, ini tari apa namanya?,” Afdhal bertanya tanpa malu.
Dengan senyuman, sang kakak menjawab, “Ini namanya didong, teman-teman yang tampil dari Aceh Tengah lho, kamu tau Aceh Tengah itu dimana?.
Afdhal menggeleng, namun ia tetap menuliskan informasi yang ia dapatkan ke dalam buku hariannya.
“Hmm… ngomong-ngomong namamu siapa dik? Dan kamu dengan siapa kesini, kakak gak liat orangtuamu”, kata kakak sambil celingak celinguk melihat sekitar.
“Namaku Afdhal, aku datang sendiri kak, tadi dengan bus dari rumah”, kata Afdhal sambil tersenyum ramah.
“Itu buku apa? Boleh kakak liat?,” tanya kakak penasaran.
Afdhal menyerahkan buku hariannya tanpa ragu, “Kak, apa bisa nanti tulisanku juga di tempelkan dan dipamerkan?”, tanya Afdhal bersemangat.
“Oh… bisa saja, asal kamu terus mau menulis, kakak liat tulisanmu banyak, kamu suka jalan-jalan ya?”, kakak sedikit terkejut dengan pertanyaan Afdhal, namun berusaha menyemangatinya.
“Iya kak, saya suka jalan-jalan, meski Ayah gak bisa antarkan saya mau buku saya penuh dengan cerita”, kata Afdhal sambil memeluk ranselnya.
Afdhal memandang ke atas panggung dan berjanji pada dirinya akan terus mencari cerita baru yang akan ia tuliskan dalam bukunya. Dan ransel ini akan terus menemani setiap petualangannya. Penampilan didong adalah penampilan terakhir yang bisa dilihat Afdhal sebelum ia pulang. Sesuai dengan pesan Mamak, Afdhal harus pulang sebelum makan siang. Afdhal mengambil buku yang dikembalikan sang kakak dan pamit untuk pulang. Afdhal pulang dengan membawa cerita menariknya hari ini.
Congratulations @nourica43! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!