Rumah Gadang Pemersatu Urang Minang

in #budaya6 years ago

WhatsApp Image 2018-02-17 at 14.21.19.jpeg
Bagi masyarakat Minangkabau, di Provinsi Sumatera Barat, rumah gadang bukan sebatas tempat tinggal, namun juga sebagai tempat bermusyawarah dan sebagai identitas. Ada rasa haru dan malu jika urang Minang tak memiliki rumah gadang. Rumah gadang mempersatukan mereka.

Rumah Gadang Gajah Maram di Jorong Bariang Rao-rao, Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumbar telah berusia lebih 224 tahun, namun masih berdiri gagah di tengah-tengah permukiman.
Rumah gadang itu milik kaum suku Melayu Buah Anau Datuak Lelo Panjang. Meski usia lebih dua abad rumah gadang itu tidak berubah. Bentuk bangunan masih sama seperti awal dibangun. Hanya beberapa bagian yang direnovasi karena sudah lapuk dimakan usia.

Yanas Ernawati (60) dan Rini Elita (50) merupakan generasi ke lima dari Datuak Lelo Panjang. Rumah itu kini dirawat oleh mereka. “Kami hanya merawat, namun tidak boleh memiliki karena rumah gadang milik kaum,” kata Rini.

Rumah panggung berbentuk segi empat itu dan terbuat dari kayu. Tiang-tiang penyangga terlihat kokoh. Pada dinding terdapat ukiran-ukiran. Empat jendela di kiri dan di kanan membuat sinar matahari masuk dengan mudah. Atapnya berbentuk gonjong seperti tanduk kerbau. Tiga gonjong di kiri, empat di kanan, dan satu di depan, tepat di atas teras pintu utama. Namun, atap ijuk sudah diganti dengan seng.

Penataan ruangan di dalam rumah gadang sesuai dengan fungsinya. Sebuah ruangan cukup luas berada di tengah. Ruangan ini untuk rapat kaum, acara adat, silaturrahmi, dan menerima tamu. Sedangkan di kiri kanan terdapat anjuang (anjung) yang dibuat lebih tinggi.

Di anjung itu tempat mempelai bersanding pada acara pernikahan dan pengukuhan gelar adat. Anjung itu juga sebagai tempat anak perempuan duduk bercengkerama.

()
Rumah Gadang Gajah Maram miliki delapan biliak atau kamar. Lima lemari dibuat menyatu dengan dinding. Dapur dihubungkan sebuah lorong kecil. Di atas kamar-kamar itu terdapat salang untuk menyimpan barang.
Pondasi rumah gadang ditanam, namun ditiangnya ditumpu pada batu yang disebut umpak. Rangka rumah balok-balok yang dirangkai tanpa menggunakan paku. Sehingga saat gempa rumah gadang tidak roboh, tetapi hanya goyang. Rumah gadang siaga terhadap gempa bumi.

Di depan rumah gadang terdapat lima rangkiang yang berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil panen. Rangkiang itu juga berbentuk gonjong. “Nenek moyang kami dulu orang kaya. Hasil bumi disimpan di rangkiang ini,” kata Rini.
Rini dan Yanas merupakan sepupu. Ibu mereka beradik kakak. Saat masih anak-anak mereka pernah tinggal di rumah itu. Setelah menikah mereka membangun rumah sendiri tidak jauh dari rumah gadang. Kini rumah gadang tidak lagi dihuni, namun tetap dirawat dengan baik.

Sebagai perempuan pewaris rumah gadang mereka berkewajiban menjaganya. Minangkabau menganut matrilineal, keturunan mengikuti garis ibu, sehingga perempuan mendapat hak lebih besar termasuk warisan rumah gadang.

Rumah Gadang Gajah Maram menjadi bagian dari Saribu Rumah Gadang di Solok Selatan. Kawasan Saribu Rumah Gadang menjadi destinasi wisata. Banyak wisatawan nusantara datang menyaksikan rumah gadang. Warga di sana menyambut hangat tamunya. Pemda Solok Selatan menbantu merehab rumah gadang yang dijadikan tujuan wisata.

Di Bariang Rao-rao rumah gadang mudah dijumpai. Ukuran dan bentuk sedikit berbeda satu sama lain. Menyusuri jalan kampung rumah gadang berada di kiri kanan. Sebagian kecil rumah gadang masih ditempati oleh kaum dan sebagian dibiarkan kosong, namun tetap dirawat.

Bagi orang Minangkabau keberadaan rumah gadang sangat penting. Bukan hanya sebagai tempat musyawarah, kegiatan adat, dan tempat tinggal. Akan tetapi, rumah gadang menjadi identitas dan pemersatu sesama kaum.

Jalimar (83) warga Lubuh Jaya, Kecamatan Sungai Pagu menuturkan, rumah gadang warisan datuaknya dari kaum Bariang lama tidak ada yang tempati. Namun, rumah itu tetap dijaga. “Di sini kalau tidak punya rumah gadang, keaslian kita sebagai orang Minang diragukan,” kata Jalimar.

Pada hari-hari tertentu seperti Lebaran dan acara adat Jalimar bersama kaumnya berkumpul di rumah gadang. Saudaranya yang berada di luar Sumbar pulang untuk menghadiri acara. Rumah gadang mempersatukan mereka.
WhatsApp Image 2018-02-17 at 14.23.40.jpeg![WhatsApp Image 2018-01-26 at 16.43.40.jpeg]

Sort:  

Ditunggu kelanjutan about Minang yaa!

abang urang minang kah?
saya baru sepekan lalu dari sana. alam dan orangnya sangat ramah

Saya orang minang nihh.. Salam kenal.

Salam minang kembali uda. Minang ranjak nian

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.12
JST 0.028
BTC 64269.55
ETH 3490.29
USDT 1.00
SBD 2.53