Demografi Aceh

Aceh identik dengan islam dan sikap menentang segala bentuk penjajahan. Tidak heran apabila Aceh ditegaskan sebagai “daerah modal” oleh Soekarno dalam meng-counter penjajah Belanda masuk kembali ke Indonesia.2 Namun, sebuah hal yang kontradiktif sebagaimana sebuah “daerah modal” seringkali dikecewakan oleh pemerintah pusat.
Provinsi Aceh terletak di ujung barat laut pulau sumatera dengan ibukota Banda Aceh. Secara administrative pada tahun 2009, Provinsi Aceh memiliki 23 kabupaten/kota terdiri dari 276 kecamatan, 755 mukim dan 6.423 gampong/desa. Daerah ini memiliki posisi strategis yang amat signifikan sebagai pintu gerbang lalu lintas perdagangan dari nasional dan internasional yang menghubungkan antara dua samudera (samudera Hindia dan Pasifik), dan dua benua (Asia dan Australia).
Jumlah penduduk Aceh pada akhir 2009 berjumlah 4.363.477 jiwa,5 dan estimasi jumlah penduduk pada 2011 sejumlah 4.612.373 jiwa.6 Laju pertumbuhan penduduk selama 5 tahun (2006-2009) terakhir sebesar 1,66% per tahun. Sebaran penduduk di wilayah Aceh masih belum merata, jumlah penduduk terbesar adalah kabupaten Aceh utara (532.535 jiwa) dan jumlah penduduk terkecil adalah kota Sabang (29.184 jiwa).
Karakteristik lahan di Prov. Aceh pada tahun 2009, sebagian besar di dominasi oleh kawasan hutan dengan luas 3.523.817 Ha (61,42 %), perkebunan 691.102 Ha (12,06%), sawah 311.872 Ha (5,34 %), area pertanian lainnya 137.672 Ha (2,4%) dan selebihnya merupakan lahan pertambangan, industry, perkampungan, perairan darat, tanah terbuka dan lahan suaka alam lainnya di bawah 5,99%. Aceh sendiri memiliki potensi dan sumberdaya alam seperti minyak dan gas bumi, pertanian, industry, perkebunan, perikanan darat dan laut, dan pertambangan umum yang dapat dan dikembangkan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRW-Aceh).8