Hentikan Pembangunan PLTA Tampur

Sumber Gambar

---

Sebuah kabar duka bagi kelangsungan ekosistem Leuser kembali datang menghampiri masyarakat Aceh terkhusus yang berada disekitar Leuser maupun kabupaten-kabupaten yang dialiri oleh aliran sungai yang berhulu dari Leuser seperti Aceh Timur, Aceh Tamiang, Gayo Lues dan kota Langsa. Pemerintah Aceh tengah mencanangkan sebuah mega proyek dengan menggandeng pihak dari Hongkong untuk membangun sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di dalam kawasan hutan lindung Leuser. Lokasi tepatnya di Tampur, Kabupaten Gayo Lues, Aceh. PLTA tersebut dirancang untuk memiliki kapasitas sebesar 428 mega watt dengan tinggi bendungan lebih dari 170 meter serta target luas genangan sebesar 4000 hektare.

Secara awam kita langsung dapat menilai bahwa mega proyek tersebut bakal berdampak buruk terhadap ekosistem alam yang berada dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Sebut saja bagaimana kondisi habitat gajah sumatera yang hampir punah itu jika lebih dari 4000 hektare hutan disana bakal ditenggelamkan untuk dijadikan sebuah bendungan penampung air bagi PLTA. Belum lagi habitat-habitat hewan lain yang juga hampir punah seperti harimau sumatera, badak sumatera, serta orang utan yang kita tahu selama ini tengah menjadikan ekosistem Leuser sebagai rumah terakhirnya.

Sebenarnya sudah banyak suara protes yang dilontarkan oleh berbagai pihak termasuk para ahli lingkungan, WALHI Aceh juga telah mendesak Kementerian Lingukangn Hidup dan Kehutanan agar tidak mengeluarkan izin penggunaan kawasan hutan tersebut. Bagaimana bisa pemerintah Aceh menjadi buta terhadap fenomena ini, gajah sumatera yang selama ini terus diburu, gadingnya diambil, bukannya dilindungan malah sekarang habitat alamnya ingin ditenggelamkan demi sebuah proyek yang masih bisa dicarikan jalan keluar lain. Seperti memaksimalkan energi listrik yang telah ada atau mencari program energi listrik dari luar kawasan hutan.

Sejatinya selain sebagai rumah bagi hewan-hewan yang terancam punah, Kawasan Ekosistem Leuser juga memiliki fungsi sebagai pertahanan nasional sekaligus sebagai penyeimbang terhadap perubahan iklim dunia. Karena memang Indonesia lah yang masih memiliki hutan perawan ketimbang negera-negera dunia lain, yang itupun diberbagai tempat telah ditebangi untuk dibuka lahan perkebenun sawit. Nah, Leuser sendiri yang masih aman dari kondisi tersebut malah ingin diluluh lantakkan oleh pemerintah sendiri yang seharusnya mereka adalah yang paling berkuasa untuk melindungi hutan Leuser itu sendiri.

Hari ini 4 oktober adalah Hari Satwa Sedunia atau yang lebih kita kenal dengan World Animals Day. Oleh sebab itu dalam tulisan ini aku juga ingin mengajak teman-teman yang sudi membaca postingan ini untuk ikut bersuara dengan menandatangani berbagai petisi yang telah dikeluarkan oleh para aktivis lingkungan melalui penandatanganan petisi di change.org. Kita harus bersuara untuk mewakili para satwa yang terancam punah serta kemungkinan kehancuran hutan disana, karena hewan-hewan disana tidak dapat bersuara maka menjadi kewajiban bagi kita untuk membantu mereka dalam menyaurakan kegelisahannya.

Tidak ada yang tidak mungkin jika kita sebagai masyarakat telah bersuara, mari kita teriakkan bersama, karena kesempatan untuk menggagalkan proyek tersebut masih ada selama kita tidak memelih untuk diam. Dengan auman kita bersama semoga Menteri Siti Nurbaya terketuk pintu hantinya untuk menghentikan rencana pada proyek tersebut.

---

Posted from my blog with SteemPress : http://coretan.in/2018/10/04/hentikan-pembangunan-plta-tampur/

---