Kartu As # 22

in #steempress6 years ago

“Ma …kenapa sih Mara harus tinggal di sini?” Lestari mengempaskan diri ke sofa di kamar mamanya.

“Kenapa memang?” sahut Bude Parman tanpa mengangkat wajah dari buku sketsanya. Tangannya dengan lincah, menari menciptakan rancangan sebuah gaun malam. Dia tersenyum puas. Kemampuan artistik lagi-lagi jadi tangga naik untuknya.

“Teman-teman aku suka nanyain dia, kalau mereka pas ke sini, ketemu dia,” seru Lestari dengan wajah merengut. Menyebalkan sekali, anak kampung mati gaya itu, bisa mengalihkan perhatian teman-teman hang outnya dari dirinya.

Girl, Woman, Joy Of Life, Dance, Balance, Jump, Free

source

"Kok bisa ketemu?" tanya Bude Parman dengan dahi berkerut. Bude Parman membalikkan badan ke arah Tari. Kerutan dahinya menghilang. Berganti senyum bangga. Matanya menangkap sosok wanita muda cantik dan segar. Pilihan basic tanktop dengan celana bermotif, membuat putri semata wayangnya tampil sangat stylish.

Tidak seperti saudara-saudaranya, dia berhasil membawa Tari, ke kehidupan remaja yang dulu sangat dinikmatinya. Dikelilingi para pengagum dan pemuja. Jadi ratu pesta. Sekarang waktunya dia membantu anaknya, meraih kehidupan yang bahkan tidak berani diimpikannya dulu.

"Dia sok rajin, Ma. Lagi siram-siram taman depan kalau sore."

"Itu Mama yang suruh." Bude Parman kembali menekuri buku sketsanya.

"Kenapa disuruh sih, Ma!" seru Lestari dengan wajah cemberut.

“Supaya dia ada kerjaan. Enak aja di sini makan sama tidur aja. Memang rumah ini hotel? Nanyain apa sih teman-teman kamu?”

Lestari menyisir rambut dengan jari tangan. “Siapa tuh, Tari? Saudara kamu?”

“Terus kamu jawab apa?”

“Pembantu aku. Aku jawab apalagi?”

“Bagus. Itu sudah bener.” Bude Parman mengangkat sketsa yang sudah selesai dibuatnya. “Cantik kan dressnya?”

Lestari mengangguk cepat, walaupun dia tidak menyukai rancangan mama. Terlalu dewasa. Tidak sesuai dengan seleranya. Pernah suatu kali mama bertanya, dia bilang jelek, mama langsung uring-uringan. Dia minta uang, mama tidak ngasih. Padahal biasanya, setiap dia minta mama pasti langsung memberi.

“Buat pesta di mana, Ma?”

“Di rumah Pak Tama … masih empat bulan lagi,” desah Bude Parman puas. Tinggal pergi ke penjahit rahasia langganannya. Kualitas penjahit langganannya, setara dengan jahitan para perancang terkenal.

“Mama mulai nyiapin dari sekarang?” Lestari menghampiri mamanya. Alisnya sedikit berkerut. Bukan dress yang biasa mama pakai. Seperti mumi, gaya mama, kalau ada teman atau kenalan yang meninggal.

Bude Parman mengangguk semangat. “Ini buat kamu.”

Lestari mengangga melihat mamanya. “Ngapain aku datang ke pesta Pak Tama?” tanya Lestari begitu bisa mengatakan sesuatu. Pakai dress itu?

“Kan yang ke sana orang-orang tua semua?” seru Lestari luar biasa ngeri. Keinginan mama pasti terjadi. Apa yang harus dilakukannya di sana nanti?

“Kamu masih mau mobil sport dua pintu?” tanya Bude Parman dengan senyum lebar.

Mata Lestari langsung berbinar. “Mau dong. Kapan dibeliinnya, Ma?”

“Bukan Mama yang beliin, tapi Pak Tama.”

“Kenapa Pak Tama beliin mobil buat aku? Bonus buat Papa?”

Bude Parman konsentrasi penuh menghadapi harta karunnya. Otaknya berputar keras. “Kita mau tinggal empat bulan, di rumah baru Pak Tama.”

“Aku engga mau.” Dia langsung kembali berbaring di sofa. Wajahnya ditutup bantal sofa handmade.

“Rumahnya lima kali lebih besar dari rumah kita. Kamu bisa bikin pesta ulang tahun di sana.”

Lestari langsung duduk tegak. “Beneran, Ma?”

Bude Parman mengangguk. “Lihat ke sana yuk, sekarang.”

“Ma, aku ada kuliah hari ini.”

“Sudah libur aja dulu. Bulan depan kan ulang tahun kamu. Supaya Mama bisa mulai siapin semuanya.”

Lestari merengut. Sebenarnya dia mau pesta hari ini, bukan berat mau kuliah.

“Ajak geng kamu sekalian ke sana.”

Wajah Lestari bersinar gembira. “Bener, Ma?” Dia kembali menghampiri meja bulat

Alis Bude Parman terangkat tinggi. “Kapan Mama php? Mama yang traktir.” Dengan sengaja, dia menggeser foto Tama ke hadapan lestari.

“Siapa, Ma?” Lestari mengambil foto di depannya. “Keren.”

“Itu Pak Tama.”

Mata Lestari melotot. Dia duduk di samping mamanya. Mengambil foto-foto lain di hadapan mamanya. Memperhatikan foto-foto petualangan dan liburan Tama di berbagai belahan dunia, dengan seksama. “Masih muda ya, Ma, Pak Tama ... kayak anak kuliahan … aku pikir Bos Papa sudah kakek-kakek.”

“Masih muda … tajir banget,” Bude Parman mendorong tubuh anak semata wayangnya. “Mandi sana sekarang. Kalau kamu sudah selesai, kita berangkat. Besok kita ke spa.”

"Asik. Badan aku sudah pegel semua."

Begitu Lestari keluar kamar, dia sibuk membuka file-file tentang Tama. Mulai merancang, apa yang akan disiapkannya pada Lestari.

Actress, Model, Young, Woman, Fashion, Female, Lady

source

Senyum lebar menghias wajahnya. Keberhasilan jadi EO pesta Tama, karena dia banyak tahu informasi detil Tama, kecuali kekayaannya. Dia punya kartu As yang tidak dimiliki oleh nyonya-nyonya kaya yang angkuh itu. Jantungnya berdebar semangat. Membayangkan tinggal di sana, sebagai mertua Tama.

Bandung Barat, Rabu 25 Juli 2018

Salam

Cici SW

 


Posted from my blog with SteemPress : https://cicisw.com/2018/07/25/novel002-022/

Sort:  

Congratulations @cicisw! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of comments received

Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

To support your work, I also upvoted your post!

Do you like SteemitBoard's project? Then Vote for its witness and get one more award!

Coin Marketplace

STEEM 0.26
TRX 0.11
JST 0.033
BTC 64266.94
ETH 3077.24
USDT 1.00
SBD 3.87