Kisah inspiratif, Ajari Anakmu Berbagi dari Usia dini

in #indonesia7 years ago

image


tidak perlu menunggu kaya untuk Berbagi. Bersyukur terhadap apa yang sudah kita miliki semua bias terjadi. Tidak perlu status maupun jabatan yang tinggi untuk berbagi kebahagiaan kepada yang lain. Kebaikan itu bisa terbit dari arah mana saja, bahkan dari sosok yang kita anggap sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. Yang mendorong itu semua adalah nurani.

Kebaikan itu bisa hadir dari mana saja. Dan pada postingan kali ini saya ingin berbagi kisah inspiratif yang tercipta dari sosok yang tak di duga, kalian pasti tidak akan menyangka terhadap sosok tersebut, misalnya dari pemulung, tukang parkir, pengemis dan lain-lain.

Pekerjaan dan status social yang kerap dipandang jauh dari zona aman dalam kehidupan ternyata tidak mengeluh bahkan mampu menginspirasi banyak orang. Mereka adalah orang-orang yang hendak membuktikan kepada dunia bahwa tidak perlu menunggu kaya dulu baru berbagi. Kisah berikut ini merupakan sosok yang membuktikan bahwa dengan niat dan keinginan yang kuat, siapa saja bisa melakukannya.

Sebut saja namanya Kevin, siswa kelas empat SD yang masih ingusan. Setiap pulang sekolah ia menyisishkan Rp. 1.000 dari uang jajan yang diberikan orang tuanya. Ia memiliki sebuah celengan kecil di dalam lemari mungilnya bertuliskan “ayoo, bersedekah agar di sayang tuhan” kata-kata itu ia tulis dengan spidol berwarna merah.

Kevin terlahir dalam keluarga sederhana, bapaknya seorang sopir dan ibunya seorang guru agama di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ia memang agak berbeda dari anak-anak seumuran dengannya. Kesehariannya selesai jam sekolah, ia menghabiskan waktu untuk menjaga adiknya yang masih berusia tiga tahun bersama neneknya. Nah, nenek hamidahlah yang selalu memberikan motivasi untuk menebar kebaikan walau sekecil memindahkan duri di jalan.
Setiap dua bulan, Kevin membawakan celengan birunya ke rumah nenek. Mereka berdua menghitung jumlahnya. Terkadang dapat sekitar lima puluh lima ribu sampai dengan enam puluh ribu. Bahkan sesekali lebih dua, tiga ribu dari target.

“Nek bulan lalu kita kerumah kakek halim mengantarkan beras dan telur ayam.”
“Kali ini Kevin ingin membantu adik kecil andi kawan sekelasku boleh ya nek?”
“Boleh, kalau boleh nenek tahu sakit apa adiknya andi ?”

Dengan polosnya is menjawab:
“adiknya andi tidak bisa melihat nek, andi bercerita kalau suatu saat nanti tabungan orangtuanya andi mencukupi, mereka akan mencari pendonor mata nek. Namun biayanya besar kata andi. Uang Rp. 60.000 ini Kevin berikan kepada mereka ya nek. Siapa tahu cukup untuk pengobatan adik andi”
Dengan mata basah karena keharuannyang tercipta, sang nenek memeluk erat dan mencium cucunya.
Kamu sangat di sayang tuhan nak, kamu kan rajin bersedekah. ia mengeluarkan uang recehan dari dompet kecilnya, Ini ada sedikit tambahan Rp. 6.000 dari nenek.

Dari kisah diatas, penulis mendapatkan sebuah pelajaran yang sangat berharga, bahkan penulis merasa ditampar oleh sosok Kevin didalam tulisan diatas. Bagaimana tidak, dengan segala kemewahan hidup yang masih di titipkan tuhan, kita masih pelit terhadap keluarga, tetangga, guru bahkan teman seperjuangan.

Sort:  

Mohon kritikan dan saran dari kawan-kawan readers

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 68414.34
ETH 2648.37
USDT 1.00
SBD 2.71