Fragmen Sejarah Rapat Rakasasa di Kuta Asan

in #story5 years ago

Siang 17 Juni 1948 puluhan ribu rakyat Pidie dan sekitar berjubel di lapangan Kuta Asan (kini jadi Stadion Kuta Asan) Sigli, menyambut kedatangan Soekarno untuk mendengar pidato revolusi dari sang presiden.

Presiden Soekarno bersama rombongan berangkat dari Kutaraja (Banda Aceh) pukul 09.00 pagi. Dalam perjalanan ia sempat berhenti di beberapa tempat untuk sekedar memberi wejangan dan bersalaman dengan penduduk.

20181115_224216.jpg
Presiden Soekrano menerima dana sumbangan dari rakyat Aceh untuk membeli dua pesawat udara. Sumbangan diserahkan oleh T Muhammad Ali Panglima Polem disaksikan oleh Residen Aceh TT Mohammad Daodsyah di rumah dinas Residen Aceh (Meligoe Gubernur) di Banda Aceh Sumber

Pukul 14.00 siang, rapat raksasa di Kuta Asan digelar, sesaat setelah kedatangan Presiden Soekarno. Pidato pembukaan disampaikan oleh Bupati Pidie, Tgk Abdul Wahab. Kemudian tampil Soerjo yang dalam pidato singkatnya menjelaskan bahwa negara Indonesia sedang dalam keadaan genting.

Selanjutnya tampil Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo, Jendral Mayor Tituler Tgk Muhammad Daod Beureu’eh. Dalam wejangannya Abu Beureu’eh mengatakan antara lain bahwa Tuhan memerintahkan kepada ummat Nabi Muhammad SAW agar supaya selalu siap sedia, mengumpulkan tenaga, terutama tenaga persatuan, kedua tenaga kekuatan harta, ketiga tenaga kekuatan pikiran, keempat, kekuatan apa saja yang dapat dibuat untuk menanti saat datangnya musuh.

“Sebelum musuh datang, kita lebih dahulu memperlihatkan bagaimana kekuatan kita, supaya mereka gentar. Kita sudah barang tentu tidak mau dijajah. Kalau benar kita tidak mau dijajah, bersedialah untuk menangkis, untuk menolak, untuk menggentarkan hati musuh. Kita semua harus siap menentang musuh, menangkis serangan-serangan Belanda,” tegas Abu Daod Beureu’eh.

Setelah pidato Abu Beureu’eh kemudian tampil Presiden Soekarno menyampaikan pidato politik tentang revolusi nasional. Isi pidato Presiden Soekarno tersebut dimuat dalam buku Modal Perjuangan Kemerdekaan, seperti kutipan di bawah ini.

Soekarno Abu Beureuh Lhoknga.jpg
Presiden Soekarno disambut Gubernur Militer Aceh Langkat dan Tanah Karo Jendarl Mayor Tituler Tgk Muhammad Daod Beureu'eh di Lapangan Udara Lhoknga, 15 Juni 1948 sumber

Telah lama kucita-citakan untuk datang ke Sigli, tetapi berhubung dengan rintangan pekerjaan, baru dalam bulan ini aku dapat melawat ke Aceh. Dan pada ini hari dapat berhadapan dengan saudara-saudara dan anak-anak sekalian.

Apa yang hendak kukatakan? Sudah lama kita mencita-cita negara. Bukan satu dua tahun. Kita telah berjuang puluhan tahun. Baru sekarang kita peroleh. Maka datanglah saat-saat kita mempunyai. Aku sendiri, Alhamdulillah sejak berumur 18 tahun bercita-cita Negara Indonesia. 31 tahun telah bercita-cita agar bangsa Indonesia lekas merdeka. Mempunyai negara. Tidak kusangka bahwa aku terpilih menjadi Presiden Negara Republik Indonesia yang pertama.

Memang sekarang orang menamaiku Yang Mulia Presiden Republik Indonesia, malah ada yang menamakan Paduka Yang Mulia Presiden NRI Ir Soekarno, tapi kalau saudara buka aku punya dada, saudara-saudara akan membaca yaitu bahwa saya merasa sebagai pemimpin dengan rakyat, sebagai bapak dengan anak.

Aku mempunyai satu kesenangan, yaitu kalau aku disebut Bung Karno, Bung Karno yagn diucapkan dengan rasa cinta. Aku memang cinta kepada anak-anakku dan saudara-saudara sekalian. Bukan rakyat untuk Presiden, tapi Presiden untuk rakyat jelata.

Saudara-saudara cinta kepada negara. Kalau saudara hendak memiliki negara, negara kita adalah salah satu negara yang berorganisasi, bertata-tertib. Oleh karena itu saya minta juga agar tata tertib dijalankan, dihormati. Peraturan dan tata tertib itu, jikalau tidak kita hormati, tidak dijalankan, jikalau ada kekacauan di negara Republik Indonesia kita ini, siap sedia pihak Belanda mengatakan ke London, ke New York, ke Peancis, ke Washington, dimana-mana, diserukan oleh Belanda.

soekarno dijemput.jpg
Presiden Soekarno dijemput pejabat Residen Aceh ketikan mendarat di lapangan udara Lhoknga Sumber

Jikalau kita tidak menjalankan tata tertib, Belanda menyerukan ke seluruh dunia, ke London dan lain-lain bahwa bangsa Indonesia belum masanya untuk merdeka. Dikatakan bahwa bangsa Indonesia tidak dapat bernegara. Belum mampu bernegara. Bahwa negara Indonesia bukan negara.

Tat kala di beberapa tempat di daerah Republik Indonesia, baik di Jawa maupun di Sumatera ada kekacauan, lekas Belanda menyiarkan ke seluruh dunia, bahwa ini bukan Negera Republik Indonesia, ‘dat is geen staat’. Oleh karena itu saya minta supaya kita juga betul-betul menantang hal ini. Saya sudah peringatkan agar kita susun negara kita sebaik-baiknya, menjalankan, menjaga tata tertib.

Surat kabar-surat kabar di New York, Washington, di London, di Paris, Nangking, Shanghai, Manila, seluruh surat kabar-surat kabar besar-besar di dunia menulis bahwa di Indonesia “Everything in the Republic of Indnesia Runung Well”. Hal yang demikian mengangkat nama republik. Inilah yang membuat sleuruh dunia menghormati kemerdekaan kita.

Saudara-saudara rakyat Aceh seluruhnya, sambutlah perintah negara dengan kepatuhan. Kita telah berjuang 40 tahun. Kita hendak mendirikan satu negara, di mana di dalamnya tidak ada manusia ditindas oleh manusia, di mana manusia tidak ditindas oleh negara, di mana satu golongan tidak menindas satu golongan. Di dalamnya tiap-tiap manusia boleh hidup asal mau, suka, menghormati peraturan negara itu.

Seokarno RI 002..jpg
Presiden Soekarno berpose di tangga pesawat bersama pejabat Residen Aceh sumber

Oleh karena itu, saudara-saudara sekalian, mari kita siap sedia pada saat ini. Tepatilah sumpahmu yang telah kamu bikin sendiri, yaitu sekali merdeka tetap merdeka. Anak-anakku dari angkatan perang mesti siap sedia, rakyat harus siap sedia. Saya katakana siap sedia dalam segala lapangan, berarti menjalankan segala pekerjaan kita dengan rajin dan teratur. Bekerja dengan giat, bantu membantu. Dalam perjuangan hanya satu hukum, bekerja bejuang, bekerja berjuang.

Angka lima adalah angka yang banyak terpakai. Panca idra lima, benua lima, jari lima, agama Islam lima perkara, sembahyang lima waktu dalam sehari, negara Republik Indonesia mempunyai lima dasar, Pancasila: ketuhanan, kebangsaan, kerakyatan, perikemanusiaan, dan keadilan sosial.

Di samping lima syarat yang harus kita penuhi ini, ada lima syarat lagi, ialah pertama bersatu, kedua bersatu, ketiga bersatu, keempat bersatu, kelima bersatu. Kita seluruhnya menjalankan persatuan, rasa bersatu kita dari segenap bangsa Indonesia, rakyat Aceh bersatu dengan rakyat pendudukan Belanda, dengan rakyat di Jawa, dengan rakyat di Bali, dengan rakyat di Lampung, bersatu dengan pegawai, bersatu dengan tentara, bersatu dengan semua golongan asal bangsa sendiri, asal berjuang untuk bangsa sendiri.

Kalau rakyat yang 70 miliyun bersatu, Inggris hanya 45 miliyun, kita 70 miliyun, Jerman yang dinamakan rayatnya Deutschland Uber Alles 60 miliyun, kita 70 miliyun. Kalau kita yang 70 miliyun betul-betul bersatu padu, betul-betul menyusun negara kita dengan segenap tenaga yang ada, jangankan imperialisme Belanda, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sepuluh imperialisme akan hancur lebur oleh kekuatan persatuan kita.

Sort:  

Posting bermanfaat untuk pendidikan sejarah Indonesia.

Mampir di tag #arkindonesia banyak berkah bro..

Terima kasih banyak @hadipedia yang sudah singgah di blog saya. semoga kita bisa terus berbagi informasi.

ta meudoa mantong bek ditop steemit, hehehe, nyoe ditop ka jeut keu sejarah lom, hahhah

bereh brader @munaa sesuatu memang pada akhirnya tetap akan menjadi sejarah. jejak kita di sini juga sejarah yang akan menjadi kisah klasik untuk masa depan.

Coin Marketplace

STEEM 0.31
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 64060.81
ETH 3129.62
USDT 1.00
SBD 4.17