JANGAN MALU BERBAHASA ACEH (STEEMPRESS #4)

in #blog6 years ago (edited)



source.img

Salam sejahtera tuan puan steemian, semoga hari ini sobat steemian bisa melakukan aktifitas dengan baik tanpa ada kekurangan apapun, dalam kesempatan yang singkat ini izinkan saya mengajak steemian semua untuk membaca dan merenungi isi tulisan saya, dan semoga bermamfaat kiranya.

Seperti judul diatas, hari ini saya ingin membicarakan tentang pentingnya menjaga adat dan budaya kita, karena dengan itu kita bisa dikenal oleh bangsa-bangsa yang lain. Ya, bahasa Aceh yang merupakan identitas kita sebagai suku paling ujung dinegeri ini. Bahasa Aceh terancam punah bila lama kelamaan bahasa Aceh hanya tinggal nama dan tidak ada yang tahu bagaimana bahasa Aceh itu sebenarnya, jangan biarkan ini terjadi untuk generasi yang akan datang. Fenomena generasi sekarang yang kita lihat sungguh sangat memperhatikan, mereka sudah malu untuk berbahasa Aceh, untuk itu kita semua berharap kepada para orang tua, terutama kepada para ibu-ibu muda agar senantiasa dan jangan malu-malu untuk memperkenalkan bahasa Aceh kepada anak-anak anda. Kita merupakan bangsa yang besar dan jangan jadi bangsa pelupa, lupa kepada para leluhur kita yang telah berjuang untuk negeri ini, mereka rela berkorban nyawa hanya untuk mempertahankan identitas keacehannya. Bahasa juga merupakan salah satu identitas bangsa, dengan bahasa kita bisa berkomunikasi dan menumbuhkan rasa persaudaraan sesama anak negeri yang baik. Bahasa Aceh akan punah bila orang aceh sendiri tidak mau lagi menggunakan bahasa tersebut.

inilah yang sedang terjadi di kehidupan kita, kita enggan menggunakan bahasa indatu kita seolah - olah bila kita berbasa Aceh maka kita tidak akan bisa maju dan ketinggalan, padahal jika bukan kita yang memajukan bahasa kita maka siapa lagi? orang lain tidak mau berbahasa daerah kita dan bila kita juga tidak menggunakan bahasa daerah kita sendiri maka saya nyakin suatu saat bahasa ini akan punah di permukaan bumi Aceh.

Masyarakat Aceh khususnya generasi saat ini, para remaja lebih sering menggunakan bahasa Indonesia ketimbang bahasa Aceh, entah karena malu atau memang tidak mau berbasaha Aceh, padahal bila kita lihat lawan bicaranya sama-sama mengerti bahasa Aceh dan hidup dilingkungan yang "meuklok bahasa Aceh".

Berbicara bahasa, bisa dikatakan sebuah skil atau kemampuan yang apabila sering digunakan maka kita akan lebih mahir, ibarat pepatah klasik "alah bisa karena biasa" apabila kita jarang menggunakannya maka kita akan lupa satu persatu dari ejaan bahasa itu sendiri. Bukti nyata yang dapat kita lihat saat ini banyak penggalan bahasa Aceh yang tidak pernah kita dengar lagi atau penggunanya diganti dengan bahasa Indonesia.

Contoh dari sekian banyak kata atau penggalan kalimat yang mulai hilang dari enuturan keacehan adalah seperti kata "Camca"(artinya sendok) sekarang yang sering kita dengar diucapkan yaitu "sendok",padahal itu bahasa Indonesia dan masih banyak lagi bahasa Aceh yang hampir punah, sungguh sangat disayangkan jika ini terus terjadi tanpa ada perhatian dari kita, karena secara tidak sadar kita telah membuang bahasa Indatu kita, dan menggantikannya dengan bahasa nasional.

"Bahasa Aceh harus menjadi pondasi, bukan untuk membeda-bedakan kesukuan tapi justru memperkuat kebinnekaan. Bahasa ibu yang kuat akan memperkuat nasionalisme."

Generasi sekarang bila menggunakan bahasa Aceh seperti orang bulek mengucapkan bahasa daerah lain, logatnya dibuat seolah-olah tidak bisa berbahasa aceh sehingga kedengarannya seperti orang tilo. Pengucapannya tidak kental lagi terdengar seperti orang Aceh aslinya. Perlu kita ketahui bahwa Aceh bukanlah masyarakat yang terdiri dari beberapa suku yaitu ada 14 (empat) belas suku. Setiap suku tersebut mempunyai bahasa tersendiriyang telah berasimilasi dengan bahasa Aceh sehingga mengahasilkan bahasa baru, seperti bahasa jamee, yaitu asimilasi anatara bahasa minang dan aceh.

 


Sebagian mereka yang bukan asli suku Aceh, seperti suku Gayo misalnya, mereka tidak menggunakan bahasa Aceh dalam berkomunikasi, tapi menggunakan bahasa yang didapat dari orang tua mereka atau biasa disebut bahasa ibu. Akibatnya, dalam kesehariannya mereka lebih dominan menggunakan bahasa dari suku mereka ketimbang menggunakan bahasa Aceh. Anak-anak mereka juga menggunakan bahasa tersebut karena sebagian dari mereka ada yang tidak isa berbahasa Aceh. Jadi, bahasa yang diajarkan pertama di keluarga mereka ialah bahasa dari suku mereka.

Ketika anak-anak mereka masuk sekolah, bahasa selanjutnya yang dipelajari adalah bahasa Indonesia. Ini karena kurikulum sekolah mewajibkan siswa untuk bisa berbahasa Indonesia dan mata pelajaran bahasa Indonesia pun terdapat dari tingkat dasar hingga sekolah atas. Adapun Bahasa Aceh sangat sedikit disinggung dan bahkan terkadang pelajaran Bahasa Aceh merupakan mata pelajaran muatan lokal atau istilahnya mata pelajaran tambahan, itupun terdapat di sekolah tingakt dasar saja, sedangkan untuk sekolah lanjutan berikutnya mata pelajaran Bahasa Aceh tidak ada lagi. Akibatnya sampai kapanpun tidak bisa bicara bahasa Aceh dengan fasih, padahal kta adalah orang Aceh tulen. Jika tidak dibiasakan belajar bahasa Aceh sangatlah susah untuk mengikuti logat orang aceh.

Seiring berjalannya waktu, tampaknya minat masyarakat Aceh dalam menggunakan bahasa Aceh semakin berkurang. Perhatiannya pun untuk memilihara bahasa Aceh juga berkurang, bahkan ketika ada orang yang berbicara bahasa Aceh dengan logat asli aceh, atau yang disebut dengan meukeulidoe malah menjadi bahan tertawaan. Akibatnya banyak yang malu untuk berbahasa Aceh dan menampakkan keaslian Acehnya sehingga muncullah Aceh jadia-jadian, yaitu orang yang isa bahasa Aceh, tapi logatnya telah di ubah menjadi logat bahasa indonesia.

Para orang tua pun tidak lagi mengajarkan bahasa Aceh kepada anak-anak mereka sehingga anak-anak Aceh merasa asing dengan bahasa mereka sendiri. Apa jadinya Aceh ini kedepan? Lama-kelamaan bahasa Aceh hanya tinggal nama dan tidak ada yang tahu bagaimana bahasa Aceh itu sebenarnya. Kita Sebagai masyarakat Aceh harusnya berbangga hati dengan bahasa yang kita miliki karena bahasa Aceh adalah bahasa yang unik.


Kita memang tinggal di negara Indonesia tetapi mempunyai budaya dan ciri khas tersendiri, keberagaman inilah yang membuat kita terliah semakin unik. Sudah sepatutnya kita sebagai masyarakat Aceh menjaga dan melestarikan bahasa Aceh. Jangan malu untuk berbahasa Aceh dan kita harus mempertahnkan keaslian dan kemurnian ini karena jika bahasa tidak bisa dipertahankan, kebudayaan yang terdapat didalamnya akan sangat mudah hilang dan lenyap mengikuti alur perkembangan para pengguna bahasa itu sendiri.

Kita harus menyadari betapa penting menjaga dan merawat bahasa karena dengan bahasalah kita mengetahui identitas kita suebagai bangsa. Dan melalui tulisan ini saya berharap agar kita selaku masyarakat penerus untuk tidak malau menggunakan bahasa Aceh dan mengembangkannya kepada generasi penerus.

 


Posted from my blog with SteemPress : http://hermanlc.epizy.com/wp/2018/08/02/jangan-malu-berbahasa-aceh-steempress-4/

Sort:  

nyan betoi that @hermanlc 👍

terima kasih kawan

Indonesia memang sedang darurat akan kepunahan budaya, terutama bahasa... Tidak hanya di Aceh... Di Lampung hingga ke Jawa pun kasusnya seperti itu... Permasalahannya kembali ke pendidikan yang seperti tertulis di atas... Tidak mengedepankan pelajaran adat budaya dalam kurikulum...

ya, inilah bangsa kita, semoga kita bisa menjaga dan merawat budaya lokal kita.

Semoga... Aamiin...

Nyan baroe beutoi.
Bereh that emank.
Setuju dengan pendapat anda.

beuk baroe eut banda aceh ka hanjet le peugah bahasa aceh..alah lempap..khak, terima kasih kawan

nyan bereh...
entah penyakit apa yg melanda generasi kita sehingga kebanyakan malu berbahasa ibu. padahal bahasa adalah identitas. terima kasih atas paparannya yang mantap hermanlc

sama- sama @tfq86 generasi sekarang sudah digandrungi oleh penyakit miskin identitas

Betoi bg @hermanlc lon setuju that,bahasa Aceh bahasa yg di the dari masa di lee...

terima kasih atas dukungannya

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 58478.56
ETH 2523.24
USDT 1.00
SBD 2.36