Aku Bercerita Tentang Sebuah Kepongahan dengan Bahasa yang Sederhana, Andanya Kau Bisa Mengerti (1)

in #busy6 years ago

stem1.jpg

KEMATIAN Abidin begitu cepat, begitu singkat. Petangnya anak itu terserang demam, panas badanya terus meninggi. Syahlan, sang Ayah menjemput Teungku Kudus. Orang pandai itu segera memeriksa, lalu membuat obat sederhana. Tak lama selepas dia minum obat itu, panasnya semakin meninggi hingga larut malam. Menjelang Subuh, sebelum azan berkumandang, anak itu sudah meninggal dengan tubuh penuh bulir peluh.

Menurut perkiraan Mantri Kampung yang kemudian datang memeriksa, sebetulnya penyakit Abidin tidak parah betul, dia terserang demam oleh perubahan cuaca yang juga dialami puluhan anak lainnya di kampung itu. Namun sang Mantri tidak pernah menyampaikan hal-ihwal itu pada sang Ayah yang masih begitu percaya pada Teungku Kudus yang mengatakan tubuh Abidin dikuasai roh jahat.

Makanya Teungku Kudus yang termasyur itu segera merajah tiga butir kapur sirih yang sudah dibulat-bulatkan seujung jari kelingking, lalu menusukkannnya pada lidik ijuk dan membakarnya sebelum menyerahkan pada sang Anak. Beberapa saat setelah kapur sirih diminumkan, tubuh Abidin menggelepar-gelepar karena panas, lalu mengejang.

Syahlan amat panik, dan kembali mendatangi Teungku Kudus yang sudah balik ke rumahnya. Namun orang pandai itu tetap tenang dan menjelaskan bahwa obatnya sedang bekerja, roh jahat dalam tubuh anak yang baru berusia enam tahun itu sedang mendapatkan perlawanan, makanya dia meronta-ronta. Lalu orang pandai itu menyakinkan bahwa hal itu menandakan kerja obatnya sangat kuat dan manjur, dan esok paginya Abidin akan pulih serupa sedia kala.

Aku_Hidup2.jpg

Peristiwa itu sudah berlalu setahun belakang, dan kemudian aku diceritakan Arruddin, yang juga seorang tabib yang tidak disukai banyak orang, lantaran sikapnya yang menentang kebiasaan penduduk yang masih begitu percaya pada tahayul. Dia menilai orang-orang terlampau percaya pada soal-soal gaib, melebihi kuasa Tuhan yang Maha Kuasa.

Arruddin kemudian menggambarkan betapa menderitanya sang anak manakala sedang menanggung kesakitan malah diberikan azab lebih berat lagi. Menurutnya pada orang sehat saja, bila sebutir kapur sirih itu ditelan, lambung akan memanas, lalu suhu tubuh segera meningkat, apalagi sampai tiga butir. Dia yakin tiga butir kapur sirih sebesar ujung kelingkin itu bisa membuat tubuh seorang yang sehat sekalipun berubah sekarat.

Namun celakanya, hal itu tidak pernah disadari Teungku Kudus, dan pihak keluarga korban menganggap kematian anaknya bukan oleh sebab salah obat, melainkan sudah kehendak Allah yang hendak mengambil nyawa anak itu.

Maka tak terlihat roman kesedihan di wajah Syahlan ketika anaknya dimakamkan di perkuburan dekat meunsah, karena wajah iman lelaki itu menunjukkan bahwa Abidin sudah bersenang-senang berada di alam surga kedelapan beserta ribuan bidadari yang cantik jelita yang menemaninya.

Arruddin tidak dapat menahan rasa jengkelnya pada Teungku Kudus dan orang-orang yang dianggapnya sangat pongah dan bodoh. Saat menceritakan kisah itu padaku, mulutnya tak habis-habisnya mencecar orang-orang kampung sekalian yang menghujat jin melulu, tapi pada kenyataannya yang membunuh anak itu adalah diri mereka sendiri.

Sudah sepantasnya Teungku Kudus yang merasa dirinya dekat dengan Tuhan itu mendekam dalam penjara oleh sebab kepogahan dan kecerobohannya. Tapi lelaki tua itu hanya berani membongkar kasus itu padaku, dan tak pernah mengatakannya pada orang kampung, hanya pada penduduk-penduduk kampung lain saja dia berani mengungkapkan kebenaran itu.

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.13
JST 0.032
BTC 62795.05
ETH 2941.10
USDT 1.00
SBD 3.55