Tren Bayar Gaji Pakai Bitcoin, Seperti Apa?
Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Foto: Getty Images
FOKUS BERITAFenomena Bitcoin
Jakarta - Meningkatnya nilai Bitcoin, sekaligus tumbuhnya bisnis cryptocurrency, membuat mata uang digital ini tidak hanya menarik bagi para investor, namun juga setiap orang yang berkecimpung di dunia teknologi.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumah perusahaan sudah memulai tren membayar gaji dengan Bitcoin.
Seperti yang dilakukan oleh SC5, penyedia layanan desain digital asal Denmark, mulai 2013 lalu, serta GSMSolutions, perusahaan perbaikan barang-barang elektronik asal Irlandia, sejak 2014.
Tidak hanya itu, munculnya platform penghubung antara pencari kerja dengan perusahaan yang sama-sama ingin pelunasan gaji menggunakan cryptocurrency, seperti Bitcoin, Litecoin, hingga Dogecoin, juga semakin mengenalkan tren tersebut.
Salah satunya adalah Coinality, yang berdiri sejak September 2013. Mereka mengaku sudah ada 5 ribu orang yang melamar pekerjaan lewat Coinality, dengan 4 ribu diantaranya sudah diterima di berbagai perusahaan.
Lalu, salah satu pemegang peranan penting dalam tren tersebut, adalah hadirnya penyedia layanan konversi gaji menjadi Bitcoin. Dua yang paling terkenal adalah Bitpay dan Bitwage.
Bitpay, penyedia metode pembayaran lewat Bitcoin, yang sudah berdiri sejak 2011 memiliki dua layanan unggulan, yaitu Zuman dan Incoin. Sedangkan Bitwage yang hadir dua tahun setelahnya mempunyai Bitcoin Payroll for the Individual, yang disingkat BP(i).
Bentuk Kesepakatan
Biasanya, Bitcoin yang digunakan untuk pembayaran gaji disesuaikan dengan nilai mata uang digital itu sendiri pada waktu yang disepakati bersama.
Jika nilai Bitcoin pada saat itu menyentuh angka USD 10 Ribu, dan karyawan yang bersangkutan meminta USD 1.000 dari gajinya untuk dikonversi, maka ia akan menerima 0,1 Bitcoin.
Saat pegawai tersebut memilih untuk menjualnya, maka ia akan menerima uang setara dengan jumlah gaji yang dikonversi dalam bentuk Bitcoin.
Pro dan Kontra
Beberapa pihak berpendapat, penggunaan Bitcoin dalam pelunasan gaji akan memudahkan perusahaan yang bersangkutan dalam menjaring talenta baru sekaligus mempertahankan karyawan lama.
Salah satu yang memercayai hal ini adalah Eric Piscini, salah satu konsultan teknologi finansial dari Deloitte Consulting LLP.
"Membayar pegawai dan teknisi eksternal menggunakan Bitcoin akan membuat para CIO (Chief Information Officer) selangkah lebih maju dalam perebutan talenta di bidang teknologi," ujarnya.
Selain itu, Rise People, penyedia perangkat lunak rekrutmen dalam jaringan asal Kanada, mengatakan sejumlah keuntungan yang dapat diambil dalam penerapan Bitcoin sebagai bentuk pembayaran gaji.
Beberapa diantaranya yaitu mudah digunakan, minim biaya tambahan, serta dapat menarik lebih banyak talenta-talenta baru. Lalu, tentunya, metode ini dapat menumbuhkan teknologi Blockchain dan Bitcoin itu sendiri.
Meskipun begitu, suara-suara sumbang terkait implementasi tersebut masih terdengar dari berbagai kalangan. Beberapa menyebutkan bahwa pelunasan gaji dengan Bitcoin akan menempatkan pegawai dalam situasi yang membingungkan.
"Jika karyawan menerima gaji mereka dalam bentuk Bitcoin, sama saja seperti mereka menerima tiket lotre. Mereka seakan mengikuti sebuah permainan," kata Massimo Massa, Profesor Keuangan dari INSEAD, sekolah bisnis asal Prancis, seperti detikINET kutip dari BBC pada Jumat (29/12/2017).
Risiko penerimaan gaji menggunakan Bitcoin memang tidak bisa dikesampingkan begitu saja.
Nilainya yang dapat berubah-ubah secara drastis menjadi salah satu momok yang patut diperhitungkan bagi para karyawan maupun perusahaan yang menerapkan kebijakan tersebut.
"Tidak ada jaminan bahwa nilai dari Bitcoin atau cryptocurrency lain akan naik, terlebih mata uang digital tidak memiliki nilai intrinsik karena sangat sedikit yang menerapkannya di dunia nyata," pungkas Massa.
(rns/rns)
bitcoin cyberlife
😍😍