Saya Ingat Pada Bulan

in #busy7 years ago (edited)

Purnama penuh, Pamekasan 8/18/2016

Hai Steemian, ini adalah cerita saya tentang sebuah momen kenangan dari masa kecil. Ketika kanak-kanak dulu saya suka sekali memandangi bulan. Saat itu kampung kami belum berlistrik, rumah-rumah ketika malam dicahayai dengan suram dari nyala api lampu minyak. Belum ada cahaya yang lebih terang dari rembulan saat purnama diseluruh kampung. Yang paling indah adalah saat musim kemarau, wajah bulan bulat penuh terang sepanjang malam.

Ditengah kampung kami adalah sekelompok petak sawah, ditengah sawah ada sepotong jalan batu. Diantara tempat terindah untuk menatap rembulan purnama adalah ditengah sawah, dipertengahan jalan batu tersebut. Saya bersama sepupu suka diam-diam menyelinap kesana. Biasanya saat malam purnama kami berdua berburu jangkerik. Kami lakukan untuk menghalau rasa bosan menunggu kakek memulai kelas mengaji kami.

Jangkrik mudah sekali ditangkap ketika malam purnama sedang penuh. Mereka mengeluarkan suara berkerik dimana-mana. Setiap kali menangkupkan tangan di rerumputan selalu saja ada jangkrik yang terperangkap. Dengan cepat para keluarga jangkrik akan menangis sejadi-jadinya karena anggota keluarganya telah menjadi korban penculikan sadis kami. Tapi saya lebih suka berlama-lama tengadah memandangi rembulan dari pada berburu.

Setengah puas menatap rembulan dan menyandera jangkrik kedalam sekap botol sirup kami berlari pulang. Telat sedikit kami datang, oleh kakek majelis pengajian akan diubah menjadi acara khutbah akbar tentang kami. Meski itu khutbah, tapi materi utamanya bukan tentang keagungan kisah hidup para Nabi. Melainkan cerita bengal anak kecil yang seolah kakek menyesal menyebut kami berdua sebagai cucunya.

Diceramahi dan dikhutbahi begitu kami bukannya peduli. Pikiran saya masih belum kembali dari tengah sawah. Bahkan kini sang pikiran telah jauh mengawang, terbang hingga mencium wajah cemerlang rembulan. Sepupu saya menunduk terpekur dalam. Sikapnya yang tekun itu palsu belaka sebenarnya. Dalam ketundukan itu ia sedang waspada. Dari celah renggang lantai papan matanya mengawasi botol sirup penuh jangkrik agar tidak dibajak anak lain lebih tua yang sedang menanti giliran dingajikan oleh kakek.

Ingatan saya tentang kakek tidak melulu mengenai pengajian dan ceramahnya buat kami. Saya ingat juga saat purnama beliau sering bekerja lebih lama. Selepas mengajikan kami, beliau merajut bilah atap rumbia untuk dijual, ditemani nenek yang menganyam tikar. Mereka berdua bergantian mensyairkan cerita wafatnya Rasulullah. Kami para cucunya duduk bergerombol dibawah atap tangga. Cahaya temaram bulan menerobos hingga kolong rumah. Disana dalam botol sirup para jangkrik sedang tumpas kehabisan oksigen.

Bulan setengah, Pidie Jaya, 10/11/2016

Sekarang saya mengenang dan mengingat semuanya. Kampung tak berlistrik dan temaram lampu minyak tanah. Sepupu seusia yang bertahun-tahun tak bertemu. Kakek yang mengajarkan saya aksara kitab suci. Nenek dan kitab syair kisah Rasul Allah. Bulan purnama temaram dikolong rumah.

Seorang buyut saya bernama Bulan. Mungkin beliau cantik, cerah dan bersinar laksana bulan. Apakah karena itu saya terobsesi pada bulan?

Pamekasan, 6 Februari 2018

Sort:  

wow sebuah kisah inspiratif.... tulisan yang menarik... you're hunter of the moon .....

Haha.. Saya menyukai terang bulan @dedyrendra..

Membaca tulisan terasa berada saat masa kecil watee beut aleh, ba, ta, tsa...

Iya.. Ini kejadian masa kami belajar membaca abu tawsi jaha hudaydi... @samsulrizall..

Jauh berasa hingga tahun puluhan silam.

Ini sumbernya memang dari 30 tahun yang lalu @murizalpangeran..:) Terimakasih apresiasinya ya.. Salam kenal..

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.16
JST 0.031
BTC 59214.59
ETH 2524.82
USDT 1.00
SBD 2.48