Antara Sudah, Belum, Siang, Malam, Timur, dan Barat

in #steempress6 years ago (edited)

"Sudah salat, Kib?" "

Udah di tempat Naufal tadi.""

Kapan ke tempat Naufal-nya. Akib barusan aja sama Bunda duduk di depan waktu azan."

"Oh..eh.. maksudnya. Barusan azan, ya?" "Betul, Nak. Salat sekarang, ya."

"Iya, Nda."


Penggalan dialog itu terjadi antara aku dan Akib. Mungkin kalau aku orang lain akan mengira Akib sedang ngeles tak mau salat, tapi karena saat itu ia bersamaku, ibunya, seorang disleksik yang tahu persis bagaimana *struggling*-nya hidup selaku penyandang disleksia, jadi tak perlu terlalu heran dan berprasangka buruk.

Disleksia bukan hanya perihal kesulitan baca tulis. Dalam pemaparan berdasarkan penelitian valid, otak kami secara anatomi sama saja, tapi tidak secara fungsi, ini dibuktikan dari tes functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) pada individu disleksia. Di mana hasil tes memperlihatkan area otak yang aktif saat melakukan suatu kegiatan ditandai dengan meningkatnya aliran darah ke area tersebut.

Anak disleksia menunjukkan pola aktivitas otak yang berbeda dibandingkan pola aktivitas otak individu yang tidak menyandang disleksia, yaitu menunjukkan peningkatan aktivitas di area otak bagian depan saja. Pada pemeriksaan magnetoencephalography memperlihatkan bahwa kalau individu normal dipaparkan pada kata-kata bermakna atau pun tidak bermakna selama 300 ms setiap detik, maka ternyata individu normal akan menunjukkan aktivasi 180 ms kemudian di otak sebelah kiri di area temporo-occipital, sedangkan individu disleksia tidak menunjukkan aktivitas di area tersebut, malah menunjukkan bagian depan otak yang merespons sekitar 400 ms setelah terpapar kata-kata tersebut.

Seperti itulah beberapa dasar neurobiologis disleksia. Lalu apa perlunya mengetahui hal tersebut?

Banyak yang tidak menyadari peran pola asuh orang tua dan guru terhadap kehidupan dan masa depan anak disleksia. Penghakiman, kesalahpahaman, dan bahkan hukuman tak ayal akan terus ditujukan kepada anak-anak disleksia.

Sebab sebenarnya cara menghadapi individu disleksik tidaklah sama dengan anak lainnya. Penanganan yang salah akan memperparah dan memperburuk kondisi anak disleksia, di mana ketika akomodasi yang pantas tidak ia dapatkan, segala kecendrungan dan talentanya tenggelam bersama amukan amarah dan kekesalan orang tua atau pun guru.

Ketika ia bosan, hal yang ia lakukan bisa saja disangka tidak beradab. Gerakan dan gestur yang tak mampu dikendalikan, tiba-tiba kesopanan menghilang dari dirinya, dan banyak hal lain yang ia lakukan yang bisa memancing rasa kesal guru yang ia sendiri merasa itu tak ada masalah.

Pernah Akib menghilang dari sekolah sejak Zuhur hingga Asar. Guru sudah sibuk mencari, sudah pula menelpon kami. Aku selalu meyakinkan hati akan perlindungan dari Allah, doaku setiap ia hilang dari pandangan mataku adalah penjagaan dari Allah. Aku yakin akan hal itu. Jadi, tidak ada kepanikan yang terlalu ketika mendengar Akib tak tahu keberadaannya di mana.

Asar ia kembali dengan kondisi sehat walafiat. Ketika ditanya ke mana, tanpa merasa bersalah ia mengatakan bahwa ia mengantar teman barunya ke rumah kakeknya. Rumah kakek anak tersebut tak jauh dari sekolah, hanya berjalan kaki sekitar 500 m jaraknya. Akib kemudian berkeliling sebentar karena ia mengaku sangat bosan di kelas. Sumpek, seperti itu kurang lebih kata yang mewakili perasaan yang ia paparkan panjang lebar kepadaku. Akib susah minum dan tak suka sayur, gangguan pencernaan yang kerap ia alami adalah konstipasi dan itu terjadi sebelum ia kembali ke sekolah. Ia BAB di sebuah toilet masjid. Ke toilet pun ia sangat pemilih, ia ingin toilet yang terang dan bersih, bahkan saat di rumah sewa kami dulu, ia berusaha menabung untuk merehab toilet di sana, hanya saja ia tak konsisten dan kami keburu pindah ke rumah yang lain.

Di toilet masjid ia nyaris menghabiskan waktu satu jam setengah. Biasanya memang begitu, pun di rumah. Jadi ia terlambat balik ke sekolah dan sempat disangka cabut oleh gurunya. Alhamdulillah Ustaz-nya sangat mengerti Akib. Tidak ada hukuman melainkan nasihat yang membuat Akib paham kalau apa yang ia lakukan nyaris disangka kenakalan.

Aku sendiri juga tak luput dari banyak kekonyolan. Salah satunya adalah bisa lupa kiblat ketika salat di rumah sendiri. Barangkali kalau ada tamu yang datang dan tak paham siapa diriku akan mengira aku seorang munafik. Mengaku muslim tapi jarang salat, buktinya kiblat di rumah sendiri saja bisa lupa. Padahal ingatanku yang mengalami lompatan sering mengacaukan pikiranku. Misalnya aku menandai kiblat berdasarkan letak jendela, jika aku berpindah ke ruangan satunya lagi dan di sana ada jendela yang persis sama, maka aku akan dengan santai membentangkan sajadah merujuk arah jendela tersebut walaupun sejatinya arah kiblat bukan ke sana.



Posted from my blog with SteemPress : https://stanzafilantropi.com/antara-sudah-belum-siang-malam-timur-dan-barat/
Sort:  

Congratulations @dyslexicmom! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of upvotes

Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Do not miss the last post from @steemitboard:

SteemitBoard Ranking update - Resteem and Resteemed added

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.11
JST 0.034
BTC 66408.70
ETH 3225.39
USDT 1.00
SBD 4.17