Kontes Bahagia Itu Sederhana 2: TLAM Membuat Mimpiku Menjadi Nyata

Sebelumnya terimakasih pada @anggreklestari atas diadakannya Kontes Bahagia Itu Sederhana. Mengijinkan kita sharing tentang kebahagiaan yang mungkin bisa menjadi inspirasi buat semua orang bahwa "Bahagia itu memang benar sederhana". Bahkan dari hal-hal kecil dan tak terduga.

"Dibalik Bingkai Kasa Formosa" itu adalah judul cerpen yang aku ikutkan lomba Taiwan Literature Awards For Migran (TLAM) season 2 tahun 2015, sebuah ajang bergengsi Tahunan yang diadakan oleh Pemerintah Taiwan yang diikuti oleh 4 negara Indonesia, Filipina, Thailand dan Vietnam . Cerpen itu berkisah tentang kehidupanku sebagai buruh migran di Taiwan. Kehidupan yang jauh dari kebebasan, hak-haknya yang dibatasi dan hanya sekedar penghias Job Agreement. Agensi yang kebanyakan berpihak kepada majikan daripada pekerja yang mestinya dilindungi. Tiga tahun aku menjalani kehidupan yang jauh dari dunia luar, tiga tahun tak pernah merasakan yang namanya hari libur seperti pekerja migran lainnya, tiga tahun berjuang melaksanakan ibadah secara sembunyi-sembunyi. Bagiku tiga tahun lalu di Kaohsiung adalah masa kelam dalam kehidupanku di Taiwan.
Cerpen yang aku tulis di sela waktu istirahat antara jam 11 hingga 12 malam selama 1 bulan. Kabar kemenangan itu benar-benar membuat aku tak sanggup berkata-kata hanya ucapan hamdalah yang tak hentinya aku lafadzkan.

Menulis adalah caraku untuk tetap menjaga kewarasan karena jauh dari dunia luar. Beberapa bulan sebelum aku menyelesaikan kontrak kerjaku aku mendapatkan kabar bahwa naskah cerpen yang aku ikutkan lomba berhasil mendapatkan juara 1 dengan hadiah 100.000 NT atau setara 40 juta tahun 2015. Dan itulah kebahagiaan yang tidak akan pernah aku lupakan. Menjadi juara di lomba itu seakan membuatku sadar bahwa Tuhan masih sangat sayang padaku, mempertemukanku dengan banyak orang-orang Taiwan yang baik, jauh dari persangkaanku sebelumnya, mendengar cerita dari teman-teman Pekerja Migran lainnya yang ternyata mempunyai nasib yang lebih buruk dariku, mengharumkan nama Indonesia di luar negeri dan terutama menjadi kebanggaan bagi keluarga. Dan karena TLAM juga aku bisa berlibur ke Taipei, bisa menginjakkan kaki ke Masjid Kaohsiung, liburan pertama setelah 3 tahun tanpa akses dunia luar. TLAM benar-benar mewujudkan mimpi-mimpiku. Kebahagiaan itu harus diwujudkan dengan kesabaran, seperti halnya menunggu pelangi setelah hujan tiba.

Salam hangat,
@dwiitavita