The Diary Game 27-mei-2033 || Prosesi Adat "Lamaran dan Tunangan"

Memasuki pukul 09.00 pagi panas matahari mulai terasa sampai ke ubun-ubun, beberapa teman saya terlihat masih bermalas-malasan di sebuah warung kopi yang tak jauh dari pekarangan rumah penduduk. Warung kopi yang berdiri sejak tahun 1980-an ini masih bertahan sampai sekarang, walaupun pelanggannya hanya itu-itu saja dengan menu rubeek dan bulukat kelapa warna merah

Selesai melihat-lihat sisa tanaman bawang di belakang rumah, saya bergegas ganti pakaian untuk mengantar rombongan family yang mau lamaran ke Desa lhok Nga Kutablang Kabupaten Bireun. Memasuki jam 10.00 pagi semua sudah berkumpul di depan rumah. Mengingat cuaca panas dan jarak yang kami tempuh lumayan jauh, kami sengaja pergi lebih awal dengan menggunakan beberapa kenderaan roda empat (mobil minibus)

Memasuki jam 10.30 kami mulai menyusuri pelataran jalan Banda Aceh- Medan. Dengan perkiraan jam 11.00 nanti kami sudah berada di kediaman calon mempelai wanita yang kebetulan hari ini bertepatan dengan jadwal lamaran sekaligus ikatan tunangan

Sepanjang jalan yang kami lalui tidak ada hambatan atau kendala apapun. Saya yang menjadi penunjuk jalan harus duduk di sebelah supir. Kesempatan ini tentu tidak saya sia-siakan untuk mengabadikan momen-momen indah di sepanjang perjalanan menuju Kota Beriman (Kabupaten Bireuen)

Terlalu asik menikmati jalur perlintasan yang sepi dari pengguna jalan akhirnya kami tiba di Jembatan Krueng Mane. Salah satu jembatan yang menjadi perbatasan antara Aceh Utara dan Kabupaten Bireun. Diatas jembatan namoak terpampang tulisan "Selamat Jalan" Artinya kami sudah melewati perbatasan Aceh Utara memasuki Kabupaten Bireuen. Jembatan kokoh ini sebagai satu-satunya jembatan penghubung untuk pengendara mobil dari berbagai ukuran

Memasuki wilayah kota gandapura baru terlihat pengguna jalan sedikit ramai, apalagi ketika berada persis di depan sate apaleh, mobil yang kami tumpangi harus berjalan pelan. Maklum tidak lama lagi akan memasuki waktu makan siang. Pelan namun pasti, kami pun keluar dari zona macet sate apaleh menuju tempat tujuan kami

Lebih kurang jam 10.47 kami memasuki kawasan kuta blang, artinya tempat yang kami tuju sudah di depan mata. Hanya tinggal melewati satu jembatan penghubung lagi kami sudah tiba di kompleks Dayah, tempat kediaman calon Mempelai wanita

Benar saja, tanpa aral melintang, kami tiba disana tepat pukul 11.00 dengan sambutan hangat para ibu-ibu dan beberapa guru yang menjadi pengajar di pesantren tersebut.

Singkatnya, kami para kaum pria diarahkan ke salah satu balai tempat pengajian disuguhi minuman plus beberapa macam kue basah. Sambil menikmati segelas kopi dan kue kami langsung membicarakan perihal lamaran serta tunangan dan tenggat waktu untuk melangsungkan acara pernikahan

Setelah membicarakan beberapa poin penting menyangkut lamaran dan tunangan, kami pun mendapat kesepakatan kedua belah pihak. Dimana dalam jangka waktu 1 tahun lebih kurang akan dilanjutkan ke prosesi pernikahan. Obrolan kami pun berlanjut ketahap prosesi adat, dan Insya Allah adat istiadat disana juga tidak berbeda dengan kami di Aceh Utara, sehingga langsung mencapai kesepakatan dan titik terang

Tanpa terasa waktu makan siang pun tiba. Beberapa guru pengajar di pesantren tersebut langsung membenahi hidangan kue dan kopi. Nampak beberapa guru pengajar saling bantu memberskan gelas-gelas kopi. Tak lama kemudian, sajian berikutnya pun tiba satu persatu, mulai dari lauk pauk, nasi, kerupuk, minuman ringan dan aneka masakan khas aceh yang membuat tenggorokan tak nyaman ingin langsung mencicipinya

Setelah hidangan makanan sudah lengkap, kami pun dipersilahkan makan. Saya hanya memilih beberapa diantaranya yang menjadi menu favorit saya, yaitu telor asin, ayam rendang, dan kuah lemak labu ( bol labu peuleumak /Aceh) serta sedikit cemilan kerupuk tempe dan es kopyor serta air hangat sebagai minuman penunjang. Sementara buat cuci mulut saya menghabiskan beberapa iris semangka merah yang disediakan dalam beberapa piring sebagai menu penutup

Setelah selesai makan, rombongan kami pun berpamitan pulang, karena beberapa saat lagi akan tiba waktu dhuhur. Setelah berkumpul semuanya, dengan keramah tamahan keluarga calon mempelai wanita menemani ibu-ibu sampai naik ke mobil satu persatu

Perjalanan menuju kediaman pun berjalan lancar tanpa hambatan. Kami tiba di jembatan perbatasan pada pukul 12.45,dan memasuki waktu adzan dhuhur kami sudah berada di kediaman kami dengan selamat, dan artikel saya pun selesai sampai disini