Ustadz Abdul Somad, The Special One
Hanya dibutuhkan 5 tahun untuk mendapatkan titel Lc, hanya butuh 2 tahun untuk mendapatkan gelar MA, tetapi berapa tahunkah yang dibutuhkan untuk menciptakan orang semisal Abdul Somad?
Tidak ada yang bisa menjawab, dan tidak seorang pun bisa memastikan.
Banyak pondok pesantren di Indonesia, banyak perguruan tinggi di Nusantara, pun banyak orang yang belajar ke manca negara, toh mereka tidak bisa menjadi Abdul Somad.
Ketika ia datang ke Banda Aceh, jamaah yang hadir tidak terbendung, melebihi kapasitas. Bahkan video live-nya saja mencapai satu juta lebih.
Adakah orang lain di Indonesia yang bisa melakukan seperti itu?
Ustad Somad memang the spescial one
Video-videonya di youtube tidak pernah sepi, rata-rata mencapai jutaan view, suatu angka yang sangat-sangat jarang didapat oleh penceramah manapun di Indonesia. Anda boleh cek di youtube.
Abdul somad bukanlah seorang ulama, setidaknya beliau tidak pernah menganggap dirinya ulama. Dimana-mana beliau selalu menyebut dirinya da'i, bukan ulama. Jadi orang yang merasa dirinya sudah ulama, atau bahkan menjadi pimpinannya para ulama, tentu tidak perlu merasa risih dan sensi dengan Abdul Somad. Lagi pula ulama tidak akan merasa seperti itu.
Namun bagi masyarakat awam, yang ilmunya masih sangat minim, pas-pasan, yang bahkan mulai menggemari ceramah agama semenjak Abdul Somad, yang dulunya lebih suka menonton lawak, beliau dianggap ulama. Salahkah itu?
Kami pernah ke suatu daerah terpencil, di situ keadaan agamanya sangat kurang sekali. Tidak ada pesantren, tidak ada teungku, kiai atau ulama segala macam. Di situ hanya ada seorang tamatan sarjana hukum islam, yang memiliki sedikit kelebihan ilmu agama ketimbang orang lain, maka dialah yang dijadikan panutan di sana, dialah yang dijadikan ulama di situ.
Salahkah anggapan orang itu?
Ustaz Abdul Somad
saat ini diterima di semua daerah, semua pihak, semua instansi pemerintah, bahkan oleh stasiun TV populer. Di markas tentara, di markas polisi, di kementerian, dan semisalnya pernah beliau ceramah.
Datang ke markas tentara beliau memuji tentara, datang ke markas polisi beliau memuji polisi, datang ke Aceh beliau memuji orang Aceh, datang ke Makassar, beliau memuji orang Makassar, dimana-mana beliau seperti itu, dengan tujuan untuk mengajak mereka kepada jalan kebaikan.
Tidak etis dalam dakwah bila mencela orang yang mengundang, tidak akan berhasil maksud dakwahnya.
Tentu
UAS
sangat mengerti hal ini.
Sekalipun Abdul Somad saat ini sangat fenomenal, disukai semua orang, tetapi ada juga yang kurang berkenan dengan dakwahnya. (Di tulisan selanjutnya saya akan mengkaji secara mendalam kenapa ia tidak disukai oleh sebagian kelompok).
Menurut saya, wajar-wajar saja UAS tidak disukai oleh sebagian orang, karena itu membuktikan ia berdakwah, ia banyak melakukan pekerjaan, jadwalnya saja sudah full sampai tahun 2019, bayangkan berapa jam dia telah berceramah di seluruh indonesia, adalah pantas bila menyakiti sebagian hati manusia.
Orang yang duduk di rumah saja diumpat orang lain, apalagi beliau yang membawa suatu kebenaran?