SAYA PUNYA ALASAN UNTUK PERCAYA BAHWA ANDA BERSELINGKUH DENGAN ISTRI SAYA
karya: Nizam Al-Kahfi PKB
Katanya namanya Ameer. Ia baru berpindah di desa ini sebulan yang lalu. Ia seorang insinyur profesional berketurunan India. Katanya ia telah mengintip gerak-geriku. Memang sejak tiga minggu lalu aku terasa seperti dibuntuti. Kerap juga aku terlihat sebuah mobil mewah yang sama menunggu tidak jauh dari rumahku ketika aku pergi kerja.
"I have reasons to believe that you are having an affair with my wife," kata Ameer. "Walaupun tidak ada bukti yang kukuh, saya percaya Anda berselingkuh dengan istri saya."
Ia fasih berbahasa Melayu dan Inggeris. Katanya ia tinggal di 'sana' sambil menunjuk ke arah rumahnya. 'Sana' itu adalah jalan dan trek jogging-ku. Saat aku bebas dari kerjaan, aku biasanya akan ber-jogging . Rumah yang dikontrakan kepadanya itu sedikit terpencil kira-kira setengah kilometer dari rumahku dan ia tetangga pertamaku di sebelah kiri. Rumah yang besar dan mewah. Tentunya ia insinyur yang berkedudukan tinggi dan bergaji lumayan.
Ameer dan aku memiliki sosok tubuh yang serupa. Serupa dalam erti kata sama rupa sama gaya, sama tegap, cuma yang membezakan kami adalah warna: ia hitam (gelap) dan aku putih (cerah). Mungkin umur kami juga sama - 30 tahun. Ia keturunan India dan aku keturunan Melayu dan Cina. Kami sama-sama belum mempunyai anak. Istriku bekerja sepenuh masa di kantor pemerintah. Istrinya tidak bekerja. Aku bekerja sif, Ameer bekerja sepenuh masa. Secara logikanya jika aku hendak berselingkuh dengan istrinya memang tidak ada masalah tetapi aku tidak pernah kenal mereka ini. Aku merenung mata Ameer, ia juga tidak mahu mengalah. Ia merenung balik mataku. Benarlah mukanya seperti mukaku, cuma muka itu hitam.
"Apa yang menyebabkan kaupikir aku akan tertarik kepada istrimu?" soalku.
"I have a beautiful wife," katanya.
"Istriku juga cantik," kataku. "And I have reasons to believe that you are having an affair with my wife juga!"
"WHAT? " katanya.
"Exactly," kataku sambil senyum. "Case dismissed! "
Ia pergi dan aku bersiap-siap untuk berjogging. Aku melewati rumah Ameer. Rumah itu letaknya ke dalam sekitar seratus meter lebih dari jalan raya. Setiap kali aku ber-jogging aku terlihat seorang wanita India sedang menjemur pakaian. Kadang kala ia memandangku juga. Dari jalan raya ini ia tampak biasa-biasa saja. Pastinya bagi seorang suami istrinya itulah yang paling cantik.
Ameer datang lagi. Ia melarang aku ber-jogging melewati rumahnya.
"Saya rasa istri saya sudah jatuh cinta kepadamu," katanya.
Hahaha, kataku dalam hati. Gila.
"Saya tidak mahu mengatakan ini," katanya. "Anda telah menjiplak muka saya. Bezanya saya hitam, Anda putih."
Semua ini aku ceritakan kepada istriku. Ia tertawa. Aku tidak hendak bermusuh-musuhan dengan tetangga, apa pun bangsa dan ugamanya. Oleh sebab istriku tidak bekerja esok (dia mengambil cuti tiga hari) aku menyuruhnya supaya berkenalan dengan istri Ameer.
"Mudah-mudahan Ameer tidak akan menuduh aku yang bukan-bukan," kataku.
Sore esoknya aku pulang kerja dan bertanya pada istriku tentang istri Ameer.
"I have reasons to believe," kata istriku dengan serius, "that you are having an affair with Ameer's wife. "
"Ha ha ha," kataku. "You are joking, right?"
"AKU TIDAK BERCANDA!" kata isteriku. "ABANG JANGAN BER-JOGGING KE SANA LAGI!"
Aku pun tidak ber-jogging ke sana lagi, apalagi akhir-akhir ini aku selalu terlihat mobil putih parkir tidak jauh dari rumahku. Aku percaya mobil itu adalah spion yang dipasang istriku untuk memata-mataiku. Apabila aku tanyakan ini, istriku tidak menafikannya.
"Abang sayang," katanya. "Aku punya spion di seluruh negeri dan di negeri-negeri tetangga juga."
Sayang benar juga istriku itu kepadaku. Apabila mobil putih itu sudah mulai jarang-jarang kelihatan, aku pun ber-jogging ke sana (ke sebelah kiri). Bukan apa, jalan itu adalah jalan yang sunyi sepi, aman dan tenang. Jalan sebelah ke kanan adalah kawasan yang banyak rumah, dan selokan di kiri kanan mengeluarkan bau kurang enak. Belum jauh aku melewati rumah Ameer, aku terdengar bunyi tapak-tapak kaki mengikutiku. Aku menoleh ke belakang.
Ya Rabbi! Ini bukan manusia. Ini bidadari yang turun dari langit ke tujuh. Aku tahu ini istri Ameer. Bagaimana ia menjadi istri Ameer yang hitam legam itu adalah di luar jangkauan akalku. Cinta itu memang buta. Ia kira-kira sebaya umur istriku - 27 tahun. Istriku tahu yang aku meminati filem Hindi, dan ini adalah bidadari berbangsa Hindi. Cantiknya dua kali ganda kerana dengan melihat bayang-bayangnya saja kita bisa tergoda.
Ia berada di sebelah kananku.
"Mind if I join you? " katanya dengan suara yang merdu. "Boleh aku bergabung denganmu?"
Aku mengangguk saja. Aku melihat bayang-bayangnya.
"Kau benar-benar serupa suamiku, tetapi kau berwarna putih," katanya kemudian.
Aku berputar lalu berpatah balik. Ia ikut berputar dan berpatah balik. Ia mengirimku berjogging sampai ke simpang rumahku, kemudian ia berpatah balik ke rumahnya.
Mulai saat itu aku tidak pernah lagi ber-jogging di luar rumah. Aku membeli threadmill.
Pulang dari bekerja istriku tertanya-tanya tentang threadmill itu.
"Abang beli threadmill? "
"Aku ber-jogging di dalam rumah saja," jelasku.
Aku menceritakan apa yang berlaku pagi tadi kepadanya kebetulan pula ia tidak memasang spionnya.
"Aku terpaksa mencari sebab kenapa kau dan Ameer berprasangka Abang selingkuhan dengan istrinya," kataku.
"Cantik yah, istri Ameer itu, Bang?"
"Cantik memang cantik," kataku, "tapi cantik lagi istri Abang."
Istriku belum tahu yang wajah Ameer itu betul-betul seperti wajahku cuma berwarna hitam. Kalau ia tahu tentu ia akan lebih paranoid lagi.
I have reasons to believe that you are having an affair with my wife = Saya punya alasan untuk percaya bahwa Anda berselingkuh dengan istri saya.
Di dalam versi cetakan, judul asal cermin ini ialah MIND IF I JOIN YOU? tapi di sini aku merubahnya untuk sesekali punya judul yang panjang. :)
© cerita-secangkir-kopi-pkb04062012-edisi-revisi-nak26092017
Diupvote yaa..
Makasih. Saya baru di sini dan belum tau apa-apa. Baru belajar steemit.