HUBUNGAN RASULULLAH SAW DENGAN ACEH DAN BENARKAH ACEH PERNAH DI SEBUTKAN HADITSNYA ? (RELATIONSHIP OF RASULULLAH SAW WITH ACEH AND TRUE ACEH NEVER INSIDE THE HADITS?)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Rasulullah SAW, pernah bersabda yang artinya :

“Bahwa sesudah aku meninggal ada sebuah negeri di atas angin samudera namanya. Apabila ada didengar khabar negeri itu maka kami suruh engkau (menyediakan) sebuah kapal membawa perkakas dan kamu bawa orang dalam negeri (itu) masuk Islam serta mengucapkan dua kalimah syahadat. Dan (lagi) akan dijadikan Allah SWT dalam negeri itu terbanyak daripada segala Wali Allah jadi dalam negeri itu“.

Rasulullah SAW, once said that means:

"The story is that I have a country on the oceanic wind of his name, if there is heard the news of the country then we ordered ya (give) yacht and you bring people in the country to Islam also say two kalimah shahada, and (again) will be made Allah SWT in that country all who defeated all God's Guardians into the country ".

Akan tetapi hadist diatas mengenai "Negri diatas angin" atau disebut "Aceh" tersebut masih belum dijadikan istidlal, karena sampai saat ini belum diketahui sanad dan perawinya

Yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah hadist ini betul adanya atau memang hanya sebuah kalimat warisan turun temurun dari nenek moyang bangsa melayu?. Untuk membuktikan keberadaan hadist ini dapat dibuktikan melalui beberapa bukti yang ada terdapat dibawah ini :

However, the above hadith about the "Negri above wind" or called "Aceh" is still not used as istidlal, because until now unknown sanad and perawinya

The question is, whether this hadith is true or is it just a sentence inherited from the ancestors of the ancestors of Malay ?. To prove the existence of this hadith can be proven through some of the evidence contained below:

Pertama : Status Hadist Dalam Beberapa Hikayat Lama Aceh
Prof. Dr. Muhammad Syed Naquib al-Attas seorang ahli sejarah Indonesia yang tinggal di Malaysia menyebutkan bahwa keberadaan hadist nabi tentang aceh tersebut betul adanya di buku terbarunya “Historical Fact and Fiction”. Beliau menemukan hadist tersebut dari beberapa naskah lama kerajaan Aceh dan Malaysia. Selain itu beberapa buku karya sejarah Melayu menyebutkan tentang hadist tersebut

First: Hadist Status In Some Old Sight Aceh
Prof. Dr. Muhammad Syed Naquib al-Attas an Indonesian historian living in Malaysia mentioned that the existence of the hadith of the prophet about aceh is true in his latest book "Historical Fact and Fiction". He found the hadith from some of the old manuscripts of the kingdoms of Aceh and Malaysia. In addition, some books of Malay history mention the hadith

. . .

Kedua : Melalui Sejarah
Menurut para ahli sejarah melayu mengatakan, hadist yang dimaksudkan oleh Rasul ini tertuju kemasa kerajaan Samudra Pasai yang berdiri setelah 600 tahun Rasul meninggal dunia. Namun ada yang berbeda pendapat, hadist yang dimaksudkan oleh Rasul ini tertuju kemasa khalifah Umar bin Khattab pada abad ke 7, yang mulai masuk ke jalur ujung sumatra, yaitu Aceh, tepatnya di kerajaan Peureulak. Pendapat ini didapat dari buku Aceh Sepanjang Abad, karya M. Said.

Bukti lain dapat dilihat dari salah seorang ulama yang bernama Syeikh Rukunuddin di Barus (Fansur) adalah salah seorang sahabat Nabi yang telah lama tinggal di Aceh.

** Second: Through History **
According to Malay historians say, the hadith is intended by the Apostle is focused on the kingdom of Pasai Ocean that stood after 600 years of the Apostle died. But there are different opinions, hadith is intended by the Apostle was focused on the caliph Umar ibn Khattab in the 7th century, which began to enter the path of the tip of Sumatra, namely Aceh, precisely in the kingdom Peureulak. This opinion is derived from the book of Aceh Sepanjang Abad, by M. Said.

Other evidence can be seen from one of the scholars named Shaykh Rukunuddin in Barus (Fansur) is one of the companions of the Prophet who has long lived in Aceh.
. . .

Ketiga : Secara Geografis

Sa'ad bin Abi Waqash salah seorang sahabat Rasul ke Cina melalui jalur laut untuk menyebarkan Islam. Secara Geografis, Cina berada di ujung sebelah kanan tanah arab, maka untuk menuju kesana harus melewati beberapa tempat persinggahan, yaitu india dan ujung sumatra (Aceh). Untuk itu islam secara tidak langsung juga sudah mulai masuk di aceh.

Third: Geographically
Sa'ad bin Abi Waqash was one of the Apostle's best friends to China by sea to spread Islam. Geographically, China is on the right end of the Arab land, so to get there must pass through several places stopover, namely India and the tip of Sumatra (Aceh). For that Islam indirectly also have started to enter in aceh.
. . .

Keempat : Hikayat dari Para Ulama dan Wali
Salah satu cerita hikayat yang pernah diceritakan oleh seorang wali Allah yang tidak boleh disebutkan namanya. Beliau adalah salah seorang wali Aceh. Kisah ini saya dapatkan dari cerita seorang anak alm. Abuya Jamaluddin Waly, bahwa beliau pernah berjumpa dengan wali Allah ini, Wali Allah tersebut bercerita :

"Bahwa dahulu Nabi SAW saat berjalan menuju ke Baitul Maqdis dalam Isra Miraj-nya, beliau mengendarai Buraq ditemani oleh Malaikat Jibril untuk keliling dunia (Dalam sejarah hanya dijelaskan bahwa nabi langsung menuju ke Baitul Maqdis). Saat nabi keliling dunia tersebut itulah nabi melihat ada satu cahaya yang terus terbit dari salah satu wilayah di dunia, cahaya ini timbul dari ujung Sumatra, yaitu Aceh. Saat itulah nabi meminta turun kepada jibril untuk melihat keindahan cahaya tersebut, dan nabi pun turun kesana untuk melihat. Lalu rasulullah bertanya kepada jibril "Mengapakah tempat ini bercahaya, wahai Jibril ?", Jibril menjawab " Ini adalah wilayah islam yang suatu saaat nanti Allah akan memunculkan dari kalangan umatmu banyak para wali Allah dan Ulama-ulama besar". lalu nabi pun berangkat kembali untuk menuju ke baitul maqdis. Beliau tidak pernah turun ketempat lain saat perjalanan ini terjadi kecuali hanyalah tempat bercahaya tersebut. "Jika engkau (untuk Amri Jamaluddin Waly, yang mempunyai cerita ini) ingin mengetahui bukti secajarah ini maka ziarahlah ke 8 wali di seluruh aceh maka engkau pasti akan menemukannya".

Inilah cerita yang penulis dapatkan. Karena kejadian inilah yang menjadi asbabul wurud (sebab hadirnya) haidts nabi mengenai Aceh.

Kisah ini diakui oleh beberapa ulama Aceh, termasuk Abuya Prof. Dr. Tgk. H. Muhibbuddin Waly, Abu Muhammad Amin Blang Blahdeh, Abu Ibrahim Woyla, dan beberapa pengakuan ulama dan wali Allah lainnya.

** Fourth: The Saga of Scholars and Guardians **
One of the saga stories once told by a God's guardian who can not be named. He is one of the guardians of Aceh. This story I got from the story of an alm child. Abuya Jamaluddin Waly, that he had met this guardian of Allah, the Wali Allah said:

"That the Prophet SAW as he walked to the Baitul Maqdis in his Isra Miraj, he drove the Buraq accompanied by the Angel Gabriel to round the world (In history it is only explained that the prophet went straight to the Baitul Maqdis.) As the prophet traveled around the world that prophet saw there one continuous light from one of the regions of the world, this light arose from the tip of Sumatra, that is, the Prophet asked to come down to Jibril to see the beauty of that light, and the prophet went down there to see.the apostle of Allah asked Jibril "why this place is glowing, O Gabriel? ", Gabriel replied" This is an Islamic region which one day Allah will bring out from among your people many of Allah's guardians and great scholars. "Then the Prophet went back to the baitul maqdis. never go anywhere else while this journey takes place except for the glowing place. "If you (for Amri Jamaluddin Waly, who has this story) want to know this sumptuous proof so pilgrimage to the 8 guardians throughout aceh then you will surely find it ".

This is the story I get. Because of this incident that became asbabul wurud (because of the presence) haidts prophet about Aceh.

This story is recognized by several Acehnese ulemas, including Abuya Prof. Dr. Tgk. H. Muhibbuddin Waly, Abu Muhammad Amin Blang Blahdeh, Abu Ibrahim Woyla, and some other clerical and guardian's acknowledgments.
. . .

Kelima : Banyak Kerabat Nabi SAW di Aceh
Bukti selanjutnya bahwa di Aceh sejak masa kerajaan dulu hingga sekarang masih banyak keturunan dan kerabat dari Rasulullah SAW. Salah satunya adalah Abuya Muda Waly, banyak riwayat mengatakan bahwa silsilah beliau berasal dari Abu Bakar As-Siddiq. Hal ini pernah diungkapkan oleh Abu Ibrahim Woyla dan Abu Qasim Kajhu sependapat dengan ini. Dan juga wali Allah yang tidak disebutkan namanya diatas tadi, beliau juga menyebutkan hal yang sama.

Menurut penelitian pakar sejarah dan ahli nasab di Aceh, keturunan Rasullullah pertama yang tiba di Asia Tenggara, tepatnya di Aceh-Sumatra adalah Abdullah bin Hasan Mutsanna bin Hasan bin Ali atau cicit Nabi Muhammad saw. Beliau hijrah ke kepulauan Nusantara ini setelah singgah dan menetap di pelabuhan Chambia (Kambei) India untuk mengembangkan misi perjuangan keluarga Rasulullah saw. Sejarah tidak mencatat, apakah beliau meninggal di wilayah ini atau kembali ke tanah Arab.

** Fifth: Many of the Prophet's relatives in Aceh **
Further evidence that in Aceh since the time of the kingdom until now there are still many descendants and relatives of the Prophet Muhammad. One of them is Abuya Muda Waly, many narrations say that his genealogy came from Abu Bakr As-Siddiq. This was once expressed by Abu Ibrahim Woyla and Abu Qasim Kajhu agreeing with this. And also the unnamed guardian of God above, he also mentioned the same thing.

According to the study of historical experts and nasab experts in Aceh, the first descendants of Rasullullah who arrived in Southeast Asia, precisely in Aceh-Sumatra is Abdullah bin Hasan Mutsanna bin Hasan bin Ali or the grandson of Prophet Muhammad saw. He moved to the archipelago after a stopover and settled in the port of Chambia (Kambei) India to develop the mission of the family struggle of the Prophet. History does not record whether he died in this region or returned to Arabia.
. . .

Keenam : Persahabatan antara Aceh dan Arab
Semenjak tersebarnya Islam di Aceh yang dimulai pada abad ke-7 hingga akhir masa kerajaan pada tahun 1880-an, hubungan aceh dan arab sangatlah erat, baik di sisi ekonomi atau dalam hal agama. Hal ini dapat dibuktikan di salah satu wilayah Masjidil Haram terdapat tanah waqaf orang Aceh untuk perluasan Masjidil Haram. Salah satunya terletak di daerah Qusyasyiah bertepatan dengan bab al-Fath Masjidil Haram, Lokasi ini berada seperti hotel Ajyad (Funduk Ajyad) bertingkat 25 dan Menara Ajyad (Burj Ajyad) bertingkat 28 yang berjarak sekitar 500-600 meter dari Masjidil Haram. Hasil sumbangan, sedekah, dan infak hujjaj Aceh diwakafkan dalam bentuk tanah dan rumah di seputar Masjidil Haram tersebut yang dikoordinir oleh Habib Bugak sekitar tahun 1224 H/ 1809 M.

** Sixth: Friendship between Aceh and Arab **
Since the spread of Islam in Aceh, which began in the seventh century until the end of the kingdom in the 1880s, the relations between Aceh and Arabia are very close, whether on the economic or religious side. This can be proved in one area of ​​the Grand Mosque there is a land waqaf Aceh people for the expansion of the Grand Mosque. One of them is located in the Qusyasyiah area coinciding with the al-Fath chapter of the Grand Mosque, this location resides like Ajyad (Danauk Ajyad) 25-storey hotel and Ajyad Tower (Burj Ajyad) 28 storey which is about 500-600 meters from Masjidil Haram. The proceeds of donations, alms, and infak hujjaj Aceh are represented in the form of land and houses around the Grand Mosque which was coordinated by Habib Bugak around 1224 H / 1809 AD
. . .

Ketujuh : Keturunan Bangsa Aceh di Arab Saudi
Terdapatnya garis keturunan bangsa Aceh yang sebahagiannya adalah keturunan Nabi di sekitaran Masjidil Haram dan dibeberapa wilayah Arab lainnya. Salah satunya seperti Syeikh Abdul Ghani Asyi yang pernah menjabat sebagai ketua Bulan Sabit Merah Timur Tengah, kemudian Alm. Dr. Jalal Asyi, mantan ketua mentri kesehatan Arab Saudi, DR. Ahmad Asyi, ia pernah menjabat sebagai Mentri Haji dan Waqaf dan beberapa orang lainnya.

** Seventh: Descendants of the Acehnese Nation in Saudi Arabia **
The presence of a line of Acehnese descendants of whom are descendants of the Prophet in the vicinity of the Grand Mosque and in some other Arabian territories. One such as Sheikh Abdul Ghani Asyi who had served as chairman of the Middle East Red Crescent, then Alm. Dr. Jalal Asyi, former head of Saudi Arabia's minister of health, DR. Ahmad Asyi, he once served as Minister of Hajj and Waqaf and several others.
. . .

Kedelapan : Orang Mekkah menyebut Aceh sebagai Serambi Mekkah
Snouck Hurgronje (jendral Belanda) sempat kagum terhadap kehebatan Aceh masa lalu, dan dicatat dalam bukunya, “dimana sewaktu dia tiba di Mekkah pada tahun 1883 “Karena kedermawaan Bangsa Aceh masa itu, masyarakat Mekkah menyebut Aceh sebagai SERAMBI MEKKAH di sana”.

Ternyata sumbangan Kerajaan Aceh 200 tahun yang lalu masih selalu hangat dibicarakan disana. Menurutnya berdasarkan catatan sejarah Mekkah yang dipelajarinya barang barang hadiah itu sempat disimpan lama di rumah Syarif Muhammad Al Harits sebelum dibagikan kepada para Syarif yang berhak atas tiga perempat dari hadiah dan sedekah diberikan kepada kaum fakir miskin sedangkan sisanya diserahkan kepada Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Dan Aceh pernah masuk dalam 5 besar negeri Islam di dunia bersama Turki, Morroko, Iran, Mughal India dan Aceh Darussalam di Asia tenggara. Dan seorang peneliti sejarah Aceh Tgk. Habibie M. Waly S.TH pernah berkata “Hampir semua negara yang saya kunjungi, nama Aceh selalu dihormati dan dipandang sebagai bagian dari peradaban dunia”.

** Eighth: The Meccans call Aceh the Veranda of Mecca **
Snouck Hurgronje (Dutch general) was amazed at the greatness of Aceh in the past, and recorded in his book, "where he arrived in Mecca in 1883." Because of the Acehnese generosity of that time, the people of Mecca called Aceh as SERAMBI MEKKAH there.

It turned out that the donation of the Kingdom of Aceh 200 years ago is still always warmly discussed there. According to the historical records of Mecca he learned that the gift items had been stored in the house of Sharif Muhammad Al Harith before being distributed to the Sharifs who were entitled to three-quarters of the gifts and alms given to the poor and the rest were handed over to the Grand Mosque and the Nabawi Mosque.

And Aceh has been included in the top 5 Islamic countries in the world with Turkey, Morroko, Iran, Mughal India and Aceh Darussalam in Southeast Asia. And a history researcher Aceh Tgk. Habibie M. Waly S.TH once said "Almost every country I visit, the name Aceh is always respected and viewed as part of the world civilization".
. . .

Inilah beberapa bukti, bahwa walaupun sanad hadist tersebut tidak disebutkan, akan tetapi dari beberapa bukti diatas telah menunjukkan sisi kesinambungan bahwa Rasullah pernah menyebutkan bahwa Aceh ini adalah negara islam dan tempat dimana banyak para wali dan ulama Allah muncul.

Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan referensi kita sebagai rakyat Aceh yang selalu cinta kepada para wali Allah dan ulama-ulama-Nya juga Negeri tanah air ini. Wallahu wa Rasuluhu a'lam

Here is some evidence, that although the hadith is not mentioned, but from some of the above evidence has shown the side of continuity that Rasullah once mentioned that this Aceh is an Islamic country and a place where many of God's guardians and clerics emerged.

Hopefully this article can be our reference material as the people of Aceh who always love the guardians of Allah and his clerics also this homeland country. * Wallahu wa Rasuluhu a'lam *