Kisah Haji Agus Salim Mengubah Pandangan Snouck Hurgronje Terhadap Pribumi

in #story5 years ago

Korps pejabat pribumi hanya pejabat kelas bawah di Pemerintahan Kolonial Belanda. Korps pejabat berkebangsaan Eropa mendominasi pemerintahan. Hingga kemudian muncul pemuda Agus Salim dan Aria Husen Djajadiningrat yang kecerdasannya melebihi kalangan Eropa. Belanda pun mempertimbangkan untuk memperluas jabatan bagi pejabat pribumi di pemerintahannya.

Kepintaran Agus Salim dan Raden Aria Husein Djajadiningrat membuat Penasehat Pemerintah Hindia Belanda untuk urusan pribumi dan keagamaan, Snouck Hurgronje menjadikan keduanya sebagai contoh, tentang kebangkitan dan kepintaran anak muda pribumi, sehingga Pemerintah Kolonial Belanda disarankan untuk tidak lagi membatasi jabatan pejabat pribumi, tapi memberi kesempatan kepada pejabat pribumi menjabat di beberapa jabatan yang dikuasai oleh pejabat dari kalangan bangsa Eropa.

agus salim dan soekarno.jpg
Haji Agus Salim bersama Presiden Soekarno Sumber

Usul itu kemudian dipertentangkan, karena korps pejabat pribumi tetap dianggap sebagai pejabat kelas dua, yang tidak boleh memegang jabatan yang dipegang kalangan pejabat dari koprs pegawai berkebangsaan Eropa. Alasannya, jika pejabat pribumi diberi kesempatan memegang jabatan di lingkungan pejabat Eropa, maka ditakutkan para pejabat berkebangsaan Eropa akan terusir dari jabatannya.

Namun terlepas dari itu, Snouck Hurgronje sangat mengagumi sosok muda Agus Salim dan Aria Husein Djajadiningrat yang dijadikannya sebagai contoh tersebut. Pujian Snouck Hurgronje itu dapat dibaca dalam buku Nasehat-Nasehat Snouck Hurgronje seri khusus Jilid IV halaman 559-560. Dalam buku itu ia menulis.

“Ada pula orang Melayu bernama Agus Salim yang tiga tahun yang lalu mencapai peringkat nomor tiga dalam ujian akhir di Hindia, serta Aria Husen Djajadiningrat yang pada umur tujuh belas tahun, dengan sangat meyakinkan ternyata menjadi nomor satu di antara para lulusan. Sekarang pun, setahun kemudian, Raden Husen, di Leiden, telah menempuh ujian pelengkap bagi studi-studi sastra dengan hasil yang baik sekali pada universitas tersebut. Para penguji telah memujinya secara khusus di muka umum. Remaja ini, sebaliknya, secara batiniah agak menderita, karena sudah lebih kurang dua tahun yang lalu ada surat permohonan dari abangnya, Bupati Serang. Dalam surat permohonan itu ditanyakan apakah mungkin Raden Husen, seandainya ia memenuhi semua syarat, di dalam negerinya sendiri akan dapat diangkat sebagai hakim atas orang-orang sebangsanya.”

Akan tetapi lanjut Snouck Hurgronje, surat permohonan tidak mendapat tanggapan, ia menyebutnya dengan kata “masih sia-sia menunggu jawaban yang menentukan.” Kecerdasan Agus Salim dan Raden Aria Husein Djajadiningrat itu kemudian menjadi alas an Snouck Hurgronje untuk membantah dalil intelek dan moralitas yang rendah dari orang-orang pribumi. Tapi meskipun masyarakat pribumi telah terdapat perbaikan pendidikan dan pengajaran, Pemerintah Kolonial Belanda tetap tidak dapat menghilangkan pandangan lamanya terhadap ras pribumi.

Agus Salim dan soekarno_historia.jpg
Haji Agus Salim bersama Presiden Soekarno Sumber

Agus Salim muda cerdas yang disebut Snouck Hurgronje itu kelak dikenal sebagai H Agus Salim. Ia lahir pada tahun 1884 di Kota Gedang, Sumatera Barat, tahun 1903 menyelesaikan ujian akhir di sekolah menengah Belanda (HBS), kemudian tahun 1906 hingga 1911 menjadi Sekretaris Penerjemah Konsul Belanda di Jeddah, Arab Saudi.

Haji Agus Salim juga pernah menjabat sebagai Resaktur Surat Kabar Neraca Batavia Nieusblad dalam tahun 1917 hingga 1919. Kemudian antara tahun 1919 hingga 1922 menjadi pengurus pengurus besar Sarikat Islam. Tahun 1922-1925 menjadi anggota Dewan Rakyat, tahun 1925 hingga 1927 menjadi pemimpin konggres-konggres Al Islam sebelum kemudian dikirim kembali ke Mekah.

Pada tahun 1929 dan 1930 H Agus Salim juga mewakili Gerakan Sarikat Buruh Indonesia ke Jenewa. Sesudah tahun 45 menjalankan berbagai fungsi di dalam Republik Indonesia pada tahun 1953 diundang untuk ceramah-ceramah mengenai Islam ke Amerika. Kemudian pada tahun 1954 H Agus Salim meninggal dunia.

Sementara pemuda Raden Aria Husen Djajadiningrat kelak dikenal sebagai Profesor Dr Pangeran Aria Husen Djajadiningrat. Ia lahir tahun 1886 di Kramat Watu (Banten); tahun 1904 ujian akhir HBS; tahun 1913 promosi dalam ilmu bahasa dan sastra Kepulauan Nusantara di Leiden. Tahun 1920 menjadi pembantu Penasihat Urusan Pribumi; tahun 1924 menjadi guru besar Sekolah Tinggi Hukum; kemudian tahun 1935 hingga 1939 menjadi anggota Dewan Hindia, dan pensiun pada tahun 1939.

Setelah pensiun, pada tahun 1940 diangkat mejadi penjabat direktur pengajaran dan ibadah. Ia juga pernah menyusun kamus bahasa Aceh – Belanda. Pernah juga menjabat sebagai Ketua Java Instituut di Yogyakarta serta Ketua Batavia Gen. v. Kunsten en Wetensch, Betawi.

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66258.39
ETH 3170.93
USDT 1.00
SBD 4.07