Life Story #5 : Belajar Keikhlasan dari Penjual Ayam Keliling

Keikhlasan dan kesabaran merupakan kunci dalam perjuangan mengarungi kehidupan, Tentu saja ungkapan bahasa saperti ini yang sering kita dengar, tak terkecuali bagi seorang kakek penjual ayam keliling ini, sebut saja kakek Razali meskipun usia telah memasuki 65 tahun, namun semangatnya patut kita ambil teladan dalam bekerja keras memenuhi kebutuhan keluarga. Meskipun profesinya hanya sebagai penjual ayam keliling kakek Razali mampu menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang sarjana.

Iya, Profesi ini sudah puluhan tahun dijalani oleh kakek Razali sebagai penjual ayam keliling, dengan menggunakan sepeda onthel tua yang sudah berkarat dan lapuk. meskipun begitu, sepeda inilah yang mendampingi kakek Razali setiap hari dalam mencari rezeki berkeliling memasuki kampung-kampung yang puluhan kilo jauh dari rumahnya, begitu juga tidak ada lorong dan gang yang lupa disinggahi oleh kakek Razali dengan sepeda tuanya.

Pagi hari adalah waktu yang tepat untuk mencari rezeki membawakan beberapa ayam yang telah ditempatkan dalam kandang kurungan yang ditempatkan dibelakang sepeda tuanya, setelah sarapan pagi dan segelas kopi kakek razali berangkat mendayung sepeda tuanya, penampilannya pun sangatlah sederhana hanya menggunakan kaus polos dan sandal jepit kakek razali melintasi setiap jalan hingga ke pasar tradisional. Ayam yang dibawa oleh kakek Razali ini adalah ayam kampung dari hasil peliharaan sendiri dirumahnya.

Harga unggas yang dibawa oleh kakek Razali ini berkisar antara 25 ribu hingga 100 ribu, tergantung kualitas dan ukuran dari ayam tersebut, kadangkala ayam yang dibawa oleh kakek Razali ini habis dipasar jika ada kegiatan-kegiatan tradisi ataupun kegiatan religius, namun tidak ada jaminan juga ayam yang dibawa oleh kakek Razali ini laku semua dipasar, Walaupun begitu kakek Razali tetap bersyukur dengan menunjukan keikhlasan dan kesabaran dibalik senyuman kakek Razali baik ketika lagi dijalan maupun ketika sedang menghadapi pembeli yang mempunyai karakter berbeda-beda, tak jarang juga kakek razali mendapatkan pembeli yang berbaik hati dengan memberikan uang lebih untuk kakek ini.

Ayam yang dibawa oleh kakek razali ini merupakan hasil peliharaan bersama istrinya diperkarangan rumah, namun ada juga yang dibeli dari orang lain untuk dijual kembali, meskipun usia telah senja, beliau mengatakan profesi ini akan terus dijalani oleh kakek razali, mungkin sampai kaki sudah tidak sanggup lagi mengayuh sepeda dan jalan-jalan sudah tidak nampak dilihat lagi, sejauh ini saya masih kuat dan saya sangat senang masih sanggup melakukan aktivitas saya sehari-hari. Salah satu alasan yang menjadikan kakek razali terus melakukan aktivitas menjadi penjual ayam keliling adalah karena adanya hubungan silaturahmi yang kuat dengan berbagai pelanggannya sehingga beliau sangat menikmati aktivitas yang dilakukan setiap hari.

Dari cerita kehidupan ini semoga kita bisa terinspirasi dengan perjuangan hidup kakek razali, semoga kita semua bisa mengambil pelajaran hidup tentang memiliki rasa bersyukur, ikhlas dan sabar serta menjalin hubungan silaturahmi.

Terima kasih.. Salam hangat