Batik Doodle Indonesia #5: Flowery Batik Truntum (Bilingual)

Batik Truntum

The first time I saw Batik Truntum was during my brother wedding a few years ago. He married with a girl from Solo, Mid Java, and she was wearing a very nice batik during pre-wedding traditional ceremony. I was amazed its pattern and wondering what was the philosophy behind that pattern since all batik pattern has its own meaning.

Pertama kali saya melihat Batik Truntum adalah pada saat upacara pernikahan adik saya beberapa tahun lalu. Dia menikahi gadis Solo, Jawa Tengah, dan mengenakan batik yang cantik sekali pada upacara midodareni. Saya sangat tertarik dengan motif batik yang dikenakannya, dan bertanya dalam hati apa makna dari motif tersebut, mengingat semua motif batik memiliki arti dan makna tersendiri.

I asked some people about this batik, and most of them told me it has the meaning of love that grows and keep on growing. Wow! I was so excited to know more about it. Then, I searched from google, and I found amasing description in Wikipedia:

“The Truntum motif created by Kanjeng Ratu Kencana (Empress Sunan Paku Buwana III ) means love that grows again. He created this motif as a symbol of unconditional, everlasting, sincere love, and increasingly feels prolific (tumaruntum). Because of its meaning, truntum-patterned fabrics are commonly worn by bridal parents on the day of the marriage. The hope is that this tumor-loving love will come to the bride. Sometimes interpreted also that the parents are obliged to "guide" the bride and groom to enter a new life.”

Saya kemudian bertanya kepada beberapa orang tentang batik ini, dan kebanyakan menjawab bahwa batik tersebut memili arti cinta yang tumbuh dan terus tumbuh. Wah! Saya sangat terkesan dan ingin tahu lebih banyak. Lalu saya pun mencarinya di google dan menemukan uraian yang luar biasa di Wikipedia:

“Motif Truntum yang diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III) bermakna cinta yang tumbuh kembali. Dia menciptakan motif ini sebagai symbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin terasa subur berkembang (tumaruntum). Karena maknanya, kain bermotif truntum biasa dipakai oleh orang tua pengantin pada hari penikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru.”

After a few years, I finally tried to draw my own Batik Truntum. It takes so much time to do it, patient is a must. It is not easy to draw the same thing again and again, especially if we are not focus. So, this is very good to try out our patience and focus. For doodles, this is a very good practice to have steady hand and create a new pattern.

Setelah beberapa tahun, akhirnya saya mencoba membuat batik Truntum saya sendiri. Butuh banyak waktu untuk mengerjakannya, dan kesabaran itu sangat wajib. Tidak mudah menggambar motif yang sama berulang-ulang apalagi jika tidak fokus. Jadi, membuat batik ini sangat baik untuk menguji kesabaran dan fokus. Untuk doodle, tentunya membuat batik ini sangat bagus untuk melatih kestabilan tangan dan membuat motif yang baru.

This is how I make this Batik Truntum:

Inilah cara saya membuat Batik Truntum:

Sketch - Sketsa

Finishing - Penyelesaian

Let’s try!

Ayo dicoba!

Bandung, 24 November 2017

Warm Regards – Salam hangat selalu,

Mariska Lubis