IND :

oleh : @nasrud ||

BEBERAPA waktu lalu ada seorang mahasiswa, dia ketegori pendiam dan alim. Yang kutahu dia adalah mahasiswa disebuah lembaga pengajian yang ada dikampus. Tapi soal tugas akhir dia tak lebih dari mahasiswa yang lain. Sebenarnya dia pernah membuat aku muak saat menjadi Mc pada sebuah acara difakultas. Dia meneyebutnya begini : kepada bapak Sirkulus kami persilakan dengan segala hormat. Sama sekali dia tidak menyebutkan gelar depan dan belakang namaku. Seharusnya dia begini menyebut kan, kepada bapak Prof Dr H. Sirkulus.,S.H.,M.H kami persilahkan dengan segala hormat. Begitu kan seharusnya.

Seketika mukaku padam memerah. Menurutku dia sama sekali tidak pandai menghargaiku. Meski begitu, kejadian itu sudah berlalu lama. Kini aku sudah memaafkannya. Tapi persoalan skripsi itu urusan lain, bagiku profesionalitas kerja tetap harus didepan. Pagi itu dia datang dengan membawa sejumlah print out ditangannya dan menemuiku. Pasti dengan janji yang sudah terlebih dahulu dibuat.

Begitu dia masuk dia langsung menyalamiku. Dan dia serahkan hasil skripsi yang sudah beberapa kali aku coret itu.haaman demi halaman aku buka dan menemukan beberapa kesalahan dalam redaksi bahasa.

“bagaimana kamu ini, sudah mau sarjana nulis saja kamu ga becus”

“maaf pak, buru-buru tadi saya print outnya, sehingga saya tidak melihat kesalahan dalam redaksi penulisannya” dia mulai membeberkan alasan.

Aku hanya diam dan kembali membuka setip halaman dari hasil penilitian mahasiswa bebal ini. Pada tiga halaman berikutnya aku kembali menemukan kesalahan, kali ini ia salah dalam menulis nama dan gelarku. Tulisan pada pembimbing pulak, tulisannya begini Prof Sirkulus.,S.H.,M.H.

“kamu tidak tau gelar saya ya, ini Dr dan H nya mana” sambil menunjukkan dengan ujung polpen yang ada ditanganku.

“maaf pak”

“maaf, maaf saja yang kamu tau”

Dia sudah menemuiku untuk konsultasi selama 15 kali. Meski kali ini salah aku tetap mengacc-nya tapi setelah dia selesai memperbaiki redaksi dan gelar namaku. Aku tak sanggup berlama-lama dengan mahasiswa model begini. Aku khawatir darah tinggiku kumat. Lebih baik aku selesaikan daripada lama-lama bersama mereka.

Setelah semuanya diwisuda biasanya kerap hampir setiap hari aku kedatangan kado dari sejumlah mahasiswa bimbinganku. Beraneka ragam yang mereka berikan kepadaku, muali jam tangan, sepatu, dasi dan berbagai aneka hadiah lainnya. Bahakan mereka pernah memberikanku sebuah sepatu bermerek luar negri. Kutaksir harganya sangat mahal.
Malam itu aku dikagetkan dengan kedatangan sebuah kado yang cukup besar.

Kado yang di ukurannya sebesar kulkas itu diantar oleh seorang tukang post. Kado tersebut terbungkus dengan kertas warna warni yang sangat indah dan bertulis nama : kado spesial untuk Prof Dr H. Sirkulus.,S.H.,M.H. seketika aku memanggil istriku.

“bu coba lihat, ini kado cukup besar yang dikirim mahasiswa papa” bergegas istriku muncul dari balik pintu. Dia tersenyum tipis.

“kado apa itu pa, jangan-jangan kulkas pa, siapa yang ngirim nya pa, kok ga ada tertera nama mahasiswanya” istriku bertanya.

“alah itu tidak penting, siapa yang mengiriminya, yang terpenting sekarang kado pertama sebesar kulkas sudah ada didepan mata. Buat kopi untuk papa dulu bu sebelum kita membukanya” dan istrikupun bergegas kedapur untuk membuat kopi.

Karena terlalu penasaran, akhirnya kado besar itupun aku buka perlahan. Kulepas setiap pita yang menempel pada kardus itu pelan-pelan agar setiap pita cantik itu tidak rusak. Dan akhirnya aku melihat isi kardus itu adalah sebuah benda yang terbalut kertas putih. Seperti bukan sebah kulkas. Sebelum istriku sampai aku cepat-cepat membukanya.

Seketika jantung dan kepalaku bagai dihantam belati, darahku mengucur seolah keujung kepala. Setelah aku melihat sepasang nisan terbalut bungkusan kain kafan dan bertuliskan nama : ALM Prof Dr H. Sirkulus.,S.H.,M.H, buru-buru aku membungkusnya kembali dan aku masukkan kembali kedalam kardus itu. Di dalam kain pembalut itu diselipkan sepucuk surat.

Dari mahasiswa Anda : Bapak Prof Dr H. Sirkulus.,S.H.,M.H yang gila gelar. Sengaja saya mengirimi sebuah hadiah spesial ini untuk bapak agar Anda sadar bahwa masih ada sebuah gelar yang akan disematkan oleh lulusan universitas kehidupan kepada kita. Dan itu adalah gelar terdepan dari semua gelar.

Dunia seakan gelap, jantung berdebar-debar. Terakhir aku mendengar istriku memanggil-manggil
“pa, kopinya sudah siap, sekarang papa bawa kado spesialnya untuk kita buka.” []

---

---

ENG :

by: @nasrud ||

Some time ago there was a college student, he quiet and pious categories. All I know is that he's a student at a study institute in the campus. But his final assignment was no more than any other student. He actually made me sick of being Mc at a faculty event. He called it this way: to Mr. Sirkulus we invite with all respect. Absolutely not mentioning the title of the front and back of my name. He should mention this, to the father of Prof. Dr. H. Sirkulus., S.H., M.H we invite with all respect. That's the way it should be.

Instantly my face went red. I do not think he's good at treating me. Nevertheless, the incident has been long gone. Now I've forgiven him. But the problem of thesis is another matter, for me the professionalism of work should still be in front. That morning he came with a number of print outs in his hand and came to see me. It must be with the promise that has been made first.

As soon as he entered he immediately greeted me. And he submitted the thesis that has been several times that I mencet.haaman by page I open and found some errors in the redaction language.

"How are you this, you want to scholar just write you ga becus"

"Sorry sir, I hastily print outnya, so I do not see the error in the editorial writing" he began to reveal the reasons.

I just shut up and re-opened the page from the research of this ignorant student. On the next three pages I again found an error, this time he was wrong in writing my name and my title. Writing on mentors, this writing is Prof. Sirkulus., S.H., M.H.

"You do not know my title yes, this is where Dr and H" while pointing with the tip of the pole in my hands.

"Sorry, Sir"

"Sorry, sorry that you know"

He has been to me for 15 consultations. Although this time it was wrong I still mengacc it but after he finished fixing the editor and title my name. I can not linger with this model student. I'm worried about my high blood recurrence. I'd better get over than long with them.

After all graduated usually usually almost every day I come gift from a number of my guidance students. The variety they give me, muali watches, shoes, ties and various other prizes. They even gave me an overseas branded shoe. I estimate the price is very expensive.
That night I was startled by the arrival of a pretty big gift.

Gifts in size as big as the refrigerator was escorted by a postman. The gift is wrapped in colorful paper is very beautiful and inscribed name: special gift for Prof. Dr. H. Sirkulus., S.H., M.H. I immediately called my wife.

"Bu take a look, this is a big enough gift sent by poor students" my wife hurried from behind the door. She smiled thinly.

"Gifts what is pa, lest the refrigerator pa, who sent him pa, kok ga there is the name of students" my wife asked.

"It's not important, who sent it, most important now the first present for the refrigerator already in front of the eye. Make coffee for papa before you open it "and istrikupun rushed to make coffee.

Because it was too curious, finally big gifts and even then I open slowly. I took off each ribbon attached to the cardboard slowly so that every beautiful ribbon was not damaged. And finally I see the contents of the cardboard box is an object wrapped in white paper. Like not a refrigerator. Before my wife until I quickly opened it.

Instantly my heart and head were hit by a dagger, my blood poured as if it were the tip of my head. After I saw a pair of tombstones wrapped in a shroud and inscribed with the name: ALM Prof. Dr. H. Sirkulus., S.H., M.H, I hurriedly wrapped it up again and I put it back into the box. Inside the cloth was tucked into a letter.

From your students: Professor Dr. H. Sirkulus., S.H., M.H who is mad degree. I deliberately sent a special gift for you to realize that there is still a title that university graduates will pinned to us. And that is the leading degree of all titles.

The world is dark, heart pounding. Last I heard my wife calling out
"Pa, the coffee is ready, now papa bring a special gift for us to open." []