Selain menguasai tempat wisata dan mampu menjelaskannya, jadi pemandu wisata itu harus belajar karakter juga. Dalam melayani tamu, kita harus cepat mengerti karakter tamu, supaya kita bisa cepat memberi respon bagaimana kita harus melayani tamu.

Hal pertama yang harus kita ketahui adalah siapa tamu kita. Dari mana asalnya? Apakah keluarga? Apakah anak-anak muda? Apakah mahasiswa? Apakah pekerja?. Jika sudah tahu, kita persempit lagi, Apakah keluarga besar ? Adakah anak-anak dan orang tua? Jika mahasiswa, apa nama universitas dan jurusannya? Atau kerja di mana? dan lain sebagainya.

Jika sudah dapat infonya, barulah kita mempersiapkan diri, setidaknya kita update sesikit tentang gambaran umum tamu dan kira-kira gaya pendekatan seperti apa yang akan kita gunakan. Misalnya jika tamunya anak muda, tentu kita sebagi guide harus bisa ngeguide dengan gaya anak muda, anggap saja mereka adalah sahabat-sahabat kita. Ini contoh saja ya :)

Cerita saya kali ini adalah tentang guiding tamu Kaki Lasak ke Aceh. Mereka adalah dua keluarga yang bersahabat sejak masa sekolah. Mereka datang dari Kuala Lumpur Malaysia. Dia adalah geng bang Hasni bersama istri dan anaknya, serta sepasang sahabatnya. Sejak awal mereka memang ingin wisata religi, wisata tsunami dan wisata sejarah. Saya akhirnya membawa mereka ke 2 kapal, 2 masjid dan 2 museum. Inilah foto-fotonya :)

Dua Museum

Museum Rumoh Aceh dan Museum Rumah Cut Nyak Din

Selain museum tsunami, ada dua museum lagi yang wajib di kunjungi, yaitu Museum Rumoh Aceh dan Museum Rumah Cut Nyak Din. Museum Rumoh Aceh bisa di katakan sebagai museum Aceh. Di sini kita bisa mendapatkan informasi tentang sejarah Aceh dari masa Kesultanan hingga saat ini. Di museum ini juga di pamerkan rumah adat Aceh dan sebi budaya Aceh. Museum Rumah Cut Nyak Din lebih ke mengenal sosok pahlawan perempuan Aceh yang gagah berani berjuang melawan Belanda. Di rumah ini lah Cut Nyak Din tinggal. Di sini kita bisa melihat peninggalan beliau.

Dua Kapal

Kapal PLTD Apung dan Kapal di Atas Rumah - Lampulo

Adalah kapal PLTD Apung dan Kapal di atas rumah - Lampulo. Dua kapal ini sangat fenomenal saat kejadian tsunami Aceh 2004 lalu. Kapal PLTD Apung yang merupakan kapal listrik seberat 2.600 Ton, yang bersandar di kawasan Uleelhue, terbawa tsunami sejauh kurang lebih 2.5 km ke kampung Punge. Sedangkan kapal di atas rumah adalah kapal nelayan yang sedang bersandar dan terbawa tsunami sejauh 2 km dan tersangkut di atas rumah penduduk.

Dua Masjid

Masjid Raya Baiturahman Banda Aceh dan Masjid Rahmatullah, Lampu'uk

Dua masjid ini selamat dari Tsunami. Keduanya menjadi saksi betapa dahsyatnya tsunami Aceh 2004. Masjid Baiturahman Banda Aceh, masjid yang tak tersentuh oleh tsunami padahal di sisi jalan sebelah masjid di terjang tsunami cukup deras, di masjid inilah sebagian warga berlindung. Masjid Rahmatullah, Lampu'uk adalah masjid yang tetap berdiri kokoh meski di terjang tsunami. Ia adalah satu-satunya bangunan yang masih tegak berdiri sedangkan bangunan di sekitarnya semua rata dengan tanah.

Banyak yang bisa kita pelajari dalam berwisata, bagi seorang pemandu wisata, kita bisa mengasah kemampuan kita dalam menjelaskan objek-objek wisata sekaligus belajar karakter tamu. Sedangkan bagi pelancong tentunya akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang suatu tempat yang kita kunjungi. Keduanya saling menguntungkan. Harapannya, hubungan antara pemandu dan wisatawan bisa terus dekat, meski jarak telah memisahkan. Amin.

Banda Aceh, Senin 26 November 2018

"Lasaklah ... Sebanyak, Sebisa dan Sejauh Mungkin, Karena Hidup Bukan Diam di Satu Tempat"

Kaki Lasak : The Story, Travel, Photo & Food

---

---

---

Follow Me :
Steemit @kakilasak
Facebook Husaini Sani
Instagram kaki lasak ucok silampung
Whatsapp +6282166076131