Idiom Berreferen Animals in Aceh | Idiom Berreferen Binatang dalam Bahasa Aceh

in #aceh7 years ago (edited)

p049tgdb.jpg

Image by https://ichef.bbci.co.uk/

Bahasa Aceh banyak terdapat idiom yang menarik dipelajari serta urgen diteliti. Pengertian idiom menurut Basry, dalam Kamus Bahasa Aceh (1994:323) adalah bentuk perkataan yang bermakna lain daripada hakikat makna yang ditulis/disebut. Dalam pemakaiannya sehari-hari, idiom yang terdapat dalam bahasa Aceh dominan berreferen binatang. Hal ini disebabkan masyarakat Aceh terdahulu mencoba mencari kesamaan antara ungkapan yang diacu dan sifat binatang. Dengan kata lain, idiom umumnya digunakan untuk menggantikan ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar (eufemisme).

Mempelajari idiom dalam bahasa Aceh tentunya memperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut di antaranya adalah kita tidak akan menyinggung perasaan lawan bicara (komunikan). Sementara itu, dengan adanya penelitian mengenai idiom dalam bahasa Aceh baik dalam bentuk penelitian berupa tugas akhir bagi mahasiswa maupun penelitian yang diadakan oleh lembaga riset tertentu, diharapkan agar dapat menjaga kelestarian bahasa Aceh. Berikut ini idiom (yang digarisbawahi) berreferen binatang yang terdapat dalam kalimat bahasa Aceh.

(1) Hana guna taprunoe bue meu-ayoen (tidak ada guna mengajari kera bergantung).
Idiom bue meu-ayoen pada kalimat (1) mengiaskan tentang seseorang yang mumpuni dalam melakukan pekerjaannya sehingga tidak perlu diarahkan/diajari bagaimana ia harus melakukannya. Ungkapan tersebut umumnya diperuntukkan untuk memuji orang lain dengan pesan tersirat. Di samping itu, ungkapan ini digunakan untuk menepis kesangsian yang ditujukan kepadanya terkait kemampuan mengerjakan sesuatu pekerjaan.

(2) Bak bue teunggeut meusapeu hanjeut tabri buet (kera tidur tidak bisa diberikan pekerjaan).
Habitat kera adalah hutan. Kera umumnya menjelajahi hutan untuk mencari makan. Oleh karena itu, makna idiom bue teunget dikiaskan orang bodoh yang tidak tahu apapun dan tidak pula suka memperhatikan keadaan yang berlaku di sekitarnya. Pemakaian idiom bue teunget untuk menjaga perasaan lawan bicara. Seseorang akan marah bila dikatakan bodoh dan apatis terhadap lingkungan sekitar, namun dengan memakai idiom bue teunget, kecil kemungkinan membuat lawan bicara marah.

(3) Tanyoe meudagang lagèe raseuki rimueng (kita berdanggang seperti rezeki harimau).
Masyarakat Aceh dikenal orang yang bersyukur serta tidak takabur terkait rezeki yang diberikan Allah saat berdagang. Dalam hal ini masyarakat Aceh menggunakan idiom rezeki rimueng terkait rezeki yang didapatkannya dalam berdangan. Makna idiomatis rezeki rimueng adalah memperoleh rezeki dengan tiba-tiba sekali dapat banyak, tetapi kadang-kadang tidak memperoleh suatu apapun.

(4) Bek jeuet lalat mirah nyang na leumah salah gob (jangan seperti lalat merah yang ada kelihatan orang lain salah).
Lalat dikenal sebagai hewan pembawa penyakit karena hinggap di tempat yang kotor. Namun, pernahkah kita melihat lalat berwarna merah? Tentu jawabannya tidak. Dalam hal ini, di sini para tertua terdahulu mencoba mengiaskan bagaimana kekejaman lalat, secara perlahan-lahan membuat orang terjangkiti penyakit saat memakan makanan yang dihinggapi lalat. Makna lainnya dari lalat mirah adalah orang yang suka mengadu domba. Idiom lalat mirah juga bermakna sama dengan cicak puteh.

(5) Udep lam masyarakat hana guna lagèe manok keumeuteuek (kehidupan dalam masyarakat tidak perlu seperti ayam berkotek). Ayam betina akan berkotek selesai bertelur. Suara kotekannya terdengar meleking dan membuat gaduh sekitarnya. Padahal telur yang dikeluarkannya hanyalah satu serta ayam betina lainnya juga dapat melakukan hal yang sama sehingga tidak perlu menyombongkan diri. OIeh karena itu, kiasan manok keumeuteuek adalah orang yang bersikap membanggakan diri.

Selain idiom berrefen binatang, terdapat beragam idiom lainnya semisalnya idiom yang berupa organ tubuh manusia. Adapun contohnya antara lain; phui tuleung (suka menolong), teubai muka (tidak tahu malu), jareueng gigoe (suka menggunjing), dll. Berdasarkan uraian yang telah saya paparkan, dapat dibuktikan bahwasanya bahasa Aceh selalu menjaga tata krama dalam percakapan sehari-hari. Pembelajaran idiom bahasa Aceh menarik diajarkan di tingkat Sekolah Dasar dalam mata pelajaran bahasa Aceh guna menumbuhkan karakter peserta didik. Semoga saja dengan pemaparan singkat saya dapat membuktikan bahwasanya bahasa Aceh tidak menarik untuk diteliti/dipelajari dibandingkan dengan bahasa mana pun.

*Ejaan penulisan bahasa Aceh disesuaikan dengan kamus Bahasa Aceh Abu Bakar (2008), dkk.

English
In Aceh there are many interesting and urgent idioms studied. The definition of idiom according to Basry, in the Dictionary of Aceh Language (1994: 323) is a form of speech that other beings of the nature of meaning are written / called. In its everyday use, the idiom is in the dominant Acehnese language of the animals. This led the early Acehnese to try to find common ground between the referenced phrase and animal nature. In other words, the idiom is used to replace the more subtle phrases in lieu of the expression that is felt rude (euphemism).
Studying idioms in the Aceh language certainly has many benefits. The benefit in this is that we will not offend the other person (the communicant). Meanwhile, with the study of idioms in the language of Aceh both in the form of research that becomes the final task for students and research organized by certain research institutions, is expected to preserve the language of Aceh. Here is the idiom (underlined) animal-referenced in the Aceh language sentence.
(1) Hannah for taprunoe bue meu-ayoen (no use for teaching dependent apes).
Idiom bue meu-ayoen on the sentence (1) to unfair about someone who qualified in doing his work so that no need to be directed / taught how to do it. The phrase is usually intended to compliment others with implied messages. In addition, this expression is used to dismiss the doubt that is related to the ability to do a job.

(2) Bak teunggeut meusapeu hanjeut tabri buet (sleep ape can not be selected job).
The ape habitat is forest. Apes are made for foraging. Therefore, the meaning of idiom bue teunget dikiaskan ignorant people who do not know anything and do not like like the circumstances that prevail around him. Use ungom bue teunget to keep the other person's feelings. Someone will be angry if said to be stupid and apathetic to the surrounding environment, but by using idiom bue teunget, chances are small.

(3) Tanyoe meudagang lagèe raseuki rimueng (we roast like tiger sustenance).
The people of Aceh are known to be grateful and not arrogant about the sustenance given by God when they trade. In this case the people of Aceh using the idiom szeki rimueng related sustenance earned in the field. The idiomatic meaning of sustenance rimueng is the defender of sustenance with sudden-nothing much, sometimes sometimes nothing.

(4) jeuet defender flies mirah nyang na leumah wrong gob unlike the red flies that other people tanti wrong).
Flies are known as legendary animals because they settle in a dirty place. However, have we ever seen a red fly? Of course not. In this case, here the previous apostles tried to make up how the cruelty of flies, slowly making people infected with the current illnesses of food flies. Another meaning of the rubah fly is the one who likes to pit the sheep. Idioms of rubies also likes the likes of lizard puteh.
(5) Udep lam hana community for lagèe manok keumeuteuek (life in society is not necessary like chicken cackling). The female chickens will be cacking up laying eggs. The sound of his kotekan sounded meleking and make noisy surrounding. Which can also do the same thing so no need to brag. Therefore, the allegory of manok keumeuteuek is an independent person.

In addition to the izzom berfffen animals, there are various other idiom semisalnya idiom which is the organ of the human body. For example, among others; Phui tuleung (likes to help), teubai face (shameless), jareueng gigoe (like to gossip), etc. Based on the description I have described, it can be proved that the language of Aceh always maintains manners in everyday conversation. The learning of the Acehnese language idiom draws lessons at elementary school level in Indonesian language subjects to foster the character of learners. Hopefully with a brief exposure I can prove the language that Indonesian language is not interesting to study / learn in any language.

  • The written spelling of the Aceh language is in accordance with the dictionary of Aceh Language Abu Bakar (2008), et al.

Coin Marketplace

STEEM 0.21
TRX 0.25
JST 0.039
BTC 98204.12
ETH 3444.02
USDT 1.00
SBD 3.22