You are viewing a single comment's thread from:
RE: Contest | 25-Word-Comment - Monkey Business | Proverb - 6 Steem
Saya tidak akan memberikan komentar tapi mengajukan pertanyaan kepada siapa saja yang baca postingan ini. Khususnya kepada @bangunkitty.pal jika anda bersedia menjawab.
Begini ceritanya...., jika anda berangkat dari rumah menuju suatu tempat, bisa itu kantor, pasar, sekolah atau apapun itu dengan menggunakan sarana apa saja. Tentu saja selama anda melakukan perjalanan pastinya berjumpa dengan lampu merah sebagai alat pengatur lalu lintas agar jalanan tidak macet.
Pertanyaannya, berapa jumlah lampu MERAH yang anda LEWATI selama perjalanan menuju tempat tujuan anda?
@aneukpineung78, bagaimana menurut anda
Sebagai warga negara pengguna jalan yang baik dan taat hukum, saya tidak melewati satu pun lampu merah, saya menunggu dia berganti hijau baru saya lewati ,,,
Hahahaha, nilai Scholastic anda tinggi sekali. Bisa jadi cluenya sudah terang benderang ya, tapi semua teman sejawat gak bisa jawab pertanyaan itu. Apa mereka belum pernah dengar itu pertanyaan 😁
Ini hanya permainan kata-kata. Kebanyakan saya lihat, orang terpaku untuk memberi jawaban tanpa terlebih dahulu mengobservasi pertanyaan.
Hahahaha ..
Itu yang saya maksud penalaran terhadap soal, faktor pengecoh dari soal itu sebenarnya cukup kuat. Tapi karena fokus pertanyaan dan gambar maka sudah pasti bisa dijawab dengan cepat 👍
Saya sudah banyak melihat pertanyaan yang salah (atau setidaknya kurang tepat) bahkan dalam forum-forum diskusi ilmiah. Sering premis yang melatarbelakanginya belum teruji kebenarannya, tapi pertanyaan berdasarkan premis tersebut sudah terlanjur dilontarkan. Misal, dalam kasus diketemukan mayat yang DIDUGA korban pembunuhan, pertanyaan seperti, "Kira-kira berapa orang yang melakukan pembunuhan ini?" sudah diajukan. Itu adalah pertanyaan yang bukan hanya kurang tepat, tapi tidak tepat, menurut saya.
Ada tipe pertanyaan yang benar. Ada tipe pertanyaan yang perlu. Ada tipe pertanyaan yang tepat dan perlu diajukan. Jadi, seperti beberapa hari lalu Cikgu Fadthalib pernah bererita tentang anak-anak yang ketika membuat pertanyaan bisanya cuma nyontek di buku, penjelasannya ya itu, karena ngga memahami topik. Hanya orang-orang yang paham yang punya banyak pertanyaan. Karena itu, makin tahu makin ngeut. Huaaahahahahaha!!!
Setiap pertanyaan, menurut saya, memiliki latar belakangnya masing-masing. Sehingga, seringkali pertanyaan itu bercerita lebih banyak daripada jawaban yang mungkin dibuat untuknya.
Nah, itu yang di maksud dengan berpikir tingkat tinggi. Mengapa perlu soal cerita, supaya anak bisa menalar kata kunci yang dimaksud. Sejak dulu saya selalu menekankan pentingnya arti sebuah kata tapi itu semua kembali ke kemauan dari anak-anak. Makanya skor PISA negara kita tidak terlalu bagus, masih lemah di literasi informasi dan numerasi.
Sebenarnya jika mau jujur terkait penalaran baik guru dan murid nilainya 11-12, hahahaha
HAHAHAHAHAAH....
TEAM 5
Thank a lot bro 🙏
Apakah selama hidup saya, minggu ini atau tahun ini?
Di tempat saya tidak ada lampu lalu lintas, juga tidak di jalan raya. Sekitar satu tahun yang lalu ada satu di sebuah desa yang jaraknya sekitar 30 kilometer. Itu jarang berfungsi. Mereka menyadari bahwa jika orang hanya fokus pada lampu, mereka tidak lagi memperhatikan dan juga melewatinya karena mereka tahu kapan harus berhenti (ada gelombang hijau tertentu yang berkaitan dengan kecepatan Anda mengemudi).
Sekarang ada jalan baru dan desa itu diabaikan.
P. S. Nama saya diterjemahkan Saya tidak akan menerima pemberitahuan dengan cara ini.
Saya rasa ini masalah terjemahan dari pertanyaan saya. Kata kuncinya ada pada lampu lalu lintas yang berwarna merah. Kata kunci yang kedua itu lewati. Pertanyaannya, berapa jumlah lampu merah yang anda lewati?. Pasti tidak ada karena saya berhenti ketika lampu merah menyala. Tapi ada jawaban yang tidak terpikirkan yaitu tidak ada satu lampu lalu lintas di desa anda 😁, atau semuanya melakukan pelanggaran karena jalanan sepi?. Bukankan itu aturan yang tidak pada tempatnya?
Saya pikir lampu lalu lintas adalah kemewahan, biayanya terlalu mahal dan kami semua dilatih. Anak-anak sekolah dasar melakukan ujian lalu lintas dengan sepeda, sepeda motor, dan mobil, Anda hanya diizinkan mengemudi setelah pelajaran dan lulus 2 kali ujian.
Yang paling kanan didahulukan kecuali jika persimpangannya tidak sama.
Pengendara sepeda memiliki jalan sendiri di seluruh negeri, tetapi... Di kota-kota, mereka diperbolehkan untuk mengabaikan lampu lalu lintas merah jika mereka pergi ke kanan. Tentu saja banyak pengendara sepeda yang mengabaikan lampu lalu lintas, begitu juga dengan pejalan kaki di kota. Di desa jarang sekali ada lampu lalu lintas. Polisi melakukan apa yang kami sebut "razzia" beberapa kali dalam setahun (selalu di hari libur) untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Denda yang tinggi. SIM dengan mudah dicabut jika Anda mengemudi terlalu cepat, mabuk, dan sebagainya. Aturan, aturan, aturan, kami dibiasakan untuk mengikuti aturan demi menjaga keamanan masyarakat. Lampu lalu lintas tidak akan menambah apa pun saat ini karena ada bundaran setiap beberapa meter dan desa-desa mengalami kemacetan dengan berbagai cara. Jika Anda mengabaikan peraturan, kemungkinan besar Anda akan merasa sengsara selama dua minggu jika Anda lahir dan dibesarkan di sini. ☹️
I wonder now I read this back if it has something in common with our expression "naast de pot pissen"...
Mungkin saja, karena saat dia kencing di sebelah pot maka tak tampak. Bisa jadi, saya juga tidak paham juga.