PAMER KEJANTANAN (CERITA ABU NAWAS)
Suatu sore yang cerah ketika Sultan ditemani Abu Wardah tengah berendam diperistirahatan air hangat milik kerajaan, beliau memiliki ide untuk menjebak Abu Nawas.
Aku punya ide untuk menjebak Abu Nawas katanya. Akal apa paduka? Tanya Abu Wardah.
Sudahlah, engkau tak usah tahu dulu. Aku hanya menghendaki engkau datang lebih dini besok dan ajak para panglima bersamamu. Ingat, jangan lupa kau harus datang besok sebelum Abu Nawas datang. Dan sekarang katakan pada Abu Nawas bahwa besok aku mengundangnya untuk mandi bersama-sama kita, kata Sultan tanpa menyebut jebakan apa untuk Abu Nawas.
Abu Nawas pun akhirnya datang untuk mandi bersama Sultan dan Abu Wardah, serta para panglima kerajaan. Seperti yang telah direncanakan, Sultan dan Abu Wardah, serta para panglima sudah datang lebih dulu. Dalam kesempatan itu, Sultan membawa 10 butir telor ayam untuk dibagikan satu persatu termasuk dirinya. Kemudian Sultan memberi pengarahan tentang apa yang telah direncanakan untuk menjebak Abu Nawas.
Ketika Abu Nawas datang, Sultan dan yang lainnya sudah berendam didalam kolam. Abu Nawas dengan ragu-ragu melepas pakaian dan ikut berendam. Abu Nawas pun gelisah, bertanya-tanya kenapa ia diajak Sultan untuk mandi bersama. Tentu Sultan punya maksud tertentu ketika mengundangnya.
Akhirnya Sultan berkata, hai Abu Nawas, ketahuilah, aku mengajakmu mandi bersama karena aku ingin engkau ikut dalam permainan kami.
Kalau boleh tahu, permainan seperti apa itu paduka? Tanya Abu Nawas. Sepertinya kita perlu sesekali melakukan sesuatu sesungguhnya hanya bisa dilakukan oleh binatang, kata baginda menjelaskan. Hamba belum paham Paduka, kata Abu Nawas sedikit ragu. Sekarang dengan berendam seperti ini masing-masing dari kita harus bisa bertelor seperti ayam. Dan nanti jika ada yang tidak bisa bertelor maka ia harus dihukum, kata Baginda.
Abu Nawas sedikit terkejut, diwajahnya tampak rona kegelisahan. Ia merasa dijebak oleh Sultan tanpa persiapan sama sekali. Namun begitu ia tak mau menyerah. Ia berpikir keras agar bisa mengalahkan muslihat Sultan yang konyol itu.
Wajah Abu Nawas jadi tegang karena ia lagi berpikir keras. Dan sebaliknya wajah Sultan semakin cerah karena bisa membuat takut Abu Nawas. Dengan bersemangat Sultan berkata: Nah, sekarang kita mulai permainan ini. Masing-masing dari kita menyelam lalu naik keatas sambil menunjukkan telor kita masing-masing..! Kata Sultan. Maka Sultan, Abu Wardah dan para panglima pun menyelam. Kemudian tak berapa lama mereka pun naik keatas satu persatu dengan memegang sebutir telor ayam. Abu Nawas masih berada dalam kolam. Ia tentu saja tidak bisa menunjukkan telor ayam karena tidak menyiapkan sebelumnya. Meskipun ia tahu Sultan sudah mempersiapkan telornya, tapi ia bisa berkutik.
Kemudian Abu Nawas naik kepermukaan tanpa membawa telor. Lalu Sultan menghampiri Abu Nawas dengan senyum kemenangan. Dalam hatinya yakin ia bisa mengalahkan kecerdikan Abu Nawas. Tapi tak seberapa lama Sultan jadi agak ragu. Karena Abu Nawas tidak menampakkan rasa takut sedikitpun. Wajahnya tampak tenang, bahkan ia berlaku aneh, tiba-tiba saja ia mengeluarkan suara seperti ayam jantan berkokok keras sekali, sehingga yang ada disana merasa heran.
Ampun Paduka yang mulia. Hamba memang tidak bisa bertelor seperti Paduka dan yang lainnya, kata Abu Nawas. Kalau begitu engkau harus dihukum, kata Sultan penuh rasa kemenangan. Tunggu dulu Paduka, kata Abu Nawas memohon.
Apalagi hai Abu Nawas..! Kata Sultan tidak sabar.
Paduka yang mulia, izinkan hamba membela diri. Sebenarnya kalau hamba mau bertelor, hamba tentu mampu. Tetapi secara fisik, hamba lebih layak bertindak sebagai ayam jantan. Tidak seperti Baginda dan yang lainnya lebih suka menjadi ayam betina. Jadi hamba tidak mau bertelor, karena hamba betul-betul jantan, dan tentu tidak ada yang meragukan kejantanan hamba, karena hamba memang tidak bisa bertelor. Kalau ada yang mengaku jantan tetapi bisa bertelor, tentu harus diragukan kejantanannya. Kuk kuruyuuuukk... Aku jantaaannn... Kata Abu Nawas sambil membusungkan dada.
Sultan yang mula-mula merasa menang, menjadi menjadi kecut dan malu. Karena secara tidak langsung dikatakan tidak jantan oleh Abu Nawas.
Kurang ajar kau Abu Nawas... Kata Sultan.. Hahaha
Semoga sahabat steemian terhibur.