Kisah Murid Kesayangan Sang Guru

Dalam lingkungan tempat-tempat mengaji atau tempat menuntut ilmu atau sering disebut dayah jika di aceh umumkan para santri yang menuntut ilmu agama itu mondok alias menempati di halaman yang telah disiapkan atau lebih dikenal dengan bilik. Mereka beristirahat di dalam bilik jika kegiatan belajar sudah selesai.

 

Postingan berikut ini penulis ingin berbagi sedikit cerita singkat atau sebuah kisah nyata yang pernah terjadi beberapa puluh tahun silam. Di aceh, jika berbicara tentang dayah semua orang pasti akan merasa lebih nyaman dan tenang karena dayah ini merupakan tempat menuntut ilmu agama dan tempat yang paling mulia dengan para pimpinan dayah dan guru-guru bantu mengajar yang berilmu agama tinggi. Tidak sedikit pula para pimpinan dayah di aceh yang keramat bahkan dayah di jaman dulu banyak menghasilkan pimpinan dayah berikutnya dan para alim ulama.

pixabay.com

Bermula sebuah kisah di suatu dayah atau tempat menuntut ilmu agama di aceh (saya sudah lupa lokasi detail nya) yang sebagaimana dayah pada umumnya. Dayah ini di pimpin oleh seorang alim ulama yang termasyhur dan para santrinya pun sangat banyak. Dari sekian banyak santri yang menuntut ilmu agama di dayah tersebut ada satu orang santri yang paling di sayang dan di cintai oleh gurunya yaitu pimpinan dayah. Sehingga membuat santri-santri lainnya menjadi iri terhadap santri kesayangan gurunya itu.

 

Hari demi hari kabar atau berita tentang santri-santri lainnya yang iri terhadap santri kesayangan guru terdengar dan diketahui oleh sang pimpinan dayah. Maka keesokan harinya dipanggillah semua santri oleh sang pimpinan dayah termasuk santri kesayangannya itu. Pimpinan dayah tersebut memberikan satu ekor ayam per satu santri, lalu sang guru pimpinan dayah menyuruh para santrinya untuk menyembelih (memotong leher) ayam yang sudah di berikan itu sambil berpesan : "sembelihlah ayam-ayam ini di tempat tidak ada yang melihatnya". Akhirnya semua santri pergi ke belakang dayah atau ke tempat-tempat sunyi yang tidak ada seorang pun yang melihat proses penyembelihan ayam sesuai dengan perintah sang gurunya.

pixabay.com

Singkat cerita, dalam waktu yang tidak begitu lama semua santri sudah sukses menyembelih ayam dan kembali lagi kehadapan gurunya dengan menenteng ayam yang sudah disembelih, kecuali satu santri yaitu santri kesayangan gurunya yang masih membawa pulang seekor ayam yang masih utuh alias tidak disembelih. Sang guru bertanya kepada murid kesayangannya itu kenapa dia tidak menyembelih ayam yang diberikan, padahal semua murid lainnya sudah sukses menyembelih ayam yang diperintahkan. Lalu sang murid (santri) kesayangan gurunya itu berkata: "sudah saya coba untuk menyembelih ayam ini di tempat yang sunyi guru, bahkan saya pergi ketempat yang tidak diketahui oleh semua orang, saya teringat sangat akan pesan guru yang terakhir tadi bahwa sembelihlah ayam-ayam ini di tempat tidak ada yang melihatnya. Saya tidak berani menyembelih ayam ini guru karena semua tempat bahkan setiap sudut ada yang melihatnya yaitu Allah SWT".

 

Mendengar jawaban dari murid (santri) kesayangan gurunya itu membuat murid-murid lainnya terkejut dan menyesali apa yang telah mereka lakukan. Murid (santri) itu pantas menjadi murid kesayangan gurunya.

Demikian alkisah singkat seorang murid yang patuh dan taat kepada sang gurunya sehingga dia menjadi murid kesayangan gurunya. Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi untuk kita semua dalam beramal di dunia ini. Setiap perbuatan, perkataan atau apapun tidak luput dari Allah SWT.

 

Salam dari bumi rencong : @nekmudagroh

---

Posted from my blog with SteemPress : https://nekmudagroh.000webhostapp.com/2018/11/kisah-murid-kesayangan-sang-guru

---