Bahagia yang Produktif (Family Time)

in #travel6 years ago

sugu4s1ar6.jpg

“Dek, besok Abang mau bakar ikan di pinggir pantai, Dek Fara ikut?” tanya seorang Abang sebelum dia beranjak dari warung kopi tempat kami menghabiskan malam minggu.

“Ikuuuuttt” jawab saya semangat.

“Kalau yang gratis-gratis cepat kali dijawab! Memangnya bisa bangun pagi? Besok ngumpul di rumah Abang, yang telat ditinggal,” setelah melontarkan kata-kata tersebut, tanpa menunggu balasan pembelaan diri dari saya, beliau meninggalkan warung kopi tersebut.

Jadilah keesokan harinya kita berangkat ke tempat yang telah direncanakan untuk sekedar mengisi hari libur dan sejenak menghindar dari jenuhnya kebisingan kota akibat suara kendaraan. Namun, sebelum berangkat ke pantai untuk bakar ikan, sehari sebelumnya saya sudah janjian sama sepupu untuk ikut ke pantai Lhoknga setelah subuh, mereka minta ditemani oleh saya. Sukur nya yang pergi adalah 4 orang termasuk saya, kalau hanya tiga orang saja, mungkin kami akan dianggap sebagai pentolan trio kwek-kwek sama pengunjung yang lain.

“Faraaaa... bangun.. shalat subuh dulu. Itu Isma telpon mamak tadi, jadi ikut ke Lhoknga? Punya hape kok gak pernah aktif.”

“Hmmm... Iyaaa..” setelahnya saya langsung mengaktifkan wifi dan menonaktifkan mode pesawat pada telepon selular saya untuk sekedar memberitahu Isma kalau saya jadi ikut ke Lhoknga.

Lhoknga adalah salah satu pantai yang terletak di Aceh Besar, ketika tsunami menghadang pada tahun 2004 yang lalu, Lhoknga termasuk salah satu tempat yang diterjang oleh tsunami. Hingga kini tempat tersebut tetap menawarkan keindahan alamnya. Kalau kalian punya waktu dan rezeki untuk bertamu ke Aceh suatu waktu, datanglah ke Lhoknga, pujilah keindahan dari ciptaan Sang Maestro Kehidupan tersebut. Saya yakin semua sedih yang tersimpan di hati kalian seketika sirna, tergantikan oleh rasa syukur. Untuk mencapai pantai Lhoknga juga tidak membutuhkan waktu yang lama, dari Banda Aceh hanya sekitar 30 menit kalian akan sampai sampai ke tempat ini.

Di pantai ini, Isma dan kedua adik sepupu saya yang lain memanjakan diri mereka menerima hempasan-hempasan ombak yang datang silih berganti, setelah mengisi kekosongan perut dengan melahap nasi bungkus masing-masing. Saya lebih betah berjalan ke sekeliling untuk mengambil beberapa spot sebagai objek dari foto saya nantinya.

9h5x3my337.jpg

s6y3a8mb0r.jpg

“Gak mandi Kak?” teriak Isma sambil sesekali tubuhnya disembunyikan ombak, setelah itu muncul kembali ke permukaan air.

“Enggak Dek, Kakak mau ambil foto aja,” saya membalas teriakannya.
“Pasti untuk steemit, kan?”

Saya hanya membalas pertanyaannya dengan senyuman. Keluarga saya sudah tahu tujuan saya kalau tiba-tiba mengambil sebuah foto. Mereka sudah familiar dengan platform steemit, bahkan sangat mendukung kegiatan saya. Hanya saja, saya bukan tipikal pemaksa agar mereka juga ikut bergabung. Biarlah mereka pelajari terlebih dahulu secara detail. Selebihnya biar waktu yang mematangkan pikiran untuk memilih yang terbaik.

j5j6cue0nj.jpg

Puas dari mandi di laut akhirnya kami pulang ke rumah, dan saya langsung mandi, bersiap-siap untuk ajakan undangan liburan berikutnya. Karena ketika “mantai” tadi, saya hanya menggunakan jurus dua jari, untuk mencuci mata dan muka biar tidak mengantuk lagi, tapi gagal.

Pada undangan kedua ini Isma juga ikut, jadilah kami pergi bersama ke sebuah pantai lainnya, dengan jalur yang berbeda. Nama pantainya adalah Ujong Batee. Pantai ini masih terletak di Aceh Besar juga. Tapi beda nya kalau untuk menuju Lhoknga kita melewati jalur yang akan menuju ke Meulaboh, kalau di Pantai Ujong Batee ini kita melewati jalur yang menuju ke Pelabuhan Malahayati.

Tempat ini dipilih karena tidak ramai orang, dan tidak ada pungutan liar untuk biaya masuknya. Bahkan bisa dibilang saat kami disini tadi, serasa seperti pantai pribadi.

b7l0ldiqog.jpg

Saya menikmati bersantai disini, dengan bermodalkan hammock, saya memilih tempat yang sedikit terpisah dari kelompok, bukan ingin menyendiri. Tapi, agar hammocknya tidak terkena asap ketika yang lain memasak.

Lagi-lagi saya tak pernah diam di satu tempat, selagi yang lain menyiapkan ikan bakar dan lalapan, saya menyiapkan alat perang saya, apalagi kalau bukan sebuah handphone dengan hasil yang memiliki resolusi tinggi, kali ini saya mengajak Isma berkeliling dan juga memanfaatkannya sebagai model, kapan lagi bisa dapat model gratis. Toh, Isma nya juga dengan senang hati menjadi objek foto saya.

“Enak ya Kak kalau kemana-mana bawa photographer handal,” celetuk Isma.

“Iya, Enak di kamu, kakak menderita. Semua foto Kakak gak ada yang bagus kalian ambil. Lemaknya bertebaran dimana-mana,” protes saya.

“Makanya dieeett..”

Kata-kata sakti tersebut langsung meluluhlantakkan semua cadangan kalimat serangan yang sudah saya persiapkan di otak saya. Tidak sampai disitu, hammock yang saya bawa juga akhirnya dibajak oleh nya, bahkan sampai topi saya pun menjadi korban keganasannya demi mendapatkan foto terbaik.

ses2pmg2hi.jpg

Selesai dengan sesi foto-foto, kami kembali bergabung dengan yang lain, mereka sedang mempersiapkan bumbu dan ikan yang akan digulai serta dibakar. Saya pun ikut membantu mempersiapkan perut kosong agar tidak ada makanan yang mubazir.

15i79etfps.jpg

yghut2y0jd.jpg

uo8iyvh23z.jpg

5j9irmegay.jpg

Sungguh ini adalah sebuah pembohongan publik dan sebagai pencitraan saja, bahwa saya bisa masak

Bagi saya liburan kali ini merupakan liburan produktif dan saya merasa bahagia, walaupun kali ini saya lancar memproduksi kembali lemak pada tubuh.

Ternyata bahagia itu sederhana, ya? Bila kita mau.

Salam,
@fararizky

Sort:  

#tanya
Siapa Abang itu Mba Fara?😅

Jawab :
Abang itu adalah abang-abang mba.. 😜😜

Nice read. I leave an upvote for this article thumbsup

Duh, Far... enak kali kalian! Kk udah lama kali ga mantai dan bakar2 ikan di sana. Hikss... di sini jauh kali kalo mau kek gitu....

Kangen Aceh lon sayang!

disini kapan pun pingin bakar ikan, tinggal mantai kak.
mkanya pindah kesini aja

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 63457.41
ETH 3119.12
USDT 1.00
SBD 3.94