LEGENDA TEUNGKU KAYÈÈ SUJUD
Menurut penuturan orang orang tua pada kira kira tahun 1893 (?), gubernur Deijkerhoff (?) semakin meningkatkan eskalasi penyerangan ke basis basis pertahanan pejuang Aceh di luar Kuta Raja.
Nanggroe XIII Mukim Tungkob (IX Mukim Tungkob, Sagoe XXVI Mukim) juga merupakan salah satu area peperangan hebat. Pada saat itu Belanda mulai menerapkan strategi "bumi hangus" untuk memperlemah dukungan rakyat terhadap perjuangan mujahidin Aceh. Rumah rumah penduduk, Dayah, masjid dan meunasah semuanya dibakar oleh agresor Belanda.
Bangunan Dayah dan Kuburan Tgk. Chik Krueng Kalee, termasuk bangunan yang tidak luput dari upaya pembakaran serdadu Belanda waktu itu, namun berkat pertolongan Allah, bangunan Dayah dan Kuburan Tgk. Chiek Krueng Kalee tidak terbakar sedikitpun.
Alhamdulillah, hingga saat ini kita masih dapat menyaksikan bangunan asli tersebut berdiri kokoh dengan anggunnya.
Teungku Chik Krueng Kalee adalah lakap dari Tgk. Syeikh Ismail bin Tgk. Abdul Manih. Beliau adalah kakek dari ulama besar tersohor Tgk. H. Hasan Krueng Kalee atau yang dikenal juga dengan Abu Krueng Kalee dari pihak ibunya yang bernama Nyakti Hafsah binti Tgk. Syeikh Ismail.
Teungku Syeikh Ismail atau Tgk. Chik Krueng Kalee oleh masyarakat setempat disebut juga dengan Teungku Kayè Sujud. Penggelaran beliau dengan Teungku Kayè Sujud tidak terlepas dengan sebuah peristiwa luar biasa yang beliau alami.
Disebutkan pada suatu penghujung bulan Ramadhan, saat itu Tgk. Syeikh Ismail masih remaja dan masih menuntut ilmu dari ayahnya di Dayah Krueng Kalee. Menjelang sahur beliau bangun dan keluar rumah, anehnya beliau mendapatkan semua pohon pohon di sekeliling beliau berada dalam keadaan Bersujud hingga menyentuh bumi. Beliau sempat memetik buah kelapa, namun tanpa beliau sadari " ija samadah" yang melilit di leher beliau tersangkut di dahan pohon kelapa (peueleuepeuk ue). Tak lama kemudian pohon pohon tersebut kembali tegak seperti biasa.
Keesokan harinya peristiwa tersebut diketahui oleh masyarakat ramai, mereka melihat ija seumadah Teungku menggantung dan melekat di pucuk pohon kelapa yang cukup tinggi (meukeumat bak pucok ue).
Kejadian tersebut oleh masyarakat setempat diyakini sebagai fenomena lailatul qadar. Begitulah cerita legenda Teungku Kayè Sujud yang diceritakan dari mulut ke mulut oleh masyarakat Mukim Siem khususnya masyarakat Gampông Krueng Kalee hingga saat ini.
Jika pembaca berminat melihat bangunan bersejarah ini sambil berziarah di Makam dan Pertapakan Dayah Tgk. Chik Krueng Kalee, silakan datang ke Gampông Krueng Kalee Mukim Siem Kecamatan Darussalam Aceh Besar, lebih kurang 12 km ke arah timur kota Banda Aceh. Insya Allah, suasana di komplek makam ini selalu berada dalam keadaan aman, nyaman dan sejuk, meskipun cuaca sedang dalam musim panas.
By @suhaimiaceh