Hidup sesimpel membuat pisang goreng 😉

Hidup sesimpel membuat pisang goreng merupakan sebuah ilustrasi yang menggambarkan sebuah cerita kehidupan saya sehari-hari di alam nyata

---

Assalamualaikum wr.wb

Saya ingin menikmati hidup sesimpel mungkin layaknya seperti membuat pisang goreng tanpa adanya pernak pernik yang berlebihan sehingga hasilnya pun akan lebih natural dan saat menikmatinya dengan penuh perasaan serta kenikmatan tersendiri.

Membuat pisang goreng bagi saya tidak harus dipotong seperti jari-jari tangan yang tersusun sangat rapi lalu di Balur tepung dan di goreng, saya menganggapnya itu semua sangat ribet toh...dibelah dua aja kalau sudah di balur dengan tepung dan di goreng namanya juga sama pisang goreng kan?

jadi kalau bisa sesimpel itu kenapa harus di buat ribet, saya sangat senang dengan segala sesuatu yang simpel selain itu juga bisa menghemat energi. Dari kecil saya selalu diajarkan untuk hidup sederhana menikmati apa yang ada dan selalu bersyukur tanpa menuntut segala sesuatu yang berlebihan dan di luar kemampuan.

Pentingnya pendidikan anak sejak dini tentang hidup sederhana jangan sampai mereka setelah dewasa sampai tidak tahu diri, bahkan sanggup untuk membunuh karena keinginannya yang tidak terpenuhi, ibarat pohon pisang punya jantung tapi tak punya hati.

Sampai dewasa bahkan sudah berkeluarga sifat saya selalu sama, saya masih mengingat pesan orang tua saya " Jak ban laku linggang, pinggang ban laku ija, tanguei ban laku tuboh, pajoh ban laku atra" artinya segala sesuatu harus saya ukur dengan kemampuan saya jangan sampai membuat hidup saya susah dengan memaksakan kehendak pada yang tidak mampu saya penuhi.

Setiap hari saya selalu sibuk dengan kegiatan saya yang beranekaragam banyaknya sehingga saya kurang punya waktu untuk sekedar berkumpul dengan orang lain kalau saya berkumpul ya waktu ada acara ataupun saat saya pergi pengajian selebihnya saya sangat suka dirumah saja.

Sesekali saya keluar rumah dan ingin berkumpul dengan yang lain dan apa yang saya dapatkan, ghibah.. ghibah dan ghibah dan itu tidak menyenangkan bagi saya kalau bulan puasa berkumpul dengan orang lain itu mengansyikan pasalnya yang kita omongin adalah seputar menu berbuka untuk sore hari.

Bulan puasa seperti ada rem di mulutnya sehingga untuk ghibah jarang saya dengar walaupun demikian saya juga jarang untuk keluar rumah karena tempat ternyaman saya adalah rumah, adakah yang sependapat dengan saya bahwa rumah adalah tempat ternyaman bagi kita!.

Sekian diary saya hari ini . Terima kasih sudah membacanya mohon saran dan dukungannya sahabat steemit semua.

^{We invite you to support @pennsif.witness for growth across the whole platform through robust communication at all levels and targeted high-yield developments with the resources available. Click Here}