Model Lukisan Telanjang

in #story6 years ago (edited)

il_570xN.211995007.jpg

 

“Orang-orang selalu menyukai lukisan telanjang, menganggapnya sebagai karya seni tingkat tinggi,” kata Papa sambil menempelkan label harga di samping kanvas, sejajar puting yang menggantung memenuhi lebih dari separuh lukisan. Senyum Katryn yang miring di latar belakang.

"Papa suka melukis dan menyukai para model. Tapi sebetulnya papa lebih suka kalau lukisan-lukisan abstrak Papa juga disukai orang, selain para kritikus tentunya."

Aku melihat sekeliling galeri yang diterangi cahaya lampu LED yang lembut. Dinding-dinding tampak hangat dengan daging perempuan, diselingi dengan lukisan garis-garis hitam memotong bercak merah, kuning dan biru. Aku lebih suka lukisan telanjang karya-karyanya.

Ayah menggosok kedua tangannya, memakai topi fedoranya dan mengetatkan dasi kupu-kupu. Bibirnya menyeringai saat aku membuka pintu kaca. Angin yang menerobos masuk membunyikan lonceng bambu.

"Biarkan para maniak itu masuk. Kita akan mengosongkan dompet mereka," katanya.

filigree.png

Sejak mulai merangkak, studio Papa telah menjadi tempat aku bermain. Bahkan, aku punya sudut sendiri untuk melukis dan sofa untuk tidur siang yang dipagari dengan potongan-potongan patung eksperimentalnya. Papa dan aku biasa bercanda dengan para model.

Katryn telah menjadi model lukisan Papa seumur hidup saya yang kini mencapai dua puluh tahun, dan kritikus menyebutnya Ni Pollok Papa.

Biasanya setelah sesi lukisan selesai, Papa mengajakku ke salah satu bar di Kuta, dan kami menghabiskan beberapa botol bir dan brem. Aku tahu tentang semua yang harus diketahui oleh seorang seniman. Aku akan mengikuti jejaknya menjadi seorang pelukis.

Hari itu kami menjual lima lukisan dan merayakannya dengan pesta kemenangan dari bar ke bar sampai larut. Menjelang pukul lima pagi, aku merangkak—dengan lutut dan telapak tangan—ke ranjang. Dunia berputar akibat bir impor, brem, wiski, dan entah apa lagi.

Dengan bantuan tiga cangkir kopi hitam kental, pukul sembilan pagi aku sudah berada di kampus. Kalian takkan menyangka bahwa aturan Akademi Seni sangat ketat. Memang eksperimen artistik dengan plastik, akrilik, logam, kaca atau apapun yang bisa dibentuk tak pernah dilarang, tetapi mahasiswa tidak boleh bolos sama sekali tanpa pemberitahuan.

Aku bersyukur hari itu tidak membolos, karena pada hari itu Nadeja menerobos ke dalam hidupku. Dia mahasiswi baru blasteran Slovakia.

Aku segera putus dengan Wati. Dia menangis.

“Selama ini kita baik-baik saja,” isaknya. "Apa sih, salahku?"

Aku tidak tertarik untuk memberikan penjelasan.

Selama tiga hari kemudian aku berusaha mendekati gadis keturunan Slavia itu. Mata dan telingaku siaga penuh untuk melihat dan mendengar segala sesuatu tentang Nadeja.

Susah untuk mendekatinya, selalu dikelilingi cowok-cowok kampus yang sok ganteng. Mantan pacar-pacarku hanyalah gadis biasa. Tetapi Nadeja adalah spesies yang berbeda: jangkung, langsing, tulang pipi yang tinggi dan mata yang sedikit juling saat tertawa. Rambutnya coklat kemerahan dipotong pendek, kulitnya keemasan dan jari-jarinya lentik seperti pianis.

Dia selalu tampak percaya diri. Setiap temanku yang berusaha mengajaknya berkencan selalu berakhir dengan kegagalan. Dinung dan Tiur mengundangnya ke acara malam Jumat khusus cewek dan dia menolak dengan halus. Terlalu banyak ketinggalan yang harus dikejar, jawabnya.
Mimpi-mimpiku dipenuhi dengan lukisan-lukisan Nadeja. Dia terbang di udara memakai baju adat pengantin, di puncak gunung Agung, di Pura Besakih, di menara Eiffel, di Piramida Gaza. Dia bersandar di sofa, telanjang melipat paha. Wajahnya tersenyum penuh teka-teki. Dia mandi di bawah pancuran bambu, wajahnya melamun. Bahkan jika gambar di kanvas tidak mirip dengannya, tetap saja itu adalah Nadeja. Aku bangun berkeringat, dan menjadi semakin yakin bahwa aku harus melukisnya selama dua puluh, tiga puluh, bahkan lima puluh tahun.

Ketika pertama kali aku berbicara dengannya bukan tentang kuliah, film, pantai atau voucher Hard Rock Hotel.

“Aku akan melukis kamu,” kataku. “Aku akan membuat seratus lukisan diri kamu. Kamu adalah model lukisanku. "

"Oke," jawabnya sambil menggigit buah salak.

Temanku Putu dan Gabriel memaki pelan ketika aku dan Nadeja bergandengan tangan memasuki studio tembikar. Martin mengepalkan tangan tanda cemburu. Para gadis berbisik-bisik.

Selama tiga minggu kami menyusuri pantai, danau, bukit, pura dan gunung. Sebelum aku mulai melukisnya, aku ingin mencium dan menyentuhnya untuk mendapatkan esensi dirinya

"Kita punya banyak waktu," katanya.

Jari-jarinya memilin rambutnya dan ketika aku menciumnya, mata kanannya menjadi sedikit juling.

Ketika aku membawanya ke studio, Papa mengangguk sopan.

“Kamu memiliki struktur tulang yang indah,” katanya sambil menaburkan sambal bubuk di atas kuah ramen. Aku berpikir tentang struktur tulang.

filigree.png

Aku bersiul sonata No.3 Op. 58 Chopin saat bergegas pulang karena Maestro Kim Yung membatalkan pelajaran pianoku.

Burung gereja bertengger sepanjang kabel listrik di bulan Mei. Melangkah ringan di jalanan batubata merah, aku akan tiba lebih awal di rumah untuk memberikan kejutan kepada Nadeja.

Saat masuk, aku mendengar suara dari studio Papa. Mata Nadeja setengah terbuka. Papa menoleh ke arahku. Tidak ada yang berkata-kata.

Gaun Nadeja terhampar di samping sofa. Sebelah sepatunya dekat dinding. Butir keringat berkilauan di dahi dan dadanya yang terbuka. Kuda-kuda kanvas lukisan yang sedang saya kerjakan tergeletak di atas lantai.

Lidahku menempel di langit-langit mulutku sehingga aku tak bisa berbicara. Kepala Nadeja bagai garis-garis coklat kemerahan di atas bercak merah kuning biru di atas dadanya yang kelabu.

Rasanya aku mau muntah. Tanganku menyentuh salah satu patung gerabah yang menjadi kesayangan Papa. Aku melihat bibirnya bergerak, tapi tak bisa mendengar kata-katanya saat benda itu terlepas dari tanganku dan jatuh berkeping-keping.

Aku memegang kusen pintu sehingga gemetar lututku berhenti, dan kemudian bergegas keluar membiarkan pintu geser studio terbuka lebar.

 

Bandung, 7 April 2018

 

Image source

Sort:  

Ni bersambung ga? Hehe

Nggak...hahaha

Asyik nih ceritanya. Saya tunggu cerita-cerita lainnya yang seperti ini ya Kang @ayahkasih

Kalau kebanyakan begini, lama-lama tulisanku dimasukin ke golongan nsfw, bang... hahaha.

enak dan ringan dikunyah, tapi ceritanya terputus begitu saja. maklum saya belum begitu memahami karya tulis. Salam @ayahkasih

Salam kembali, @bidik 😊

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 57807.79
ETH 2287.18
USDT 1.00
SBD 2.47