Mengenang Masa Kecil di Sindu Kusuma Edupark

Seiring dengan bertambahnya usia, saya menyadari bahwa semakin sedikit waktu yang saya miliki untuk bisa berkumpul dengan kakak dan adik saya. Sehingga ketika ada kesempatan memiliki waktu libur yang sama, saya tidak boleh melewatkannya begitu saja.

Hari itu, sekitar tanggal 5 Juli 2017 saya menemani adik saya kembali ke kota tempatnya belajar, Yogyakarta. Kebetulan adik saya baru pindah kos. Maka, jadilah saya membantunya bersih-bersih dan mengangkut semua perlengkapannya. Kurang baik apa coba kakakmu ini dek, hehe.

Setelah lelah berbenah, keesokan harinya kami melepas penat dengan berkunjung ke sebuah wahana permainaan yang letaknya tidak jauh dari kos adik saya, Sindu Kusuma Edupark (SKE). Lokasi tepatnya berada di Jalan Jambon, Sleman, Yogyakarta.

Meski kebanyakan pengunjung adalah orangtua dan anak-anak tidak mengurangi rasa antusias kami untuk mencoba wahana permainan yang disediakan. Pihak pengelola SKE memberikan dua pilhan harga tiket. Bisa membayar tiket masuk saja seharga Rp 15.000,00 per orang, namun apabila ingin mencoba wahana permainan, harus membayar lagi dengan harga tergantung permainan yang ingin dimainkan atau membeli tiket terusan seharga Rp 70.000,00 per orang. Kami memutuskan untuk membeli tiket terusan. Keuntungan membeli tiket terusan adalah kami tidak perlu membayar lagi wahana permainan yang ingin kami mainkan, bahkan pihak pengelola membebaskan kami untuk bermain sepuasnya, hanya ada 3 wahana permainan yang dibatasi satu kali bermain saja, yaitu House of Terror, Movie 8D, dan Panggon Lunjak (trampolin).

Keunikan wisata SKE terletak pada nama-nama yang diberikan oleh pihak pengelola yaitu menggunakan bahasa Jawa. Sehingga bisa memperkenalkan bahasa Jawa pada pengunjung baik itu yang berasal dari Jawa maupun di luar Jawa. Contohnya adalah cakra manggilingan, yang memiliki arti yaitu roda yang berputar. Cakra manggilingan ini biasa dikenal dengan istilah bianglala (Ferris Wheel).

Cakra manggilingan atau bianglala ini yang paling menarik perhatian saya, yang telah membuat saya berteriak sesaat sebelum sampai lokasi,

---

"Itu bianglalanya udah keliatan, ayo nanti naik itu dulu pokoknya."

---

Cakra manggilingan ini terdiri dari 28 kabin dimana masing-masing kabin bisa memuat maksimal 4 orang. Bianglala ini juga menjadi pilihan pertama wahana permainan yang kami mainkan. Saat kami akan memasuki kabin, pihak pengelola SKE memberikan kami kipas kecil yang bisa kami gunakan saat berada didalam kabin. Hal ini dikarenakan kondisi kabin yang tidak dilengkapi dengan pendingin udara. Meski begitu tidak mengurangi rasa kekaguman kami karena bisa melihat pemandangan kota Yogyakarta dari atas ketinggian 50 meter. Kami bahkan menaiki wahana permainan ini sampai dua kali.

Tidak jauh dari Cakra Manggilingan kami melanjutkan untuk mencoba wahana permainan lain yaitu movie 8D. Menonton film delapan dimensi mampu membuat kami berteriak dan dibuat takjub untuk mengikuti semua petualangan yang telah disajikan. Namun sayang waktu yang diberikan hanya 15 menit, sehingga terasa sangat sebentar sekali. Mungkin karena saya terlalu menikmatinya.

Wahana permainan yang selanjutnya adalah house of terror (Rumah hantu). Kami sempat ragu, antara iya atau tidak untuk mencobanya. Sehingga kami sempat berjalan mondar-mandir di depan wahana. Namun pada akhirnya kami memutuskan untuk mencoba wahana permainan ini setelah melihat pengunjung lain dalam keadaan yang baik-baik saja setelah keluar dari wahana tersebut.

Pihak pengelola mempersilahkan kami untuk duduk di dalam sebuah gerbong kereta yang hanya dinaiki oleh kami berdua. Kemudian gerbong tersebut didorong oleh pihak pengelola. Nah didalam sinilah kami bisa melihat hal-hal yang menyeramkan. Seperti hantu kuntilanak, pocong, dan ah masih banyak lagi pokoknya. Bagi saya waktu 5 menit yang diberikan oleh pihak pengelola terasa sangat lama sekali, apalagi sepanjang perjalanan kami diiringi dengan lagu lingsir wengi. Sebuah lagu jawa yang sering ditampilkan pada film horor Indonesia yang sempat membuat saya merinding. Saya kira wahana ini cocok untuk yang tertarik dengan hal-hal yang berbau horor. Kalau saya tidak akan mencobanya lagi.

Kemudian kami melanjutkan untuk bermain pada wahana yang menyenangkan yaitu komedi putar (carousel) dan sepeda mabur (flying bicyle). Dengan memainkan wahana ini kami seperti dibuat bernostalgia lagi dengan masa kecil kami. Sehingga tidak ada salahnya untuk orang dewasa mencoba wahana permainan yang satu ini.

Masih banyak lagi wahana permainan yang berada di SKE yang belum sempat saya abadikan, karena terlalu asyiknya kami bermain. Seperti flying fox, grass slide, kopi putar, montor tumbur (bumper car), roti putar dan waterpark . Selain itu pada malam hari pihak pengelola juga menyediakan wahana wisata yang sangat menarik yaitu light festifal, namun sayang kami belum sempat untuk menikmatinya karena waktu yang terbatas

Matahari semakin terik dan perut juga sudah mulai berteriak, menandakan kami harus menyudahi petualangan kami untuk mengingat masa-masa kecil kami. Mungkin saat ini usia kami bukanlah usia anak-anak lagi. Sehingga kami tidak mungkin mengulang kembali masa-masa dahulu, maka yang bisa kami lakukan adalah mengenangnya kembali bahwa kami pernah melewati hal-hal yang pahit dan indah bersama-sama. I miss you my sister, Kiki Fazriyah.