Bahasa Aneuk Jamee

Saat mulai mempelajari bahasa Aceh, terasa sedikit sulit bagi saya. Hal ini dikarenakan dialeg yang kami gunakan sangat berbeda dengan bahasa Aceh.

Bahasa Aceh yang aksenya lebih berdesis dan penekanan lebih kerongkongan susah untuk kami tiru yang kebanyakan kami sering menggunakan huruf vokal dan bunyinya lebih tebal.

Perbedaan bahasa tersebut kadang kami sering di anggap sabagai tamu di rumah sendiri. Meskipun berstatus orang Aceh, gelar aneuk jame tetap melekat di pundak kami.

Bagaimananapun sebenarnya kami tetaplah orang Aceh, karena darah kami telah bercampur dengan orang Aceh. Masalah bahasa yang kami gunakan, ini merupakan asimilasi dari dua bahasa yaitu Minang dan Aceh sehingga lahirlah bahasa jame (bahasa tamu). Perlu diketahui bahwa Aceh di diami oleh 14 suku yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di Aceh.

Dari 14 suku tersebut tentunya terdapat 14 bahasa yang berbeda sehingga akan memunculkan keberagaman budaya pula. Keberagaman tersebut perlu dipandang positif supaya tidak terjadi konflik antar sesama. Dengan keberagaman ini Aceh terlihat indah dan penuh warna, semakin beragam maka akan semakain bewarna.

Kebudayaan yang beragam ini tentunya perlu kita jaga dan lestarikan, jangan sampai budaya kita hilang ditelan zaman. Maka dari itu kita sebagai pemuda harus mengetahui kebudayaan yang ada disekitar kita dan bagaimana budaya tersebut mempengaruhi kehidupan kita.

Saya menyadari bahwa saya bukanlah suku Aceh dan saya juga kurang fasih berbahasa Aceh. Akan tetapi saya adalah orang Aceh, karena Aceh itu bewarna dan hidup akan terlihat indah jika di hiasi dengan warna.