Mengapa Pemain Debus Kebal?, Bagaimana Sejarahnya?

Sumber foto: hdrjournal.wordpress.com
Debus merupakan salah satu seni tradisional Aceh yang ekstrim karena Debus menggunakan media senjata tajam seperti pisau, parang, pedang, rencong atau benda tajam lainnya yang terbuat dari besi. Tetapi pemain debus tidak terluka dimakan senjata tajam atau kebal terhadap benda tajam walaupun ditusuk dibacok atau diiris maupun disenso menggunakan gergaji rantai.

Sumber foto: hdrjournal.wordpress.com
Menurut salah satu sumber sejarah, Debus berasal dari Negari Yaman atau Persia yang dibawa ke Aceh ketika menyiarkan Islam pada Abad ke 8 oleh Syeh Rafa'iyah dan Syeh Jailani Abdulkadir yang juga dari Negeri Yaman. Ada juga yang menyebutkan Debus berasal dari Arab atau timur tengah dan berkembang di Aceh pada Abad ke 16.
Menurut beberapa refrensi tulisan menyebutkan Debus pernah berkembang di Maroko dan beberapa negara atau daerah lain yang menganut Agama Islam seperti semenanjung melayu termasuk Aceh kala itu.
Di Banten dan Cerebon debus diperkenalkan atau dibawa oleh pengawal Cut Nyak Dien pada Tahun 1848-1908. Dulu cerebon masih disebut carabon. Hingga kini di Banten dan Cerobon masih berkembang seni debus.
Menurut sejarah dalam menyiarkan Islam debus digunakan untuk jaga diri agar terhindar dari serangan musuh. Ada juga yang menyebutkan dabus merupakan cara menyiarkan Islam karena syair-syair atau radatnya mengandung shalawat. Dan banyak versi lainnya.

Sumber foto: hdrjournal.wordpress.com
Ada dua aliran atau tarikat debus yang dikenal dalam masyarakat Aceh yaitu Aliran Syi'ah dan sunni. Aliran syi'ah biasanya dimainkan dengan membuka baju dan menusuk-nusuk diri hingga berdarah-darah. Sedangkan aliran sunni pemain tidak membuka baju dan tidak menyeluarkan darah. Kedua aliran dimainkan oleh kaum lelaki, tidak ada pemain debus perempuan di Aceh.
Di Aceh, Debus biasanya dimainkan dengan iringan rapa'i atau dikenal dalam bahasa Aceh "Rapa'i Daboh". Rapa'i termasuk alat musik tua di dunia yang juga berasal dari Negari Yaman atau Persia.
Ada juga pemainkan debus tanpa diiringi pukulan suara rapa'i. hal itu dilakukan dengan cara ditanggung atau di kontrol oleh seorang khalifah atau syeh yang membawa radat-radat atau syair-syair rapa'i dalam pertunjukan tersebut. Artinya debus tidak terlepas dari rapa'i.
Salah satu contoh dalam radat atau syair yang dilanturkan oleh seorang khalifah atau syeh diantaranya "Han ek ku ingat keuguna busoe, lon duek lon dong lon rho ie mata,ia mata lon rho meutalo talo ingat keu busoe lupah setia".
Di Aceh seni tradisional Aceh Debus masih berkembang hingga kini. Namun Perlu diketahui, tidak semua orang Aceh bisa atau mampu bermain debus, hanya orang-orang tertentu yang telah belajar dari sang guru yang mampu memainkan pertunjukan Seni tradisional Aceh tersebut.
Pertunjukan Debus bukanlah sebuah pertunjukan yang memainkan trik seperti dalam sulap atau pertunjukan lainnya. Akan tetapi debus merupakan pertunjukan yang real atau nyata dan telah berkembang sejak zaman dulu.
Jika sahabat @steemit ingin memainkan pertunjukan tradisional Aceh, Sahabat @steemit harus belajar dari guru yang telah faham atau menguasai debus itu sendiri.
Penulis memperoleh sumber langsung dari pemain debus dan beberapa sumber tertulis lainnya.