Eskimo Folktales #11 - The Very Obstinate Man and Moon Man | Lelaki Keras Kepala dan Dewa Bulan

in #art6 years ago (edited)

Ada seorang lelaki keras kepala yang selalu punya cara sendiri dalam menangani banyak hal. Dia bertemu Dewa Bulan dan melakukan perjalanan ke bulan.


Source: Pixabay

Pernah ada seorang Lelaki Keras Kepala—tidak ada seorang pun di dunia ini yang sekeras kepala dia. Dan tidak ada yang berani mendekatinya, karena begitu keras kepala dia, dan dia akan selalu memiliki caranya sendiri dalam segala hal.

Suatu hari istrinya sedang berduka. Anaknya yang masih kecil telah meninggal dunia dan karena itu dia wajib tinggal diam di rumah, demikianlah kebiasaan orang yang bersahaja, dan ini juga harus kita lakukan ketika kita sama bersahajanya dengan mereka.

Ketika dia duduk dalam diam perkabungan, suaminya, Lelaki Keras Kepala, datang dan berkata: "Kamu harus menjahit kulit kayakku."

"Kamu tahu kan bahwa saya tidak diizinkan menyentuh pekerjaan apa pun," kata istrinya.

"Kau harus menjahit kulit kayakku," katanya lagi. "Bawalah ke pantai dan menjahitlah di sana."

Maka, wanita itu, dengan segala kesedihannya, terpaksa turun ke pantai dan menjahit kulit kayak suaminya. Tapi ketika dia sedang menjahit, tiba-tiba benangnya mulai bersuara. Suara kecil itu menjadi gumaman dan maki lama makin keras. Dan akhirnya seekor monster muncul dari laut, monster dalam bentuk seekor anjing, dan berkata: "Mengapa kamu menjahit, kamu kan masih berkabung?"

"Suamiku tidak mau mendengarkanku karena dia begitu keras kepala," katanya.

Kemudian anjing besar itu melompat ke darat dan menyergap sang suami.

Tetapi, Lelaki Keras Kepala tidak merasa malu. Seperti biasa, dia berpikir bahwa dia akan mendapatkan jalannya sendiri, dan sekarang adalah cara membunuh anjing itu. Mereka bertarung dan anjing itu terbunuh.

Tapi, pemilik anjing itu muncul dan dia ternyata adalah Dewa Bulan. Dia menyergap Lelaki Keras Kepala . Tapi, lelaki itu, seperti biasa, tidak mau menyerah dan balas menimpanya. Dia mencekau leher Dewa Bulan dan hampir mencekiknya. Dia menekan dan menekan dan Dewa Bulan hampir tercekik sampai mati.

"Tidak akan ada lagi pasang surut atau banjir jika kamu mencekikku," kata Dewa Bulan.

Tetapi Lelaki Keras Kepala tak ambil peduli. Dia malah terus mencekiknya lebih kencang.

"Anjing laut tidak akan pernah berkembang biak lagi jika kau mencekikku," teriak Dewa Bulan.

Tetapi Lelaki Keras Kepala sama sekali tidak peduli, meskipun Dewa Bulan semakin tercekik.

"Tidak akan ada fajar atau siang hari lagi jika kau membunuhku," kata Dewa Bulan akhirnya.

Lelaki Keras Kepala mulai ragu. Dia tidak suka membayangkan hidup dalam kegelapan selamanya. Maka, dia melepas Dewa Bulan.

Kemudian Dewa Bulan memanggil anjingnya untuk hidup kembali, lalu bersiap-siap untuk meninggalkan tempat itu. Dewa Bulan mengumpulkan anjing-anjingnya dan melempar mereka ke udara satu per satu. Akhirnya semua anjing luncur melayang di udara.

"Bolehkah aku datang dan mengunjungimu di Bulan?" tanya Lelaki Keras Kepala karena dia tiba-tiba merasakan keinginan yang besar untuk melakukannya.

"Ya, datanglah jika kau suka," kata Dewa Bulan. "Tapi bila kamu melihat sebuah batu besar di tengah jalanmu, berhati-hatilah untuk mengitarinya sekali. Jangan melewatkannya di sisi siang karena, jika kau melakukannya, hatimu akan tercabut darimu."

Dan kemudian Dewa Bulan melecutkan cambuknya dan kereta luncurnya melesat ke udara diseret anjing-anjing itu.


Source: Pixabay

Lelaki Keras Kepala mulai bersiap-siap melakukan perjalanan ke bulan. Sudah menjadi kebiasaannya untuk menyimpan anjing-anjingnya di dalam rumah sehingga lapisan tebal kotoran menempel di balik bulu-bulu mereka. Sekarang dia melempar anjing-anjing itu ke laut agar mereka dapat mandi dan menjadi bersih kembali. Anjing-anjing yang jarang digunakan di luar itu hampir mati beku oleh air dingin. Mereka berlari-lari, menggigil kedinginan.

Kemudian Lelaki Keras Kepala mengangkat seekor anjing dan melemparkannya ke udara. Tetapi, anjing itu jatuh ke tanah. Dia mencoba mengambil yang lain dan melemparkannya juga ke udara tapi tetap gagal. Anjing itu jatuh lagi ke tanah. Dia kemudian mencoba yang ketiga, keempat... Tetapi mereka semua jatuh lagi ke tanah. Mereka masih terlalu kotor untuk dapat terbang.

Tetapi Lelaki Keras Kepala tidak mau menyerah. Dia melempar mereka ke laut lagi.

Lalu, sekali lagi dia mencoba melempar anjing itu ke udara, ternyata anjing itu dapat mengambang di sana. Dia lantas membuat kereta luncur, melempar anjing-anjingnya ke udara, lalu melesat terbang.

Di tengah perjalanan dia bertemu sebuah batu besar, dia harus mengitarinya sekali. Tapi, dia berkata pada dirinya sendiri: "Mengapa aku harus mengitari batu ini? Aku akan pergi ke sisi yang terang."

Ketika dia melintasi sisi yang terang, dia mendengar seorang wanita menyanyikan lagu-lagu tambur sambil membelai pisaunya. Dia terus bernyanyi dan lelaki itu bisa mendengar bagaimana belati baja itu bersenandung.

Dia berkelahi melawan wanita tua itu. Dia mencoba mengalahkannya tetapi kehilangan kesadarannya. Ketika dia sadar kembali, hatinya sudah hilang.

"Aku sebaiknya mengitari batu itu," pikirnya. Maka, dia pun berkeliling ke sisi yang teduh.

Akhirnya dia sampai di bulan tanpa hati. Dia menuturkan hal itu ke Dewa Bulan. Sang dewa memintanya berbaring di lantai beralas kulit anjing laut hitam. Lelaki Keras Kepala melakukannya dan kemudian Dewa Bulan mengambil hatinya dari wanita itu dan memasukkannya lagi.

Dewa Bulan mengambil sebuah batu dari lantai sehingga terbuka celah yang membuat si lelaki dapat melihat bumi. Di bumi sana dia melihat istrinya duduk di bangku sedang menjalin urat untuk membuat benang meskipun dia sedang berduka. Asap tebal muncul dari tubuhnya. Asap pikiran jahatnya. Dan pikirannya jahat karena dia bekerja sebelum waktu berkabungnya berlalu.

Sang suami menjadi marah dan lupa bahwa dialah yang menyuruhnya demikian meskipun dia sedang berkabung.

Dewa Bulan lalu membuka sebuah batu di pintu masuk dan membiarkan dia melihat ke bawah. Tempat itu penuh dengan walrus. Ada begitu banyak walrus sehingga mereka harus berbaring satu di atas yang lain.

"Senang sekali bisa menangkap binatang buas seperti itu," kata Dewa Bulan. Lelaki itu jadi ingin sekali menombak mereka. "Tetapi kamu tidak boleh menombaknya. Kamu tidak bisa," kata sang dewa dan menjanjikan kepadanya bagian dari tangkapan yang baru buatnya.

Tetapi lelaki itu tidak puas dengan janji itu. Dia mengambil tombak dari rak Dewa Bulan dan menombak walrus itu. Lalu dia menarik senarnya—dia adalah lelaki yang memiliki kekuatan yang sangat besar, si Lelaki Keras Kepala itu—dan berhasil membunuhnya. Dengan cara yang sama dia menombak yang lain.

Setelah pulang dari tempat Dewa Bulan, lelaki itu tak lagi keras kepala. Dia tidak pernah lagi memaksa istrinya bekerja saat dia sedang berduka.



Cerita ini diterjemahkan dari "The Very Obstinate Man" di Eskimo Folk-Tales yang disunting oleh Knud Rasmussen (Gyldendal : 1921) dengan sejumlah modifikasi. Versi asli dalam bahasa Inggris dapat dibaca di Project Gutenberg.

This is my Eskimo Stories Project. I translate Eskimo Folk-Tales (Gyldendal : 1921) into Bahasa Indonesia to introduce Eskimo art and culture to Indonesian and Malay-spoken language readers. There will be more than 50 stories I will publish. If I have enough money, I plan to print them in a book format. You can support me by upvote and resteem this post. I receive any donation for this project. Read all stories in tag #eskimofolktales.


#blogiwankwriting #ksijakarta #jakarta #indonesia #steemitbudaya #steem #steemit #budaya #life #culture #writing #story #literature #literary #book #eskimo #inuit #alaska #polar


Recent Posts


I hope you like my work. Please upvote and resteem this post and follow @blogiwank if you support me.

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.16
JST 0.029
BTC 61821.96
ETH 2402.01
USDT 1.00
SBD 2.57