Seri Acehnologi Vol. III (Tradisi Berguru di Aceh)
Bismillaahirrahmanirraahiim..
Didalam bab yang ke-28 ini, penulis mengatakan bahwa dirinya ketika mengajar di suatu Pasca-Sarjana IAIN Ar-Raniry yang sekarang di ubah menjadi UIN Ar-Raniry. Didalam mendiskusikan bagaimana ilmu pengetahuan itu dapat di perolehnya, kemudian ada seorang mahasiswa Pasca-Sarjana yang menanyai kepada beliau, mengapa jika seorang dosen yang duduk di depan itu kekuatan ilmunya sangat kuat di dalam ruangan tersebut, setelah dosen itu keluar dari ruangan tersebut ilmu itu hilang dan agak sulit untuk di pahami oleh mahasiswa Pasca-Sarjana.
Adapun di dalam Dayah/Pasantren ketika seorang santri yang rela menghabiskan waktu mereka bersama gurunya hampir 24jam. Kemudian sang santri tersebut menyerahkan semua kehidupannya kepada guru tersebut, adapun hal yang di lukukan ketika seseorang guru yang ingin meminta tolong kepada santrinya maka santri tersebut berbondong-bondong ingin membantu gurunya, karena mengapa, ketika seorang murid yang patuh terhadap seorang guru maka ilmu yang didapatkan oleh sang guru tersebut akan kekal di benak pikiran dan hati santri itu
Yang kita pahami kedua permasalahan yang di atas ialah mahasiswa yang mendapat ilmunya dari dosen pada saat belajar hanya keterbatasan waktu, makanya ilmu yang di dapat hanya sebentar atau hilang seketika. Adapun santri terhadap guru ketika berguru itu mereka yakin akan menuntut ilmu mereka, mereka akan menghabiskan waktu 24jam untuk berguru. Hal ini yang dapat di bedakan antara keduanya.
Wassalam..