Satu hari dadakan namun tak terlupakan [One day Unforgotten]

Cerita ini bermula dari ketidaktahuan saya tentang adanya hari libur pada tanggal 27 Juli 2018 yang lalu, harusnya pada tanggal tersebut saya tetap bekerja untuk menyidangkan beberapa perkara perdata. Namun dengan keluarnya Keputusan Presiden yang menyatakan bahwa hari tersebut adalah Hari Libur Nasional disebabkan adanya Pemilihan Umum Kepala Daerah. Akhirnya secara dadakan beberapa kawan memutuskan untuk melakukan camping di pulau Lhok Geulumpang, Kecamatan Setia Bakti, Kabupaten Aceh Jaya.

Persiapan secara singkat pun dilakukan, beberapa kebutuhan pokok seperti beras, lauk pauk dan beberapa dus air mineral telah terbeli. Perjalanan menuju pulau Lhok Geulumpang dimulai dengan berkendara roda dua, waktu tempuh kurang lebih 30 menit saja dari Ibukota Aceh Jaya, Calang. Akan tetapi begitu memasuki kawasan daerah wisata tersebut, kondisi jalan masih tahap pengerasan, sehingga benjolan batu-batu sebesar kepalan sangat terasa bagi pengendara sepeda motor. Bahkan semakin masuk ke dalam maka jalanan akan semakin menantang, karena jalan setapak tanah liat membuat kita harus hati-hati agar tidak jungkir balik saat turun naik melewati jalan tersebut. Beberapa gambar di bawah ini menjadi saksi beratnya medan menuju ke pulau Lhok Geulumpang.

“Subhanallah !? Sungguh luar biasa pemandangannya ya...!!” Ucap salah seorang dari kami. Setelah melewati rute yang sulit, kami dihadapkan dengan pemandangan yang sangat indah. Di depan kami terhampar pantai yang masih sangat alami dengan posisi membelah lautan. Di atas pantai itulah kami berjalan menuju pulau Lhok Geulumpang. Kami sedang beruntung karena andai air laut sedang pasang tinggi, maka pantai tersebut tidak bisa dilewati sehingga kita tidak akan pernah sampai ke Pulau Lhok Geulumpang.

Setelah tiba di pulau tersebut, kami membagi tugas, sebagian kawan-kawan mendirikan tenda dan sebagian lain mencari kayu bakar untuk membuat perapian dan memasak. Setelah semua selesai, secara bersama-sama kami memulai untuk memasak “kuah sie itek” sebagai lauk untuk malam itu. Awalnya saya pribadi sempat mengabadikan beberapa keindahan pulau tersebut sebelum menjelang malam, akan tetapi untuk dapat dibagi di #steemit tidak mungkin karena sinyal di pulau ini sangat lemah. (Ada cerita menarik tentang sinyal ini, tapi nanti saya ceritakan).

Waktu malam kami isi dengan makan malam bersama, memancing, bercerita dan sebagian lain bercanda ala anak muda. Uniknya dalam kelompok kami yang berjumlah 15 orang ini ternyata ada yang ahli memasak sehingga makan malam gulai sie itiek malam itu terasa sangat berkualitas. Saya pribadi ingin mengambil banyak ptongan daging bebek tersebut karena enak sekali, akan tetapi dalam keadaan kebersamaaan seperti ini maka sikap saling berbagi sangat dibutuhkan, kita tidak boleh menang sendiri dan egois. Kisah kentut dalam tenda, kisah argentina-nigeria, kopi dan kekurangan air menghiasi malam kami, dengan perut penuh terisi maka kantukpun tidak dapat ditahan. Semua tertidur dengan mimpi masing-masing.

Keesokan pagi, adalah waktu yang saya tunggu-tunggu, tangan terasa gatal untuk segera mengabadikan moment keindahan disana dengan smartphone kesayanganku. Beberapa spot seperti pulau kecil, batu besar dan pantai dan deburan ombak telah terabadikan. Untuk mendapatkan spot-spot photography menarik saya rela berjalan mengelilingi pulau tersebut dengan mendaki dan berjalan. Beberapa foto ini kurang maksimal dari sisi pencahayaan dan warna disebabkan kondisi baterai yang lemah, namun setidaknya dapat menggambarkan keindahan pulau ini.

Ya, kisah camping dadakan ini sangat bernilai dan akan menjadi kenangan yang tidak bisa terlupakan. So apakah kamu tertarik untuk datang ke pulau ini ?? jika kamu tertarik untuk datang kesini, silahkan saja, tapi kamu harus menghormati budaya setempat dan tidak boleh melakukan perusakan terhadap alam. Kami menungggumu.

Thanks for visiting my blog
@khaimi