The Dilemma of Beach Tourism in Aceh | Dilema Wisata Pantai Di Aceh

in #beach7 years ago


PEDAGANG kecil di Pantai Ulee Rubeek

BEBERAPA pantai di Provinisi Aceh, Indonesia, ditutup untuk rekreasi umum, dengan dalih berpotensi menjadi sarang maksiat.

Pantai yang masih ditutup dan pernah ditutup di Aceh, antara lain; Pantai Kuala Leugeu Peureulak, Aceh Timur, Pantai Kuala Idi Cut, Aceh Timur, Pantai Manohara di Pidie Jaya dan Pantai Ulee Rubeek di Seunuddon Aceh Utara.

Ramai orang setuju dengan penutupan itu. Mereka menganggap wisata pantai sering disalahgunakan untuk tempat bercumbu pasangan nonmuhrim atau setidaknya jadi tempat memamer aurat.


PANTAI ULEE RUBEIK1.jpg
PANTAI Ulee Rubeek

Tapi, banyak juga orang Aceh yang tidak setuju wisata pantai ditutup. Larangan itu dianggap kurang tepat. Jika memang diyakini rawan jadi tempat maksiat, seharusnya diatur dengan membuat qanun atau aturan daerah, sehingga tercipta wisata pantai yang Islami.

Di sisi lain, penutupan wisata pantai juga jadi petaka bagi pedagang kecil yang selama ini mencari nafkah di pinggir pantai. Dagangan mereka tidak laku lantaran pantai sepi pengunjung.


The Dilemma of Beach Tourism In Aceh


20032011--Pantau pantai.jpg
SOME ustaz and santri are controlling the Ulee Rubeek Beach

SOME of the beaches in Aceh are closed for public recreation, under the pretext of potentially immoral place.

Beaches that are still closed and ever closed in Aceh, among others; Kuala Leugeu Peureulak Beach, East Aceh, Kuala Idi Cut Beach, East Aceh, Manohara Beach in Pidie Jaya and Ulee Rubeek Beach in Senuddon, North Aceh.

Many people agree with the closure of beach tourism in Aceh. They considered the ban in accordance with the Islamic sharia law that has long been valid in Aceh. They also consider the beach often misused by nonmuhrim pairs (unmarried couples) for making love, or at least be a place to show off aurat.


PANTAI ULEE RUBEIK.jpg
ULEE RUBEEK Beach

However, many Acehnese also disagree if beach tourism is closed. The ban is considered excessive. If considered prone to be a sinful place, should be made regional regulations or qanun, which regulates specifically about Islamic beach tourism.

On the other side, the closure of beach tourism is also a disaster for small traders, who have made a living on the beach. Their merchandise does not sell because the beach is empty of visitors.

Related Link:
http://regional.kompas.com/read/2016/09/16/11125851/dinilai.langgar.syariat.islam.pantai.wisata.di.aceh.ditutup
http://aceh.tribunnews.com/2016/12/23/pantai-manohara-ditutup
https://www.goaceh.co/berita/baca/2016/07/10/warga-dan-fpi-tutup-lokasi-wisata-di-pantai-leuge-pereulak#sthash.zZnWWXFJ.dpbs



Thank You For Visiting and Reading. Best Regards from me @musyawirwaspada

Sort:  

Sama Juga di Aceh Timur Pantai juga ditutup tak bisa berwisata. Su gguh sayang. Salam Stemian

This post recieved an upvote from minnowpond. If you would like to recieve upvotes from minnowpond on all your posts, simply FOLLOW @azziz

thank for your vote and your info @azziz. I've followed u. :)

Sehrusnya begitu, karena lokasi wisata itu potensi maksiat sangat tinggi, maka solusinya dibuat aturan super jelas tdk sekadar terpampang di pamflet saja.
Misal, laki dan wanita dipisah (meskipun suami istri), menutup aurat dll.

Setuju @mushthafakamal. Tapi kalau suami istri dan anak-anak mereka jangan dipisah lah. Cukup diarahkan ke area 'keluarga' setelah sebelumnya menunjukkan dokumen sah bahwa mereka betul-betul satu keluarga. jadi, nanti zona wisata dibagi minimal tiga zona: zona keluarga, zona laki-laki dan zona perempuan non keluarga. :)

tulisannya bagus sekali

Larangan seperti apapun selalu akan ada yang melanggarnya, diperlukan kesadaran dan rasa malu dari semua yang berkunjung ke sana. Salam hangat selalu...

sangat sepakat @mariskalubis. Terimakasih sudah singgah dan meninggalkan jejak di postingan ini. Salam takzim.

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.029
BTC 67559.70
ETH 2674.90
USDT 1.00
SBD 2.70