Tiga Lagu Aceh Dalam Album Musik Etnik Dunia

in #aceh6 years ago (edited)


SEKIRA DUA tahun setelah bencana maha dahsyat Smong 26 Desember 2004 melanda Aceh, dan beberapa negara lainnya. EarthSync, satu label rekaman sekaligus produser konten audio dan visual, asal Chennai, India Selatan melakukan satu proyek musik. Yaitu penggarapan musik etnik lintas negara. Meliputi negara-negara yang dihantam bencana Smong, seperti Sri Lanka, Maldives, India, dan Indonesia. Laya Project. Begitu nama proyek tersebut, yang kemudian dijadikan pula sebagai nama album bagi keseluruhan musik yang digarap.

Aceh sebagai satu wilayah Indonesia paling berdampak atas bencana Smong, adalah satu tempat yang menjadi titik fokus penggarapan musik etnik lintas negara tersebut. Ada tiga lagu Aceh yang digarap dan masuk dalam album. Muliya. Nium-nium. Kutalu-talu. Muliya dinyanyikan oleh Fajar Raket dan Yusuf M Bombang sebagai pengisi pantun. Nium-nium tidak kuketahui. Sementara Kutalu-talu adalah satu bagian dari Didong, salah satu seni tradisi yang berasal dataran tinggi Gayo. Satu kekurangan pengemasan album Laya Project oleh EarthSync terletak pada tidak adanya keterangan nama pelantun lagu-lagu yang masuk di dalamnya. Sehingga agak susah mengidentifikasi siapa tokoh-tokoh seniman Aceh yang terlibat dalam proyek musik etnik dunia tersebut.

Ihwal aku tahu tentang album Laya Project ini terjadi pada akhir tahun 2009, tahun pertama sekalinya aku menginjakkan kaki di Pulau Jawa. Tahun di mana aku sempat tinggal di Yogyakarta selama sepekan lebih. Pada satu rumah kontrakan yang dihuni Rully Sabhara. Satu pentolan band underground Yogyakarta bernama Zoo. Yang sekarang sudah lebih tenar dengan band eksperimental bernama Senyawa. Rully ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah. Ketika tinggal di rumah kontrakannyalah ia menyodorkan padaku beberapa lagu Aceh dan menanyakan apakah aku kenal barang beberapa penyanyinya.

Pertama sekali yang diperdengarkannya padaku adalah lagu-lagu dalam album Nyawoung. Kemudian Kande dilanjutkan dengan album Nyawoung II. Semua lagu-lagu tersebut tentu saja tak asing bagiku. Tapi ketika ia sodorkan lagu Aceh dari album Laya Project, aku benar-benar mengernyitkan dahi. Rully heran dengan ketidaktahuanku. Lantas dia tanya, apakah lagu-lagu ini jarang kudengar di Aceh? Aku mengangguk dan mengaku padanya. Bukannya jarang, malah baru itulah aku dengar lagu yang garapan aransemennya sesempurna itu.

Pertama sekali mendengar tiga lagu Aceh yang disodorkan Rully ingatanku langsung balik pulang ke kampung halaman. Kerinduan dan kepiluan menyatu demi mengingat nama Aceh. Rully menyodorkan lagi beberapa bacaan tentang Laya Project untuk memulihkan rasa penasaranku terhadap tiga lagu yang baru kudengar itu. Dari bacaan yang ada, tahulah aku Laya Project adalah proyek yang memproduksi musik tradisi. Direkam di daerah-daerah yang kena bencana Smong, kemudian diaransemen ulang di studio EarthSync hingga menghasilkan satu karya musik monumental yang bisa menyejajarkan diri dalam blantika world music ethnic.

Di pihak lain, meski tidak menyebutkan secara detil nama-nama musisi daerah yang terlibat dalam proyeknya. Album Laya Project adalah bagian dari cara mendokumentasi sekaligus melestarikan musik tradisi rakyat yang tak pernah diekspos sebelumnya. Didedikasikan sebagai bentuk penghormatan kepada para korban bencana Smong di seluruh dunia. Terutama kepada korban yang selamat dan dengan berpegang kepada kebudayaan masing-masing daerah dalam membentuk semacam ketahanan semangat umat manusia.

Setelah tahu sekilas tentang album Laya Project, rasa penasaranku waktu itu tak lantas menguap. Malah makin menjadi-jadi. Bertanya-tanya, siapa musisi Aceh yang diajak terlibat oleh EarthSync? Pertanyaan ini terjawab sebagiannya secara tak sengaja. Terjadi pada akhir 2013. Waktu itu aku diajak ikut dalam satu rombongan yang diundang pihak pemerintah Kabupaten Simeulue pada perayaan ulang tahun kabupaten. Itu rombongan yang berisi para musisi Aceh, Fajar Raket salah satunya, Rafly salah duanya. Berikut beberapa orang yang akan menulis tentang potensi pariwisata Simeulu, aku masuk di bagian ini.

Dalam pelayaran dalam kapal feri pelabuhan Labuhanhaji yang memakan waktu semalaman itulah aku memberanikan diri ngobrol dengan Fajar Raket. Dasar musisi keren satu ini punya pembawaan enteng dan bisa nyambung dalam obrolan apa pun. Aku serasa punya kesempatan bertanya tentang beberapa lagu di album band Raket pada musisinya langsung. Terutama tentang lagu berjudul Surat Lam Angen. Ketika ngobrol tentang lagu-lagunya inilah aku teringat dengan lagu Muliya yang masuk dalam album Laya Project itu. Yang video di laman youtube telah aku unduh dan simpan di smartphone.

Entah angin apa aku menanyakan tentang lagu itu padanya dengan mempertontonkan videonya. Kutanya, apakah dia tahu pengisi vokal di lagu itu. Pertama melihat video dan mendengarnya, Fajar Raket terdiam. Berkali-kali wajahnya berpaling antara melihat wajahku dan layar smartphone, sementara lagu Muliya terus berlanjut. Dan belum juga lagu berakhir setengah berteriak dia kata, "Kau tanya lagu ini siapa yang nyanyi? Ini aku." Katanya dalam bahasa Aceh dan dengan sigap kujawab, "Hana kupateh!"

Ketidakpercayaanku pada Fajar Raket itulah yang kemudian membuat pelayaran kami ke Sinabang jadi terasa singkat. Dia mencoba meyakinkanku dengan segala cara. Aku yang kadung dengan spontan bilang tidak percaya, berusaha bersikukuh dengan pendapat semula. Meski setelah dia beberkan pengalamannya ketika diajak terlibat dalam proyek penggarapan musik tersebut, aku langsung yakin kalau itu adalah betul Fajar Raket seorang. Tidak orang lain. "Meunyo han kapateh, pajan sigoe kajak u rumoh. Mantong na bajee lam video nyan kukubah di rumoh," katanya lagi berusaha meyakinkanku.

Aku tertawa ngakak. Senang dengan pertemuan kebetulan begini rupa. Jelas sudah siapa yang mengisi vokal lagu Muliya. Tinggal kini pengisi vokal lagu Nium-nium yang masih misteri. Hingga kini.


Ilustrasi by Rully Sabhara.


Posted from my blog with SteemPress : http://bookrak.kanotbu.com/tiga-lagu-aceh-dalam-album-musik-etnik-dunia/

Sort:  

Informatif. Izin resteem, brader.

Hajarrr... Hehehe

Tulisan serius seperti ini harus diperbanyak, jangan terlalu sering larut dalam remeh temeh kejar tayang.

Atra serius le meukumat lam draft bang. Susah bak ta ungki. Haha

kerasss ini....


Postingan ini telah dibagikan pada kanal #Bahasa-Indonesia di Curation Collective Discord community, sebuah komunitas untuk kurator, dan akan di-upvote dan di-resteem oleh akun komunitas @C-Squared setelah direview secara manual.
This post was shared in the #Bahasa-Indonesia channel in the Curation Collective Discord community for curators, and upvoted and resteemed by the @c-squared community account after manual review.

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64271.38
ETH 3157.43
USDT 1.00
SBD 4.25