The Diary Game (30 Mei 2024): Medioker

in Steem SEAlast month (edited)

Jadwal kuliah pagi ini diundur ke jam 9.30, ngaret sejam setengah dari yang tertera di sistem informasi absensi. Kabarnya sang dosen sedang mengisi acara di tempat lain sehingga mengharuskannya mengundur perkuliahan pagi ini. Sialnya kabar itu baru disampaikannya saat kami sudah menunggunya kurang lebih setengah jam di dalam kelas, dan terpaksa saya harus menunggu kurang lebih sejam lagi di ruangan ini. Bukan hal yang terlalu menyiksa karena semua ruangan di kampus FISIP telah difasilitasi pendingin udara yang cukup sejuk.

IMG_20240530_094234.jpg
Beberapa mahasiswa memutuskan untuk keluar kelas sampai si dosen masuk kembali, sementara sebagian yang lain memilih untuk menunggu di dalam kelas. Saya memilih untuk menunggu saja sembari menyicil pekerjaan moderasi di komunitas sembari berdiskusi bersama beberapa teman-teman lain yang juga ikut menunggu di dalam kelas.

Si dosen baru masuk ketika waktu perkuliahan yang tersisa hanya 40 menit lagi. Dia masuk sembari menjelaskan giat yang dilakoninya sebelum masuk kelas, yang menyebabkannya harus ngaret sejam lebih. Dia juga mengamanahi Ujian Akhir dalam format artikel jurnal yang bisa dikerjakan dari rumah.

Mata kuliah yang diampunya kali ini bukan merupakan MK prasyarat sehingga para mahasiswa dibebaskan untuk mengerjakan tugasnya se-kreatif mungkin. Kreatif yang dimaksudkan si dosen artinya kami boleh mengangkat masalah apapun asalkan masih dalam ruang lingkup modal sosial dan masyarakat sipil.

Kelas ini dibubarkan lebih telat dari biasanya, yang mana ini merupakan konsekuensi dari keterlambatan si dosen mengawali perkuliahan. Ruangan ini berada di lantai tiga sehingga kegiatan perkuliahan di sini tidak sebanyak yang terjadi di lantai satu dan dua.

Saya memutuskan untuk tidak meninggalkan ruang kelas pasca keluarnya dosen, lagipula saya masih punya banyak waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada melalui PC.

Memasuki waktu Zuhur saya mulai merasa bosan bekerja sendirian di ruangan ini. AC yang tadinya terasa biasa-biasa saja kini seakan mengeluarkan hawa yang menusuk sampai ke dalam pori-pori. Berada di ruangan yang berpendingin sendirian sama saja seperti masuk ke kulkas. Pada dasarnya manusia menghasilkan kalor yang mungkin saja bisa mengurangi hawa dingin dari udara sekitar.

Teman-teman lain sudah cabut duluan sejak tadi. Saya mengemas barang-barang ke dalam tas dan mulai menyusuri balkon untuk menyasar tangga yang letaknya di sebelah barat. Bangunan ini berbentuk letter L, dan setiap sudutnya ada tangga yang tersedia. Saya memilih untuk menyusuri tangga terjauh yang bisa saya jangkau hanya karena rasa penasaran, berapa banyak, sih kelas yang masih terisi di minggu-minggu ujian akhir seperti ini? Yang mengejutkannya ternyata tidak ada satupun kelas yang beroperasi di lantai tiga siang ini.

Saya menuju ke parkiran, suasana masih sama sepinya. Hanya ada beberapa kendaraan yang terparkir di sana. Saya biasanya kesulitan untuk mencari sepeda motor sendiri, namun kali ini, di satu row,hanya ada satu sepeda motor milik saya. Sebuah skuter bermerk Scoopy berwarna silver dengan plat akhir NAJ. Di hari-hari biasa, mencari skuter dengan tipe dan warna yang sama hampir sama sulitnya dengan mencari jarum di tumpukan jerami.

Sepeda motor ini membawa saya ke masjid terdekat guna menunaikan empat rakaat sholat zuhur, tidak termasuk empat rakaat sebelum dan sesudahnya. Iman saya belum sampai di tingkatan itu sebetulnya. Usai menunaikan sholat saya menuju ke kopisyop tempat saya dan teman-teman medioker biasanya nongkrong. Suasana dari jalan sampai ke warkop juga cukup lengang, kemungkinan besar disebabkan sebagian besar besar mahasiswa sudah kembali ke kampung halamannya masing-masing.

Kali ini saya yang harus menunggu para sobat filsuf yang kabarnya masih melangsungkan rapat untuk event himpunan. Yodha, seorang teman perempuan menghampiri saya yang sedang berkutat dengan monitor PC dan keyboard. Ia minta dibantu menyelesaikan proposal skripsinya yang harus selesai malam ini juga. Dosen pembimbingnya sulit sekali ditemui sehingga Yodha jadi malas menyelesaikan proposalnya belakangan ini.

“Buset, udah kayak Roro Jonggrang aja,” batin saya.

IMG_20240530_171525.jpg
Beberapa bagian krusial macam pendahuluan dan bab dua belum diselesaikan. Saya segera mengunggah file yang barusan saya buat ke drive karena tugas yang sedang saya kerjakan ini tenggat waktunya masih minggu depan, sementara urusan Yodha lebih urgent ketimbang saya. Lagipula, dia adalah salah satu teman dekat saya di kampus. Saya mengerjakan hal ringan yang bisa disambi sembari membantu Yodha, yakni memoderasi postingan di komunitas Steem SEA.

Kami mulai melakukan pencarian mengenai teori analisis wacana kritis atau critical discourse analysis (CDA) di laptop masing-masing. Dosbim si Yodha menyarankannya agar menggunakan wacana ini sebagai landasan teori untuk proposal penelitiannya. Di sela-sela pencarian kami, sebuah pop-up notifikasi telepon masuk menghampiri WA saya. Seorang penulis diary game kawakan, sir @hoesniy, menelpon untuk mengajak saya berdiskusi terkait sebuah artikel yang baru saja diterbitkannya ke platform blogging Kompasiana. Belakangan beliau sedang sibuk mempersiapkan sebuah artikel untuk diikutesertakan dalam perlombaan menulis yang diselenggarakan oleh ISDS.

Saya hanya memberikan beberapa masukan sebatas pengetahuan yang saya punya. Beliau juga banyak bertanya soal ekosistem Steemit, pertanyaan yang saya rasa dilontarkannya pada orang yang salah, wong saya sendiri juga baru aja comeback. Semoga sukses di kompetisinya, sir @hoesniy.

Usai menutup telepon, Yodha sudah menunggu untuk mengutarakan insights baru yang didapatkannya setelah melakukan pencarian terhadap publikasi-publikasi yang berkenaan dengan CDA. Kami berdua sama-sama mengeluhkan betapa sulitnya mencari literatur CDA yang berhubungan dengan isu sosial, karena kebanyakannya diisi oleh isu sastra dan media.

IMG_20240530_192428.jpg
Melupakan hiruk-pikuk dunia selama beberapa menit di Masjid yang letaknya tak jauh dari warkop.

Kami berkutat dengan penyempurnaan proposal sampai ba’da magrib. Saya melanjutkan moderasi postingan di komunitas sembari menunggu Yodha selesai dengan tugasnya. Sementara itu suara kedap-kedip di meteran warkop sejak tadi sore cukup mengganggu telinga pengunjung. Bunyi yang tak asing ini menandakan bahwa token listrik di sini akan segera habis. Saya mengamati sejak sore tadi, tempo bunyinya bermula dari pelan, sedang, dan pada akhirnya menjerit-jerit. Namanya juga warkop medioker.

Benar saja, ba’da magrib, lampu tiba-tiba mati. Para pengunjung mulai meributkan kondisi yang sedang mereka lalui saat ini, sementara itu sebagian yang lain mulai menghidupkan lampu flashlight untuk menerangi papan tuts untuk memudahkan mereka dalam bmengetik. Saya, dengan jumawa menghidupkan lampu RGB dari keyboard portable yang sedang saya gunakan. Saya kira sebelumnya lampu ini tak ada gunanya sampai kejadian mati lampu ini terjadi.

Pekerjaan memoderasi postingan berhasil saya lakukan di tengah-tengah kondisi lampu yang mati. Tangan dan kaki saya bentol-bentol digigit nyamuk, begitu pula dengan Yodha yang sejak tadi menggaruk-garuk punggung tangan kanannya dengan tangan kirinya, begitu pula sebaliknya. Kami sempat tertawa karena membercandai banyak suara tepuk tangan di sana-sini. Kalau di kopisyop mewah pengunjungnya bertepuk tangan karena ada penampilan live music yang apik, di sini, tepuk tangan pengunjung tak lain diakibatkan oleh nyamuk yang ngang ngong di kuping pengunjung.

IMG_20240530_200229.jpg
Beberapa saat kemudian, entah karena ada pengunjung yang protes atau bagaimana, karyawan warkop mengisi token listrik dengan cara memanjat ke salah satu kursi yang tersedia. Lagi-lagi, pemandangan ini tak akan pernah anda saksikan di kopisyop elit yang menyediakan menu di atas dua digit. Ini eksklusif a.k.a hanya ada di warkop-warkop medioker.


haram untuk dicuri.png

Sort:  

Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.

 last month 

Wow keren, tulisan setengah gerundel akibat ulah orang yg ngak disiplin. Kualitas pendidikan pengajar kita.banyak sabar. Panjang kali uraiannya.mantap senior

 29 days ago 

Terima kasih atas responnya, sir. Ini sebenarnya hanya cerita peristiwa saja, bukan keluhan apa lagi kritik. Agak ngeri juga mengkritik sesuatu yang powernya jauh di atas kita, takut besok gak bisa melihat matahari pagi lagi. Hahaha.

 last month 

🤣🤣🤣🤣 rasanya tak bosan2 baca postinganmu dek,ada aja kelucuan yang tersirat di dalamnya sehingga saya penasaran kira2 apa lagi ya

Token listrik yang menjerit-jerit membuat saya tertawa mengingat dirumah juga gitu, awalnya pelan lama2 memekakkan telinga dan saya pun harus segera mengisi kembali supaya tensi darah saya tidak naik karena terlalu bising, bagaimana kabarmu saat ini sudah sembuh kah dari jatuh kemarin?

 29 days ago 

Hahaha. Perspektif orang beda-beda kali ya. Saya gak menemukan kelucuan apapun dalam tulisan ini, kecuali sebuah tulisan acak yang ditulis tanpa purpose apapun, selain untuk menyimpan kenangan masa muda. Saya ngga pakai sosmed apapun, jadi ya steemit ini satu-satunya tempat saya menyimpan album dan memori yang berisi kesenangan, kesedihan sampai yang malu-maluin, hahaha.

Alhamdulillah banget tidak ada sakit dan nyeri yang tersisa di tempat bekas jatuh kemarin. Padahal saya belum nemu tempat urut di sini. Semoga ini pertanda untuk kesembuhan yang permanen. Terima kasih atas perhatiannya selama ini, saya sangat terharu hikks:”)

Tentang token listrik dan segudang pengalaman “medioker” lain tentu akan jadi cerita lucu yang akan saya ceritakan ke keturunan saya kelak, agar mereka tahu mama/neneknya tumbuh dalam lingkungan yang anti akan hedonisme dan kepura-puraan. Yang bergaya sesuai kantong, wkwkwk.

Sekali lagi saya mengulang kesalahan yang sama, telat membalas komentar-komentar yang mampir di akun saya. Mohon maaf dan terima kasih yang teramat sangat atas kesetiannya dengan tulisan-tulisan receh ini, ya.

 last month 
Club5050
DescriptionAction
Plagiarism-Free
Bot-Free
Verified User
Beneficiary Rewards
Support burnsteem25

Rasanya seperti baca novel. Kalo dibukukan dan fokus pada sesuatu tema tertentu bisa langsung cetak nih novelnya, hehe...

 29 days ago 

Novel baswedan kan maksudnya? Aowkaowkaok

 29 days ago 

Apaajalah yang penting novel. Novel Baskoro pun jadi atau novel Saifuddin biar nambah Udin sedunia

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 60793.30
ETH 3356.37
USDT 1.00
SBD 2.48