The diary game, Jumat 1 Maret 2024 "Mengolah udang sungai kecil"

ASSALAMUALAIKUM

---

Hari Jumat yang penuh berkah ini aku mulai dengan menyiapkan sarapan untuk suamiku sebelum dia berangkat kerja. Hari ini ada ikan masam keueng sisa semalam, jadi hanya menghangatkannya saja lanjut membuat kopi. Belakangan ini suamiku sedang suka sekali minum kopi yang dia bawa pulang dari Takengon tempo hari saat dinas kesana.

Kopi Gayo arabica ini aromanya sangat kuat, selain aromanya yang kuat, harganya juga lumayan kuat. 😅😄 Setelah selesai makan nasi dan minum kopi suamiku pun berangkat kerja.

Selanjutnya aku mengurus anak-anak mulai dari sarapan, makan, mandi dan sebagainya. Hari ini anak perempuanku Rahil masuk sekolah pukul 10 pagi. Jadi pukul 09:40 kami sudah jalan mengantar Rahil ke sekolah. Di depan sekolah Rahil, ada pedagang ikan yang berjualan, ternyata beliau menjual beberapa jenis ikan sungai termasuk udang.

Kebetulan aku memang berencana membeli udang, karena sudah beberapa hari ini tidak terlihat penjual udang. Kata bapak penjual ikan, beberapa hari ini air laut sedang pasang. Jadi tidak ada udang, dan air laut lumayan besar membuat nelayan dengan boat kecil tidak bisa melaut. Udang sungai yang aku beli ini jenis udang galah, namun masih kecil-kecil sekali.

Sangat menarik ternyata udang-udang segar ini banyak yang masih hidup. Aku membayar untuk satu kilogramnya seharga 50 ribu rupiah. Kata bapak penjual, biasanya udang ini lebih murah kalau keadaan alam lebih bersahabat.

Ketika sampai di rumah, aku mengambil wadah baskom untuk menuangkan sebagian udang yang rencananya akan aku masak hari ini. Sebagiannya lagi aku simpan di dalam freezer karena udangnya lumayan banyak. Saat aku menuang di dalam baskom, ada beberapa yang melompat-lompat bahkan ada yang sampai keluar baskom.

Melihat udang yang masih hidup, sontak saja membuat aku berteriak sehingga membuat anakku yang kecil datang melihat ibunya. Dia bertanya kenapa mama menjerit, lalu aku perlihatkan udang yang ada di lantai yang masih bergerak. Ternyata melihat hali ini membuat anakku tertarik. Akhirnya sepanjang proses aku membersihkan udang ini dia duduk di dekatku dan menyaksikan udang-udang ini.

Diantara udang-udang kecil ini ada satu ekor kepiting kecil yang juga masih hidup. Tentu saja kepiting hitam ini tidak bisa dimakan. Jadi kepiting ini hanya menjadi tontonan yang menarik untuk anakku, katanya kepiting ini mirip laba-laba. Sehingga setelah aku selesai membersihkan udang, anakku protes ketika aku membuang kepiting ini beserta kepala udang di semak-semak belakang rumah.

Kebetulan di dalam kulkas ada terong dan sayur genjer. Keduanya adalah pemberian dari teman suamiku, rekan kerjanya. Terong ini adalah pemberian kak Mimi dan sayur genjer adalah pemberian kak Linda. Jadi menu hari ini adalah terong balado tanpa cabe untuk anak-anak dan tumis genjer campur udang untuk aku dan suamiku lalu ditambah ikan goreng saja.

Udang galah kecil ini sangat gurih, sehingga tidak perlu lagi menambahkan penyedap rasa ke dalam masakan genjer yang aku masak ini. Pukul satu siang semua masakan sudah siap dihidangkan di atas meja, lanjut aku shalat dan tidur siang sambil menunggu anak perempuanku dan suamiku pulang.

Sorenya kami keluar menghilangkan bosan di rumah hanya dengan makan mie di warung kopi yang ada di Simpang Peut. Sebelum ke warung kopi, suamiku perlu ke SPBU dulu untuk mengisi bahan bakar sepeda motornya. Di sini antrian lumayan panjang, aku salfok melihat truk tangki minyak yang sedang mengisi minyak di SPBU ini. Ukuran truk ini sudah hampir sebesar toko, sangat besar.

Setelah mengantri kira-kira 15 menit, akhirnya suamiku selesai mengisi bahan bakar minyak full tangki. Lalu kami lanjut lagi ke warung kopi untuk makan mie di sana. Warung kopi ini selain menjual kopi dan berbagai minuman juga menjual beberapa makanan. Diantaranya mie Aceh, mie alacay, nasi ayam penyet dan nasi ayam geprek. Aku memesan mie alacay yang penampilannya biasa saja, tapi pedas rawitnya sangat menggigit.

Sementara aku memesan mie, suamiku tidak jadi makan mie katanya dia mau minum susu dingin saja. Kemudian anak laki-lakiku minta dipesankan telur setengah matang, dan anak perempuanku tidak mau apa-apa. Selagi kami makan, suamiku juga bekerja dengan laptopnya sampai jam menunjukkan pukul setengah tujuh sore. Jadi kami bergegas pulang karena hari hampir magrib.

Malam harinya hujan turun begitu deras sampai tengah malam, jadi kami hanya di rumah tidak pergi kemana-mana lagi. Alhamdulillah akhirnya hujan juga setelah seharian ini cuaca sangat panas. Hujan di luar membuat anak-anak yang tadi di warung kopi tidak mau mie jadi minta dibuatkan mie instan. Aku memasak kan mie instan kuah yang aku tambahkan telur dan bakso.

---

Salam,

@desisusanti
About me

---