Assalamualaikum...

_{Edited by Canva}

20 % rewards donate yo account charity @steemkindness

USAI melihat anak-anak masuk ke sekolah masing-masing, jam baru pukul 7.32 Wib. Saya pun memilih "parkir" di warung kopi terdekat. Sambil menyesap secangkir teh dan melahap informasi masih di koran. Tentu saja informasi dari daerah yang belum diulik media sosial.

Setelah cukup "menyadap" informasi, saya bersiap ke salah satu toko bangunan di kawasan Ulee Kareng. Mitra Atap namanya. Toko ini cukup tenar, apalagi iklan-iklan promosinya cukup sering tayang di radio. Jualannya bukan cuma seng saja tapi ada baja ringan, plafon PVC dan lainnya.

Gudang mereka lumayan besar. Ini pertama kali saya masuk ke dalam toko ini. Ternyata terlihat cukup sibuk para pramuniaganya. Untuk cek barang mereka pakai aplikasi, untuk orderan mereka pakai komputerisasi. Ada empat pegawai yang sibuk di mejanya, itu belum termasuk petugas lain.

Foto depan toko Mitra Atap

Di sini saya membeli 25 lembar seng warna hitam 025. Ukuran 6 atau 180 centimeter. Tiga kotak paku payung. Tambah ongkos becak Rp30 ribu. Maka total belanja di Mitra Atap Rp1.345.000. Setelah itu, sambil pulang saya ke panglong kayu Perabot Serba Indah. Di sini saya beli empat batang katy 5x5 seharga Rp140 ribu, lalu 14 batang lat seng dengan bayaran Rp280 ribu. Total Rp420 ribu.

Saat saya tiba di rumah, dua pekerja Dahlan dan Husaini sedang membongkar pagar. Ini sebenarnya pagar sekolah MTsS Lam Ujong, Aceh Besar. Posisinya sudah tak nyaman di pandang mata. Pondasinya pun milik mereka. Menurut catatan tak terulis, saya tak punya hak tas pagar ini.

Kalau mau bikin pagar, berarti harus buka pondasi baru, atau minimal di atas as tanah sendiri. Agar tidak ribet, sehari sebelumnya saya sudah minta izin pada Kepala Sekolah MTsS Samsul Bahri. Ia sudah mengizinkan saya untuk menempel plat dan seng di atas pondasi pagar sekolah.

Saya saat memantau pekerja membongkar pagar lama

Karena sudah mendapat izin pun meminta para pekerja untuk segera membongkar besi pagar. Besi pagar ini masih bisa dipakai sekolah untuk pagar di sisi lain yang masih pakai kawat. Ternyata, membongkar ini tak mudah. Mereka harus kerja keras, sebab bautnya sudah karatan. Jadi amat susah dibongkar secara normal.

Bukan hanya itu, mereka juga harus membersihkan semak-semak yang tumbuh cukup rapat di sisi pagar.

Kedua pekerja cukup serius dengan pekerjaannya

Setelah bahannya cukup dan tak menghambat kerja mereka, saya berencana keluar sejenak. Kali ini ada agenda jumpa teman lama di kawasan Darussalam, Banda Aceh. Jelang pukul 11 siang saya berangkat ke titik temu. Pria yang sudah menunggu itu namanya Teuku Abdullah.

Tiba di warung kopi ini, Ampon Abdullah yang punya nama pena TA Sakti belum tiba. Sembari menunggu budayawan itu datang, saya selancar ke platform kebanggaan kita ini, Steemit. Saat di sini, saya melihat informasi Steemit Engagement Challenge Season 18 - Week 3. Lalu saya melihat-lihat tema menarik.

Kali ini enam komunitas sudah siap menyajikan tema-tema menariknya. Seperti Comunidad Latina dengan SEC-S18/W3 | Vencer el miedo // Overcoming fear. Shine with Steem --- SEC-S18/W3 --- Mentes brillantes // Brilliant minds. Kemudian, Steem of Animals | SEC-S18/W3 | Activist Journal.

Disusul Steem Venezuela -- SEC-S18/W3 | Carta a mi padre // Letter to my father, Traveling Steem -- SEC-S18/W3 | Traveling and enjoying as a couple dan terakhir Steemit Crypto Academy dengan tema SEC-S18/W3 | Psychology and Market Cycle // Psicología y ciclo de mercado.

Belum sempat saya menentukan pilihan, orang yang saya tunggu sudah tiba. Akhirnya saya pun meneruskan cakap-cakap dengan pria hikayat ini lebih dulu. Belum sempat bicara banyak, jadwal rutin sudah mendekat. Menjemput anak pulang dari sekolah. Kali ini jadwalnya lebih cepat yakni pukul 12 siang. Sebab, masa ujian.

Saya foto sejenak dengan budayawan Aceh

Pukul 12 siang benar-benar pamit. Lalu mengatur janji untuk bertemu di lain waktu. Insya Allah. 30 Menit kemudian saya sudah tiba kembali di rumah. Lalu melihat hasil kerja bongkar pagar. Keduanya sudah mulai memotong kayu untuk tiang. Beberapa saat kemudian, azan Zuhur tiba. Lalu mereka berhenti kerja dan istirahat.

Saya pun tetap di rumah. Bekerja sambil sesekali mengontrol kerja mereka. Tapi, pukul tiga sorenya, saya harus keluar sejenek. Menjemput Ghazi pulang les yang berangkatnya bersama sang ibu saat hendak masuk kerja, shif siang. Setelah itu, kami singgah siat di penjual thai tea di sekitaran Ulee Kareng.

Dua pekerja sedang mengukur dan memotong kayu untuk tiang pagar

Saat saya tiba lagi di rumah. Keduanya masih dengan memasang-tiang-tiangnya. Lalu memastikan ukuran lat seng agar seimbang dan bersiku. Ada tiga yang dipakai agar sengnya tahan dari terpaan angin kencang. Jika tidak bukan tak mungkin sengnya rusak dan penyotan.

Karena senja mulai turun, saya pun disergap lelah serta banyak tugas online, akhirnya saya pun menuntaskan diri sebagai mandor di hari itu. Saya mengakhiri kegiatan seharian saat senja menyapa dengan sendunya. Terima kasih sudah membaca postingan saya.

*****

---

Thanks to Steemian friends and the Steemit Team who always support me. I really appreciate it.

*****

Achievement-1

Salam @Munaa

_6/6/2024