Saurah Tentang Revolusi Nasional di Cot Gapu Bireuen

in #story5 years ago

Revolusi nasional dalam bahasa Arab disebut Saurah. Presiden Soekarno menjelaskannya kepada 100 ribu lebih rakyat dalam rapat raksasa di Cot Gapu, Bireuen. Ia mengutip tiga bagian saurah yang dijalankan Nabi Muhammad SAW. Aceh menjadi modal untuk Republik Indonesia.

Sore 17 Juni 1948, pukul 16.00 sore, usai rapat raksasa di Kuta Asan, Sigli, Pidie Presiden Soekarno dan rombongan bergerak menuju Bireuen. Perjalanan ke Bireuen dilakukan melalui jalur dari Peukan Pidie ke Garot terus melewati Gle Gapui, Kota Bakti, kemudian ke Beureunun dan langsung menuju arah timur ke Bireuen.

Rombongan Presiden Soekarno dan pejabat Residen Aceh sampai di Bireuen malam hari. Esoknya, pagi 18 Juni 1948 Presiden Soekarno memberikan kursus politik kepada pejabat dan pemuda di Bireuen.

Malamnya baru digelar rapat raksasa di lapangan Cot Gapu, Bireuen. Sekitar 100 ribu warga dari Aceh Utara, Aceh Tengah dan Aceh Timur hadir ke Bireuen untuk mendengar pidato politik Presiden Soekarno.

sukarno dan abu bereuh di pendopo bireuen.jpg
Presiden Soekarno berpose bersama pejabat Residen Aceh di Pendopo Bireuen sumber

Rapat raksasa diawali dengan pidato Komisaris Negara Republik Indonesia, MR Teuku Muhammad Hasan yang juga Gubernur Sumatera yang pertama. Setelah itu dilanjutkan dengan kata sambutan dari Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo, Jendral Mayor Tituler Tgk Muhammad Daod Beureueh.

Setelah itu baru tampil Presiden Soekarno. Pada awal pidatonya, Presiden Soekarno memuji ketangguhan perjuangan rakyat Aceh dalam melawan penjajah Belanda. Kata Soekarno: Rakyat Aceh dikenal oleh sleuruh dunia sebagai suatu rakyat yang tidak mau dijajah oleh Belada. Rakyat Aceh yang telah mengalahkan beberapa bagian dari tentara Belanda. Rakyat Aceh yang mengadakan perjuangan mati-matian bertempur, bergolak menahan imperialisme masuk ke daerah Aceh.

Selain itu Presiden Soekarno juga menyanjung tokoh-tokoh perjuangan melawan penjajah Belanda di Aceh, yang menurutnya telah menjadi inspirasi bagi perjuangan nasional di seluruh Indonesia. Presiden Soekarno menyebut beberapa nama perjuang tangguh dari Aceh seperti: Tgk Chik Di Tiro, Tgk Umar Johan Pahlawan, dan Panglima Polem.

Presiden Soekarno mengajak rakyat Aceh untuk terus terlibat aktif dalam revolusi nasional, suatu gerakan yang dikatakannya sebagai maha hebat dan maha dahsyat, yang dalam bahasa Arab disebut Saurah.

“Saurah ini terbagi tiga. Nabi menjalankan Saurah dalam tiga bagian, pertama saurah gazwah, kedua saurah siah-siah, dan yang ketiga saurah ijtimaiyah. Saurah gazwah adalah revolusi dengan senjata, masa dahulu dengan panah dan pedang, sekarang dengan mortal, stengun, dan lain-lain, pendeknya revolusi senjata. Ini adalah satu bahagian. Kedia saurah siah-siah adalah diplomasi. Diplomasi dijalankan, kita menjalankan siasah yang sebaik-baiknya. Yang ketiga saurah ijtimaiyah yaitu membangun,” jelas Presiden Soekarno.

Presiden Soekarno melanjutkan, jika rakyat Aceh cinta kepada negara, maka ia meminta untuk menjalankan ketiga saurah tersebut, terutama saurah gazwah, siap berperang dengan senjata untuk mempertahankan Republik Indonesia. Sementara untuk saurah siah-siah (diplomasi) Soekarno menyatakan perjuangan diplomasi sudah berjalan dengan baik, ia telah mengirim Sutan Sjahril ke luar negeri untuk meminda dukungan dunia terhadap kemerdekaan Republik Indonesia.

pendopo bireuen.jpg
Pendopo Bupati Bireuen sekarang, dulu di tempat itu Presiden Soekarno menginap ketika berjunjung ke Bireuen pada 17 - 18 Juni 1948 sumber

Terkait diplomasi, Presiden Soekarno juga geram terhadap beberapa orang di beberapa daerah yang mendukung dibentuknya negara boneka oleh Belanda, sehingga Belanda memperlihatkan surat-surat tersebut kepada Soekarno dan mengatakan bahwa rakyat tidak berdir di belakang Soekarno, tapi memilih mendirikan negara sendiri.

“Belanda berkata padaku, rakyat tidak berdiri di belakangmu. Padahal hanya beberapa ekor orang saja yang menghendaki, tetapi rakyat jelata masih patuh kepada Republik,” kata Presiden Soekarno dengan nada geram.

Presiden Soekarno mengungkapkan, surat yang diperlihatan Belanda itu kepadanya berasal dari Sumatera Timur yang menyatakan orang Sumatera Timur tidak mau ikut dalam negara Republik Indonesia, tetapi memilih mendirikan negara sendiri. Ada juga dari beberapa orang Batak yang menyatakan Batak ingin punya negara sendiri, Batak Raya. Demikian juga dengan Palembang yang ingin membentuk negara sendiri. Malah saat itu Madura telah berdiri sendiri menjadi negara boneka bentukan Belanda.

Terhadap sekelompok orang yang mengobarkan semangat provinsialisme itu, Soekarno mengaku sangat berang. Ia mengingkan 70 miliyun rakyat Indonesia bersatu untuk mendukung Republik Indonesia, tidak terpedaya dengan negara boneka bentukan Belanda.

“Aku tak senang kalau orang mengatakan aku Aceh, aku Padang, orang awak, aku Palembang. Saya tidak senang kalau orang mengatakan saya Jawa, jikalau aku mendengar itu, aku berkata: persetan dengan Jawa-mu itu, aku Indonesia,” tegas Presdien Soekarno.

soekarno perempuan aceh2.jpg
Presiden Soekarno ketika memberi kursus politik kepada perempuan di Banda Aceh, dua hari sebelum berangkat ke Bireuen. sumber

Kala itu daerah Republik Indonesia menurut Perjanjian Linggar Jati hanyalah Jawa, Madura, dan Sumatera. Tapi pada 21 Juli 1947 perang kolonial kembali pecah, Belanda kembali menduduki beberapa wilayah Republik Indonesia tersebut. Madura sudah diduduki kembali oleh Belanda dengan mendirikan Negara Madura. Dua pertiga pulau Jawa juga sudah dikuasai Belanda, sementara Sumatera seperlimanya sudah diduduki Belanda.

Belanda sudah berkuasa kembali di Sumatera Timur, Padang, Palembang, Bandung, Jakarta, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Bangil, Pasuruan, Bondowoso, Bayuwangi dan beberapa daerah lainnya. Republik Indonesia menjadi lebih kecil. Presiden Soekarno meminta rakyat Aceh untuk berjuang membebaskan daerah-daerah di luar Aceh yang sudah diduduki Belanda.

“Kita lebih kecil dari dahulu, Aceh menjadi modal untuk perjuangan rakyat Indonesia. Walaupun republik ini hanya tinggal selebar payung, walau republik ini hanya tinggal Aceh saja. Republik tetap kita pertahankan dengan Aceh menjadi modal. Aceh daerah modal dari pada republik. Modal dari pada perjuangan segenap rakyat Indonesia, Aceh yang selalu menjadi kenanganku, Aceh yang mengadakan perjuangan mati-matian, bertempur mati-matian menahan imperialisme, Aceh yang selalu menjadi contoh perang kemerdekaan, contoh perjuangan kemerdekaan seluruh rakyat Indonesia,” kata Soekarno.

Sort:  

Cot Gapu nyan gampong lon Nyak Kaoy @isnorman. By the way, ureung inong Aceh jameun hana pake jilbab lagoe....?

Ya brader @ayijufridal ureung inong jameun hana pakek jilbab, sep ngon ija sawak sagai, tapi asoe ulee meusyariat, jameun nyoe ureung inong le nyang pakek jilbob, ulee jitop tapi badan ngon apam meubungkoh ngon bajee dan siluweu ketat. Nyan beda jih.

Coin Marketplace

STEEM 0.31
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 64060.81
ETH 3129.62
USDT 1.00
SBD 4.17