Kisah Kenduri Besar Marsose/Groot Marechaussee Moeras [Bilinguan: Ina-Dutch]

in #story5 years ago

Untuk mengenang masa-masa sulit selama perang di Aceh, pensiunan pasukan Marsose Belada mengadakan pesta dan kenduri besar yang disebut “kandoeri Rajeu” di Den Haag, Belanda.

Tentang kenduri itu bisa dibaca pada bagian akhir buku “Atjeh” yang ditulis HC Zentrgraaff. Bisa juga dijumpai dalam buku The Dutch Colonial War In Aceh. Kisah kenduri itu seperti saduran dari buku HC Zentgraff berikut ini:

Namun, untuk kembali kepada macam hidangan dalam perayaan di “de Witte” Den Haag: seperti tercantum dalam kartu undangan, suatu “Kenduri Rajeu” yakni “Selamatan Besar” dengan:

brigade marsose1.jpg
Brigade Marsose Sumber

“Perintah tertuju kepada semua: Komandan-komandan divisi dan komandan-komandan bagian, diharap agar pada tanggal 2 April yang akan datang, berangkat patroli (tanpa membawa bekal makanan dan panci-panci masak boleh ditinggalkan di rumah) pada pukul 6.30 sore, agar menuju Meunasah Puteh di dekat Geulanggang Rayeuk dengan maksud untuk menyantap hidangan, guna perpisahan Marsose.”

Berkumpul bersama, pesta-pesta peringatan dan lain-lain, yang diselenggarakan oleh opsir-opsir kawakan dari korp marsose, menunjukkan dengan jelas, betapa kuatnya saling ikatan tersebut, dan sesudah mereka pensiun pun, ikatan tersebut tetap terjalin. Tidak ada suatu ikatan persaudaraan yang begitu indah pada pasukan-pasukan lain, sebagaimana yang terdapat pada korps marsose yang demikian banyaknya memiliki saling percaya dan mempercayai dan rasa kesadaran diri, serta rasa penghargaan yang sehat. Dalam masa-masa terakhir korps ini tidak dapat memberikan tambahan lambang kejayaan perang yang lama, dan hal ini tidak perlu mengecewakan siapa pun jua. Tak ada pertempuran yang dilakukan demi peperangan, melainkan demi perdamaian.

Namun korps ini selalu siap waspada, dan senantiasa akan siap sedia selamanya. Ada suatu kecenderungan yang bagus dan kuat untuk mempertahankan kehadiran tradisi yang pantas dihargai serta adat kebiasaan yang baik, yang dapat menyimpan kenang-kenangan akan karya peperangan yang gemilang pada masa lampau, kepada ikatan persaudaraan yang mengagumkan, rasa percaya diri sendiri yang kuat perkasa. Semoga ini akan tetap demikian adanya.

Marsose_bendera panji.jpg
Bendera Korps Marsose Sumber

Dalam bulan April 1940, Korps Marsose telah berdiri selama setengah abad, maka para pejuang kawakan itu tak dapat di Aceh. Maut telah merampas banyak di antara mereka, di Aceh dan di tempat-tempat lain. Kalau nama-nama yang tercantum dalam daftar yang panjang dari pahlawan-pahlawan itu di panggil satu per satu, maka sangat banyaklah mereka yang tidak hadir. Kenangan terhadap perbuatan-perbuatan mereka tetap berlangsung.

Adalah suatu contoh kehormatan prajurit yang lebih indah dari pada La Tour d’Auverne, bagsawan Perancis yang termasyhur, yang mengabdi diri secara suka rela dalam bala tentara Bonaparte di Spanyol, yang memimpin “Colone infernale” yang ngotot menolak setiap kali mau dinaikkan pangkatnya, dan mendapat julukan Premier grenadier de la Republique?

Dia telah tewas dalam bulan Juni 1810, dan untuk waktu yang lama, hatinya yang disimpan dalam guci perak, dibawa ke setiap peperangan oleh seorang fourier dari pasukannya dahulu, resimen pertahanan ke-46. Sampai baru-baru ini –boleh jadi sekarang pun masih—pada kesempatan upacara bendera resimen ke-46 itu, diserukan nama La Tour d’ Avergne dalam apelnya, yang disambut oleh sesamanya yang tertua dalam resimen itu Mort au champ d’honneur (gugur sebagai ratna).

Agaknya pada kesempatan ulang tahun ke-50 Korps Marsose dalam tahun 1940, akan diselenggarakan suatu “Khanduri Rajeu” yang gemanya berkumandang luas. Dan di mana-mana: di Hindia (Indonesia), di Holland, dan lain-lain tempat, tokoh-tokoh kawakan itu yang terpencar di mana-mana, tersengsam dalam kemanunggalan penuh kemasyuran di masa yang silam, para peserta dalam suatu kejayaan yang membuat sejarah Aceh kita cemerlang. Pada apel rohanian tersebut, akan berlangsung laporan mereka: “Hadir”.

Marsose_Korps.jpg
Prasasti Korps Marsose Sumber

Groot Marechaussee Moeras
Doch om tot het diner in de Witte terug te keeren: Het was, zooals de invitatiekaart vermeldde, een “Kandoeri Rajeu", een “grooteslametan", met de:

“Opdracht aan alien: Afdeelings en Divisle commandanten werden verzocht zich den 2en April a.s. op marsch te begeven (zonder voeding bij den man, en kookpannetjes thuis laten) om tegen 6.30 n.m Meunasah Poeteh aan de Glanggang Rajeu te bereiken, ten einde aldaar de noodlge versterkende middelen op te doen ter voorbereiding van de Kandoeri Masoese."

Samenkomsten, herdenkingsfeesten enz. van oud-officieren der Marechaussee, zij bewijzen zoo duidelijk hoe sterk de onderlinge band was, en hoe hij ook na de pensionneering bleef bestaan. Er was bij geen enkel korps zoo mooie kameradschaap als bij dit, zooveel onderling vertrouwen en zelfbewustheid, zooveel gezonde eerzucht. Het korps kon in de laatste jaren geen nieuwe oorlogslauweren aan de oude toevoegen, en dit behoeft voor niemand eene teleurstelllng te zijn. Geen krijg terwille van den oorlog, doch voor den vrede.

Doch het korps bleef paraat, en het zal paraat blijven. Er is eene mooie en sterke neiging tot instandhouding van respectable traditie en goede oude gebruiken, welke de herinnering bewaren aan het schitterende oorlogswerk van voorheen, aan de bewonderenswaardige kameraadschap, het krachtige zelfvertrouwen. Dit moge immer zoo blijven.

Als straks, in April 1940, het Korps Marechaussee eene halve eeuw bestaat, kunnen deoude vechtjassen niet in Atjeh aanwezig zijn. De Dood nam velen bij zich, in Atjeh en elders. Als men de lange lijst der helden zou afroepen, zouden zeer velen mankeeren. De herinnering aan hun daden bleef bestaan.

brigade marseose.jpg
Brigade Marsose Sumber

Is er mooier voorbeeld van soldateneer dan dat van La Tour d'Auvergne, den vermaarden Franschen edelman, die vrijwillig diende als musketier in de legers van Bonaparte, in Spanje de “colonne infernale" aanvoerde, hardnekkig elke bevordering weigerde en er in berustte dat hij den titel kreeg van ..Premier grenadier de la Republique"?

Hij sneuvelde in Juni 1810, en nog lang werd zijn hart, in een zilveren urn, door een fourier zijner oude compagnie van het 46ste linieregiment als een palladium meegevoerd op de slagvelden. Nog tot voor kort — wellicht ook thans nog ? — werd bij sommige vaandelplechtigheden van het 46ste regiment bij het appel de naam: “La Tour d'Auvergne" afgeroepen, waarna de oudste sergeant antwoordde: “Mort au champ d'honneur!"

Wellicht wil men, bij het 50-jarig bestaan van het Korps in 1940, althans in dezen geest de dooden herdenken? In April 1940 zal er eene „Kandoeri Rajeu" zijn die klinkt als een klok. En allerwegen: in Indie, Holland en elders, zullen de verspreide ouden zich weer voelen ingedeeld bij het Korps, opgenomen in de roemruchte eenheid van voorheen, deelhebbers aan eene glorie welke onze Atjeh-historie overglanst. Op dat geestelijk appel, klinkt dan hunne melding: “Present!"

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64223.84
ETH 3158.34
USDT 1.00
SBD 4.29